JAKARTA — PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. diusulkan oleh Kementerian BUMN untuk memperoleh tambahan modal senilai Rp1 triliun sehingga secara keseluruhan menjadi Rp4 triliun pada tahun depan.
Semula, berdasarkan Nota Keuangan Rancangan APBN 2016, emiten berkode saham WIKA itu diusulkan memperoleh penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp3 triliun. Namun, pemerintah memutuskan untuk meningkatkan usulan PMN menjadi Rp4 triliun.
Apabila usulan penambahan modal itu disetujui oleh Komisi VI dan Badan Anggaran DPR, Wijaya Karya bakal melakukan penawaran saham baru atau rights issue senilai Rp6,12 triliun pada tahun depan atau lebih tinggi dari rencana semula sekitar Rp4,6 triliun. Selain dari PMN Rp4 triliun, sekitar Rp1,12 triliun berasal dari investor publik di Bursa Efek Indonesia.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Suradi mengatakan rencana penambahan PMN itu dilakukan untuk mendukung rencana perusahaan membangun infrastruktur di berbagai tempat. “Kalau lancar, rights issue-nya Maret atau April 2016,” katanya ditemui di DPR, Senin (5/10).
Di dalam rapat antara Kementerian BUMN dan Komisi VI, Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan penambahan modal untuk Wijaya Karya tersebut dilakukan karena perseroan didorong untuk menggarap proyek infrastruktur di luar Jawa.
Menurutnya, proyek di luar Jawa yang bakal digarap oleh WIKA adalah jalan tol Balikpapan-Samarinda. “Yang semula belum diusulkan dapat pembahasan PMN terdahulu,” kata Rini, Senin (5/10).
Selain itu, Wijaya Karya juga berencana menggarap proyek pembangkit listrik di Aceh dengan kapasitas 2×220 mega watt. Pada awalnya, nilai PMN untuk pembangkit listrik itu hanya sekitar Rp450 miliar.
Namun, dengan adanya total PMN senilai Rp4 triliun, nilai tambahan ekuitas untuk proyek pembangkit listrik tenaga uap itu mencapai Rp1,2 triliun. “Kami sebagai BUMN ikut program pembangun dengan kalkulasi bisnis,” katanya.
Usulan tambahan PMN untuk Wijaya Karya itu merupakan bagian dari usulan tambahan modal senilai Rp3 triliun untuk sejumlah BUMN lainnya seperti PT Pertani (Persero) dan PT Sang Hyang Seri ma sing-masing senilai Rp250 miliar.
Sumber: Bisnis Indonesia. 06 Oktober 2015. hal: 3