JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tengah mematangkan rencana penerbitan obligasi global senilai US$ 500 juta pada kuartal I atau II tahun depan. Perseroan akan menunjuk minimal tiga bank asing untuk menangani aksi tersebut.
Direktur Keuangan Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, di tengah kondisi harga minyak dunia yang melemah, kecil kemungkinanuntukkembali menerbitkan sukuk tahun depan.
Dengan begitu, perseroan cenderung memilih penerbitan global bond. Perseroanberencana menggunakan laporan keuangan Desember 2015 sebagai dasar valuasi penerbitan global bond.
“Dalam waktu dekat, kami akan mulai persentasi ke board of commissionersGaruda. Seiring dengan itu, kami mulai mengajukan izin pinjaman komesial luar negeri (PKLN),” kata dia di Jakarta, baru-baru ini.
Askhara menjelaskan, perizinan PKLN diperkirakan membutuhkan waktu dua sampai tiga bulan. Saat ini, proses perizinan PKLN diprediksi semakin mudah, lantaran hanya melewati tiga institusi. Ketiga institusi tersebut adalah Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Menur u t d i a , p i haknya cenderung memilih bank asing yang sebelumnya menangangi penerbitan sukuk perseroan. Bank asing yang dimaksud adalahANZ, StandardChartered Bank, dan Deutsche Bank.
“Ketika penerbitan sukuk, kami bekerja sama dengan 14 bank yang terdiri atas bank asal Timur Tengah dan internasional. Namun, jika rencananya yang diterbitkan adalah global bond, kami memilih yang internasional saja,” jelas dia.
Askhara menambahkan, dengan adanya penerbitanglobal bond, perseroan berharap dapat menata ulang sumber pendanaan ekspansi pesawat baru. Selama ini, secara nilai, sebanyak 95% sumber pendanaan berasal dari operating lease, sedangkan 15% berasal dari financial lease. Porsi operating leasediharapkan turun menjadi 85-90% tahun depan.
“Aksi ini dapat berdampak terhadap biaya operasional. Kalau operating lease ini kita alihkan kefinancial lease, maka aset bertambah. Lalu di bagian net profit, beban cost akan berkurang,” jelas dia.
Tahun depan, Garuda Indonesia menyiapkan dana ekspansi sekitar US$ 500 juta. Sekitar US$ 160 juta akan diserap untuk kebutuhan Garuda, sedangkan US$ 340 juta dialokasikan untuk PT Citilink Indonesia, PT GMF AeroAsia, PT Gapura Angkasa, dan PT Aerowisata.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo mengatakan, sumber pendanaan ekspansi berasal dari kombinasi kas internal dan eksternal. Perseroan mengkaji pilihan penerbitan obligasi dan pinjaman perbankan pada 2016, tergantung dari kinerja akhir tahun ini.
“Mayoritas belanjamodal Garuda itudigunakanuntukpre delivery payment pesawat, selain itu, kami juga akan memperkuat sistem teknologi informasi dan e-commerce,” jelas dia, baru-baru ini.
Arif menjelaskan, perseroan akan mengadakan sebanyak 23 pesawat tahun depan. Pesawat tersebut terdiri atas 15 pesawat untuk Garuda, dan delapan pesawat untuk Citilink. Di ruterute international, perseroan akan menambah lima airbus A330 dan satu Boeing 777.
Arif belum dapat menjelaskan target kinerja tahun depan. Di sisi lain, perseroan berharap kinerja akhir 2015 bisa positif. Perseroan pun akan memperkuat pasar umrah, haji, dan carter. Sedikitnya perseroan akan menambah sembilan pesawat jenispropeller tahun depan. (rid)
Investor Daily, Rabu 2 Desember 2015, Hal. 14