Penerbangan : Pengadaan Pesawat Melalui Penunjukan

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah akhirnya memutuskan melakukan penunjukan langsung pengadaan tiga pesawat latih untuk Loka Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi. Pasalnya, sudah tiga kali dilakukan pelelangan pengadaan, tetapi tidak ada peserta yang mau ikut tender akibat nilai tukar dollar AS yang menguat. Semua prosedur pengadaan barang sudah dilakukan berdasarkan aturan yang berlaku, tetapi karena dollar AS menguat, pagu anggaran yang diberikan tidak sesuai lagi.

“Pemerintah akhirnya memutuskan menunjuk langsung ke Cessna untuk pengadaan tiga pesawat latih bermesin tunggal. Pesawat itu akan segera tiba di Indonesia,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perhubungan Wahyu Satrio Utomo, di Jakarta, Selasa (13/10).
Dijelaskan Wahyu, pengadaan pesawat itu sangat mendesak karena kebutuhan pilot Indonesia sangat tinggi, yakni 770 orang per tahun.
“Ketiga pesawat latih itu harus sudah ada di Indonesia pada Desember nanti agar bisa langsung digunakan pada awal 2016,” kata Wahyu.
Sebelumnya diberitakan, pemenuhan tenaga pilot yang masih jauh dari kebutuhan harus segera diupayakan. Jika tidak, akan terjadi kekurangan pilot yang sangat besar. Apalagi setelah Masyarakat Ekonomi ASEAN diterapkan pada 2016, akan memungkinkan semua lulusan pilot di negara ASEAN tidak bekerja di negara asalnya.
Kebutuhan pilot di Indonesia sekitar 900 lebih pilot setiap tahun. Namun, sekolah pilot milik pemerintah dan swasta hanya mampu memenuhi sekitar 300 pilot. Setiap tahun ada 77 pesawat baru yang datang ke Indonesia. Jika setiap pesawat membutuhkan 6 set pilot yang tiap set terdiri atas 2 pilot, yang dibutuhkan sebanyak 924 pilot.
Akan tetapi, saat ini, Indonesia tidak hanya kekurangan pilot. Menurut Kepala Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Udara Yulis Sudoso, Indonesia juga kekurangan SDM teknik pesawat udara. “Jumlahnya mencapai 960 orang. Sementara untuk pengontrol lalu lintas udara kebutuhannya mencapai 726 orang untuk ditempatkan di 242 bandara,” kata Yulis.
Untuk memenuhi kebutuhan itu, saat ini pemerintah juga terus menambah fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah-sekolah penerbangan.
“Kami sedang melakukan pengadaan 51 pesawat latih yang terdiri dari 1 helikopter bermesin ganda, 5 pesawat latih bermesin ganda, dan 45 pesawat latih bermesin tunggal. Anggarannya memakai anggaran tahun jamak hingga 2017,” kata Yulis.

Transportasi laut

Kekurangan sumber daya manusia, menurut Wahyu, sebenarnya tidak hanya terjadi pada transportasi udara. Di transportasi laut, Indonesia juga masih kekurangan SDM.
Padahal, salah satu agenda dalam Nawacita pemerintah saat ini adalah tol laut, terutama untuk Indonesia bagian timur.
Menurut Wahyu, kebutuhan pelaut Indonesia sangat tinggi. Tahun 2015, kebutuhan pelaut dalam negeri mencapai 16.000 orang, sementara untuk luar negeri mencapai 88.552 orang. Sementara sekolah ilmu pelayaran di Indonesia hanya mampu meluluskan 300 pelaut setiap tahun.
“Indonesia memiliki 10 sekolah. Jadi, setiap tahun ada 3.000 lulusan pelaut. Sudah banyak apalagi ditambah dengan sekolah swasta, tetapi masih jauh dari kebutuhan,” kata Wahyu.
Kebutuhan pelaut ini akan semakin besar pada 2019. Diperkirakan, kebutuhan pelaut untuk dalam negeri mencapai 64.897 orang. Sementara untuk luar negeri mencapai 93.478 orang. Kebutuhan pelaut ini juga diiringi dengan kebutuhan SDM kepelabuhanan yang mencapai 6.630 orang.
“Jumlahnya sangat besar karena ada 2.210 pelabuhan umum dan khusus di Indonesia. Selain itu, kita akan membangun 24 pelabuhan baru sehingga pasti tenaga kerja harus ditambah,” ujar Wahyu. (ARN)
Kompas 15102015 Hal. 18

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Comments are closed.