JAKARTA, KOMPAS — Badan usaha milik negara terbukti mampu bersaing di pasar dunia. Mereka bergerak di bidang energi, penyedia jasa konstruksi, dan produksi semen. Untuk itu, pembukaan Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi peluang dan dorongan memperkuat daya saing korporasi melalui sinergi sejumlah perusahaan.
Hal tersebut terungkap dalam seminar Forum BUMN bertema “Sinergi BUMN Menuju Transformasi Indonesia” yang diselenggarakan harian Kompas dan PT Pertamina (Persero), Kamis (10/12), di Jakarta. Forum diskusi para pengambil kebijakan BUMN itu dihadiri Menteri BUMN Rini Soemarno.
KOMPAS/HERU SRI KUMORODirektur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, dan CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama (kiri ke kanan) saat penutupan Forum BUMN bertajuk “Sinergi BUMN untuk Transformasi Indonesia” di Jakarta, Kamis (10/12).
Narasumber sesi pertama dalam acara itu adalah Direktur Utama (Dirut) PT Pelindo III Djarwo Surjanto, Dirut PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Suparni, Dirut PT Waskita Karya (Persero) Tbk M Choliq, dan Dirut PT Jasa Marga (Persero) Tbk Adityawarman dengan moderator wartawan senior Kompas, Pieter P Gero.
Pada sesi kedua tampil Dirut PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto, Dirut PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Asmawi Syam, Dirut PT Pelabuhan Indonesia II RJ Lino, dan Dirut PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Bintang Perbowo, dengan moderator pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rhenald Kasali.
Rini menyinggung persaingan menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Menurut dia, persaingan bebas dalam MEA justru menjadi kesempatan untuk meningkatkan daya saing BUMN.
“Kita jangan takut MEA yang terbuka. Mari kita lihat BUMN kita sendiri untuk melakukan sinergi BUMN sehingga perusahaan atau pengusaha yang masuk ke Indonesia tidak akan bisa beraktivitas secara maksimal karena BUMN kita kuat. Itu yang saya harapkan,” kata Rini.
Menurut dia, sinergi dapat mulai dilakukan antara BUMN induk dan anak perusahaannya. Apalagi, saat ini terdapat 119 BUMN dengan anak perusahaan yang mencapai 700 perusahaan.
Dwi Soetjipto mengatakan, visi Pertamina adalah menjadi perusahaan berkelas dunia. Kiprahnya di tingkat global telah ditunjukkan di sektor hulu migas, yakni dengan menguasai Blok Menzel Lejmat North di Aljazair, Blok West Qurna di Irak, Blok 10 & 11 di Vietnam, serta blok migas di Malaysia. “Investasi di Irak cukup berat dan penuh risiko. Sebab, wilayah tersebut sangat labil,” kata Dwi.
Ia menambahkan, kerja sama global juga dilakukan di sektor hilir, yaitu pembangunan kilang minyak dengan Saudi Aramco, perusahaan minyak nasional milik Arab Saudi. Kinerja Pertamina yang juga mendunia adalah produk pelumas.
Suparni mengatakan, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk telah memiliki pabrik semen di Vietnam setelah mengakuisisi Thang Long Cement Company pada Desember 2012. Tahun depan, kapasitas produksi semen mencapai 90 juta ton. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai produsen semen terbesar di Asia Tenggara.
Bintang Perbowo menuturkan, agar bisa bersaing di luar, BUMN perlu mempersiapkan diri. “Kesempatan itu datang begitu cepat. Kalau kelewatan, kita tidak mendapat apa-apa,” katanya. Ia mengatakan, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk telah membangun sejumlah proyek di beberapa negara.
Asmawi Syam mengatakan, BRI telah mendapat penghargaan untuk pelaku industri perbankan dengan predikat terbaik se-Asia Pasifik dalam hal pencapaian bisnis dengan parameter pangsa pasar, keunggulan produk, dan prestasi operasional.
Dirut PT Pelabuhan Indonesia II RJ Lino mengatakan, transformasi di Pelindo dilakukan dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia agar bisa bersaing. “Lebih dari 170 orang dikirim ke luar negeri untuk mendapatkan gelar master. Saat ini juga ada yang mengejar gelar doktor di bidang kepelabuhanan,” katanya. (NAD/APO/ARN)
Kompas 11122015 Hal. 1