BI Lihat Peluang Pelonggaran : Tekanan Inflasi dan Defisit Transaksi Berjalan Makin Mereda

JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia melihat ada peluang pelonggaran kebijakan moneter pada masa mendatang karena tekanan ekonomi makro yang makin berkurang. Namun, saat ini kebijakan moneter masih cenderung ketat karena ada risiko dari pasar global.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada Kamis (15/10) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level 7,5 persen. Suku bunga penempatan dana BI (deposit facility) juga masih tetap pada level 5,5 persen dan suku bunga penyediaan dana BI (lending facility) 8 persen. Suku bunga fasilitas penempatan dana BI adalah suku bunga penempatan kelebihan likuiditas harian perbankan di BI. Adapun suku bunga penyediaan dana BI adalah suku bunga pinjaman dari BI untuk bank yang mengalami kekurangan likuiditas harian.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, dalam jangka pendek ini, BI tetap fokus pada upaya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan stabilitas nilai tukar rupiah. “BI tetap hati-hati mencermati risiko dari pasar global,” kata Tirta.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menuturkan, peluang pelonggaran kebijakan moneter itu terutama dipengaruhi oleh realisasi inflasi dan defisit transaksi berjalan. Juda memperkirakan, pada akhir tahun 2015, inflasi akan lebih rendah dari 4 persen sehingga tetap sesuai target BI di rentang 3-5 persen. Inflasi hingga akhir tahun ini lebih kecil dari proyeksi sebelumnya, yakni 4 persen.
“Hasil survei hingga pekan kedua Oktober ini menunjukkan bahwa pada Oktober kemungkinan akan kembali terjadi deflasi sehingga proyeksi inflasi hingga akhir 2015 di bawah 4 persen makin kuat,” ujar Juda.
Adapun defisit transaksi berjalan yang semula diproyeksi ada di level 2,2-2,3 persen dari produk domestik bruto, diperkirakan turun hingga sekitar 2 persen dari PDB hingga akhir tahun 2015. “Tekanan dari inflasi dan defisit transaksi berjalan yang makin mereda itu membuat peluang untuk pelonggaran kebijakan moneter terbuka. Demikian juga tidak tertutup kemungkinan bahwa suku bunga acuan BI bisa turun,” kata Juda.

Kinerja bank

Rapat Dewan Gubernur BI juga menilai bahwa risiko yang dihadapi industri perbankan masih terkendali. Kredit bermasalah tercatat sebesar 2,8 persen (gross) atau 1,4 persen (net), jauh di bawah batas toleransi BI di level 5 persen.
Kinerja bank ditopang oleh pertumbuhan kredit sebesar 10,9 persen selama setahun yang lebih baik daripada pertumbuhan kredit bulan sebelumnya 9,7 persen. Adapun pertumbuhan dana pihak ketiga mencapai 13,2 persen.
Terkait kinerja, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan laba sebelum pencadangan sebesar 9,4 persen dari Rp 12,75 triliun menjadi Rp 13,95 triliun.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni dalam siaran persnya menuturkan, selain ditopang pertumbuhan kredit, pertumbuhan laba juga dipengaruhi oleh optimalnya pendapatan nonbunga.
Ekonom IMF, Rudolfs Bems, dalam diskusi proyeksi ekonomi di Jakarta, menyatakan, perekonomian global akan berangsur-angsur membaik pada 2016. Meski demikian, sejumlah risiko tetap diwaspadai. (LAS/AHA)
Kompas 16102015 Hal. 20

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Comments are closed.