Setiap kali ada pesawat baru mulai mengudara di belahan Bumi mana pun, bayangan pendapatan bagi PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia pun muncul. Suatu saat, pesawat baru itu, seperti juga barang buatan manusia yang lain, akan memerlukan perawatan. Inilah potensi pendapatan yang diharapkan anak perusahaan maskapai penerbangan Garuda Indonesia itu.
Bagi Garuda Maintenance Facility (AeroAsia GMF), pesawat-pesawat yang dioperasikan maskapai-maskapai asing tetap merupakan potensi pendapatan untuk diraih. Di luar mengurusi pesawat-pesawat milik maskapai induknya, Garuda Indonesia, maskapai asing adalah potensi pendapatan yang terus disasar.
“Setiap ada pesawat baru yang dioperasikan maskapai penerbangan adalah potensi bagi GMF. Suatu waktu pesawat itu butuh perawatan. Sejak 2008, GMF telah mempersiapkan diri untuk mengantisipasi pertumbuhan airlines yang luar biasa,” kata Direktur Utama GMF Richard Budihadianto, di Dubai, Sabtu (7/11) malam lalu.
Demi mengejar pendapatan dari kerja sama yang dilakukan dengan maskapai asing itulah, untuk kesekian kalinya GMF mengikuti kegiatan Dubai Airshow 2015 yang berlangsung pada 8-12 November 2015. Pameran kedirgantaraan yang diikuti 1.100 perusahaan dari 65 negara yang terkait dengan penerbangan itu menjadi ajang transaksi dan kerja sama antar-perusahaan seperti yang dilakukan GMF.
Pasar asing menjadi sasaran GMF untuk semakin mengembangkan usaha dan menambah pundi-pundi pendapatan, selain tentu saja tugas utama merawat pesawat induk perusahaan, yakni Garuda Indonesia. Sasaran pendapatan perusahaan dari potensi pasar maskapai luar negeri dilakukan berbarengan dengan sasaran maskapai dalam negeri. GMF menyadari, pertumbuhan ekonomi domestik pun melahirkan maskapai baru dan semakin mengembangkan maskapai yang telah ada dengan terus menambah armada pesawat.
Richard Budihadianto menyebutkan, untuk mengantisipasi pertumbuhan itulah, GMF sejak 2008 menyiapkan pula tenaga-tenaga ahli untuk bidang perawatan pesawat, di antaranya bekerja sama dengan sejumlah politeknik di Tanah Air. Kerja sama tersebut untuk melahirkan mekanik-mekanik andal yang dapat diandalkan GMF.
GMF pun akan mengembangkan secara fisik tempat perawataan itu sendiri, dengan membangun aerospace park. Aerospace park merupakan tempat seluruh aktivitas yang mendukung aviasi nasional tersedia di kawasan tersebut, seperti perbengkelan, permesinan, suku cadang, dan pelatihan. Dua hanggar baru akan dibangun di kawasan zona perdagangan bebas (FTD) Bintan, Kepulauan Riau, dan satu lagi di Makassar, Sulawesi Selatan.
“Bintan dipersiapkan untuk tempat perawatan maskapai asing yang melakukan kerja sama dengan GMF, sedangkan Makassar disiapkan untuk pesawat-pesawat maskapai domestik, terutama yang beroperasi di Indonesia bagian timur,” ujar Richard.
Perawatan pesawat maskapai asing di GMF telah berjalan sejak beberapa tahun lalu dengan tren menggembirakan. Sejumlah maskapai asing di Asia pernah masuk hanggar GMF di kawasan Bandar Udara Soekarno-Hatta untuk diperbaiki, sebut saja maskapai besar Emirates dari Dubai, Uni Emirat Arab. Dari Eropa, maskapai asal Belanda, KLM, pun pernah merawat pesawatnya di GMF.
Selama ini GMF sebagian besar masih mengerjakan perawatan pesawat milik Garuda Indonesia, sekitar 72 persen dari total aktivitas perawatan yang dilakukan. Sisanya, 28 persen, merupakan perawatan pesawat maskapai lain. Dari maskapai di luar Garuda itulah, 70 persen di antaranya adalah pesawat milik maskapai penerbangan asing.
Kepercayaan
Demi meraih pelanggan dari maskapai-maskapai asing, EVP Base Operation GMF I Wayan Susena menyebutkan tentang layanan paripurna yang harus diberikan GMF.
“Selain kualitas, yang tak kalah penting adalah ketepatan waktu perawatan sesuai dengan kesepakatan. Jika perlu, perawatan selesai sebelum waktu yang telah disepakati,” katanya.
Bagi Wayan, kepercayaan dari maskapai yang bekerja sama dengan GMF memegang peranan penting yang harus terus-menerus dipupuk dan dibangun. Kepercayaan tersebutlah yang akan membuat pelanggan akan terus datang ke GMF
Sebenarnya, ungkap Wayan, tanpa penandatanganan kerja sama yang dilakukan pada ajang pameran kedirgantaraan, seperti Dubai Airshow 2015, kerja sama perawatan pesawat dengan maskapai asing tetap dan terus dilakukan. Ajang pameran seperti di Dubai yang diikuti GMF adalah upaya untuk lebih meningkatkan kepercayaan pasar kepada GMF.
Dasar kepercayaan itulah yang membuat 10 maskapai asing menandatangani kerja sama dengan GMF pada ajang Dubai Airshow 2015. Demi penetrasi pasar itulah, GMF mengikuti pameran kedirgantaraan tersebut. Kali ini, ujar Richard Budihadianto, pasar Timur Tengah dan Iran menjadi bidikan GMF.
Pada ajang Dubai Airshow 2015, sebagian besar maskapai asing yang menandatangani perjanjian kerja sama dengan GMF berasal dari Iran, di antaranya Zagros Air, Meraj Air, Iran Aseman, Iran Airtour, dan ATA Airlines. Selain dari Iran, maskapai lain yang melakukan penandatanganan kerja sama berasal dari Afganistan, Nigeria, dan Dubai. Dua maskapai dari dua negara itu yang juga memercayakan perawatan pesawat kepada GMF adalah KAM Air (Afganistan) dan Services Air (Nigeria).
Richard Budihadianto menyebutkan, dari penandatanganan kerja sama yang dilakukan itu, potensi pendapatan yang bakal diraih GMF tidak kurang dari 20,5 juta dollar AS. Kerja sama rata-rata dilakukan selama tiga tahun. Pesawat-pesawat dari maskapai asing tersebut umumnya akan dikirimkan ke hanggar GMF di Bandar Udara Soekarno-Hatta mulai tahun 2016. Dalam setahun, rata-rata tiga pesawat dari setiap maskapai itu diserahkan ke GMF untuk dilakukan perawatan.
Di stan GMF di ajang Dubai Airshow 2015, sejumlah kerja sama ditandatangani. Di stan yang tampak mungil jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan industri pesawat atau yang terkait dengan pesawat, seperti Boeing, Airbus, Rolls Royce, atau maskapai penerbangan asing seperti Emirates, kepercayaan dibangun demi kebaikan dan keuntungan pihak GMF dengan maskapai asing yang melakukan kerja sama.
Bagi Richard Budihadianto, penetrasi pasar ke Iran, Timur Tengah, dan Afrika adalah upaya yang terus dilakukan demi mengembangkan perusahaan yang dipimpinnya. “Kami akan menggarap pula pasar Korea Selatan,” katanya. Dari segala upaya yang dilakukan, ia menargetkan pendapatan GMF pada tahun 2020 nanti mampu menembus angka 1 miliar dollar AS. (AGUS MULYADI)
Kompas 25112015 Hal. 26