Pasar Menunggu Tiongkok : Agresivitas Dana Masuk Akan Tertahan

JAKARTA, KOMPAS — Pergerakan bursa saham di Tiongkok dapat menjadi sentimen penggerak bursa-bursa saham di kawasan Asia, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan. Pelaku pasar tengah memastikan bahwa anjloknya bursa saham di “Negeri Tirai Bambu” itu tidak berlanjut.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi di tengah pelemahan bursa saham dunia, terutama Tiongkok, pada Jumat pekan lalu. Indeks turun 36 poin (0,79 persen) ke 4.560 setelah bergerak di rentang 4.541-4.606. Sebanyak 82 saham naik, 179 saham turun, 78 saham tidak bergerak, dan 221 saham tidak ditransaksikan. Secara mingguan, pergerakan IHSG turun tipis 0,02 persen dibandingkan penutupan pada pekan sebelumnya di level 4.561.
Indeks Shanghai Komposit anjlok 5,48 persen dan indeks Shenzen terjun bebas 6,10 persen menutup pekan lalu. Turunnya cukup dalam bursa saham di Tiongkok terkait langsung dengan pemeriksaan sejumlah perusahaan sekuritas dan turunnya keuntungan sejumlah emiten raksasa di negeri itu.
Meski terseret pelemahan, bursa lain di kawasan Asia turun relatif tidak terlalu dalam. Indeks Hang Seng melemah 1,87 persen, indeks Nikkei 225 turun 0,30 persen, dan indeks Strait Times melemah 0,89 persen. Bursa di Eropa dan Amerika Serikat yang diwarnai perayaan Thanksgiving relatif mendatar pergerakannya. Ini lain kondisinya dengan saat Tiongkok melakukan devaluasi mata uangnya pada Agustus lalu. Kala itu kepanikan melanda bursa-bursa saham di tingkat global.
“Penurunan bursa saham secara mendadak adalah karena investigasi regulator atas sejumlah pialang kelas atas. Hal itu menyebabkan penjualan besar-besaran,” kata analis Phillip Securities, Chen Xingyu, kepada AFP akhir pekan lalu.
Perusahaan sekuritas yang diperiksa antara lain Citic dan Guosen Securities. Dikatakan bahwa pemeriksaan itu berujung pada tindakan lebih serius terhadap sekuritas-sekuritas itu. Namun, penurunan bursa di Tiongkok pekan lalu beda akarnya dengan kejadian Agustus lalu saat Tiongkok mendevaluasi mata uangnya.
Jika sentimen dari Tiongkok itu berlanjut awal pekan ini, hal itu mengurangi agresivitas masuknya dana ke pasar modal Indonesia. Rata-rata nilai transaksi perdagangan saham harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebenarnya tengah naik, sekitar 5,6 persen menjadi Rp 4,51 triliun di sepanjang pekan ini. Pada pekan sebelumnya, rata-rata nilai transaksi harian berada di level Rp 4,27 triliun.
Rata-rata volume transaksi harian juga menanjak sekitar 22,30 persen meski di sisi lain rata-rata nilai frekuensi transaksi harian berkurang 6,48 persen. Investor asing pun mencatatkan beli bersih di pasar saham dalam lima hari terakhir dengan nilai Rp 315 miliar. Secara tahunan, mereka masih mencatat penjualan bersih Rp 19,72 triliun.

Wajar

Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya memproyeksikan pergerakan IHSG awal pekan ini di rentang level 4.534-4.657. Penurunan indeks akhir pekan lalu dinilai wajar sebagai bagian dari konsolidasi. Kewajaran itu tergambar dari level dukungan terdekat indeks di 4.534 terjaga dengan target resisten terdekat 4.657 itu.
“Tekanan yang terjadi sudah terbatas sifatnya. Hal itu ditunjukkan dengan masuknya modal investor asing beberapa waktu belakangan,” kata William.
Menurut William, menjelang pergantian bulan dan menyongsong rilis data ekonomi yang ditunggu-tunggu, IHSG diperkirakan masih akan relatif stabil sehingga dapat memberikan angin positif bagi indeks. Indeks diperkirakan bergerak rebound dengan koreksi terbatas jika masih terjadi.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu terdapat perubahan komposisi saham dalam penghitungan Jakarta Islamic Index (JII). Hal itu terjadi setelah dilakukan evaluasi periodik enam bulanan terhadap 30 emiten yang masuk dalam penghitungan JII yang diseleksi dari daftar saham atau efek syariah sebagaimana yang telah ditetapkan OJK. Perubahan ini mulai diberlakukan sejak 1 Desember 2015 sampai dengan 28 Mei 2016. (BEN)
Kompas 30112015 Hal. 20

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Comments are closed.