Perkebunan : Tiga Negara Realisasikan Pasar Karet Regional

JAKARTA, KOMPAS — Indonesia, Thailand, dan Malaysia, negara-negara produsen karet, berkomitmen mengembalikan harga karet dunia yang jatuh akibat kelebihan pasokan. Menjaga keseimbangan pasokan karet dunia menjadi kunci. Hal itu dilakukan dengan meningkatkan serapan karet di dalam negeri, menciptakan pasar regional, dan mencari pasar-pasar baru karet. Adapun Indonesia tengah menyiapkan instruksi presiden tentang peningkatan serapan karet dalam negeri, terutama untuk proyek-proyek infrastruktur.

Hal itu mengemuka dalam Internasional Tripartite Rubber Council (ITRC) Ministerial Committee Meeting 2015 di Jakarta, Kamis (3/12). Perwakilan ITRC yang hadir antara lain Menteri Perdagangan Indonesia Thomas Lembong, Menteri Pertanian dan Koperasi Thailand Chatchai Sarikulya, dan Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Amar Dauglas Uggah Embas.
Pertemuan ini menghasilkan sejumlah agenda konkret. Para menteri ITRC mendorong agar pasar regional karet cepat terealisasi. Pasar regional yang pada pertemuan sebelumnya ditargetkan terealisasi pada Juni 2016, dipercepat tiga bulan lebih awal.
Para menteri ITRC juga konsisten meningkatkan serapan karet alam di dalam negeri sebesar 10 persen setiap tahun. The Demand Promotion Scheme Committee (DPSC) mencatat peningkatan serapan karet alam ketiga negara ITRC meningkat 5,9 persen dari 1,58 juta metrik ton pada 2014 menjadi 1,67 juta metrik ton pada 2015. Peningkatan itu lantaran ada serapan karet alam untuk proyek.
“Kami juga sepakat menambah serapan karet alam di dalam negeri 300.000 ton, setiap negara 100.000 ton, untuk pembangunan jalan mulai 2016. Karet alam itu juga akan digunakan untuk bantalan rel, sandar kapal, dan proyek infrastruktur lain,” kata Thomas.
Menurut Lembong, agar bisa merealisasikan hal itu inovasi sangat diperlukan. Untuk itu, para menteri meminta ITRC agar melakukan riset dan pengembangan industri karet.
“Kami juga meminta agar ITRC membuat program kompetisi dunia yang mampu melahirkan ide-ide baru dan kreatif dalam penggunaan karet alam,” katanya.
Datuk Amar Douglas Uggah Embas menambahkan, ketiga negara yang tergabung dalam ITRC berkomitmen membangun industri olahan karet di dalam negeri untuk meningkatkan serapan karet. Tujuannya tidak hanya mengangkat kembali harga karet, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani dan industri kecil karet.

Sawit berkelanjutan

Di tempat terpisah dalam acara Indonesian Palm Oil Pledge (IPOP) Media Briefing, kelembagaan koperasi petani yang kuat dalam pertanian sawit berkelanjutan terbukti efektif melepaskan petani dari jerat dan permainan tengkulak. Pendapatan perkebunan sawit petani swadaya dan plasma meningkat pesat.
Nikmat Fajar Shodik, petani sawit mengatakan, pada awalnya tidak mudah merawat kebun sawit yang menganut prinsip berkelanjutan. Akan tetapi, setelah diikuti, para petani sadar bahwa bertani sawit yang tidak merusak lingkungan ternyata menguntungkan. (HEN/MAS)
Kompas 04122015 Hal. 17

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Comments are closed.