JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perhubungan mencabut izin penerbangan berjadwal maskapai Aviastar yang diterapkan mulai Senin (5/10). Hal itu dilakukan menyusul pesawat Aviastar jenis Twin Otter DHC6 bernomor penerbangan MV 7503 yang lepas landas dari Bandara Andi Jemma, Masamba, Sulawesi Selatan, Jumat (2/10), hilang kontak.
Saat ini, maskapai Aviastar hanya memiliki sembilan pesawat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, syarat memiliki izin penerbangan terjadwal minimal mempunyai 10 pesawat.
“Sekarang jumlah pesawat mereka tinggal sembilan. Itu tidak cukup untuk mendapat izin. Jadi, izin penerbangan dicabut, dan mulai diterapkan hari Senin,” ujar Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Minggu (4/10), di Jakarta.
Jonan mengatakan, sebelumnya, Aviastar memiliki dua izin penerbangan, yaitu penerbangan terjadwal dan tidak terjadwal. Akan tetapi, karena jumlah pesawatnya berkurang, saat ini Aviastar hanya memiliki izin penerbangan tidak terjadwal.
Jonan mengatakan, pihaknya belum menentukan sanksi atas hilang kontak tersebut yang diduga akibat memotong rute. “Masih menunggu hasil temuan KNKT. Memotong rute tidak boleh. Begitu juga kalau pilotnya operan. Kalau memang ketahuan seperti itu, kami cabut izinnya,” ujar Jonan.
Jonan menambahkan, ke depan, pihaknya akan melakukan pembatasan terhadap usia pesawat walaupun itu tidak mutlak menjamin terhindarnya kecelakaan pesawat.
Sementara itu, pencarian di hari kedua pesawat Aviastar yang hilang kontak, hingga Minggu, belum membuahkan hasil. Pada Senin ini, pencarian di darat terus diperluas dan di perairan juga akan mulai disisir. Medan sulit dan cuaca buruk menghambat pencarian.
Pada pencarian hari kedua, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya FHB Soelistiyo ikut melakukan penyisiran udara. Pencarian di hari kedua melibatkan dua pesawat fix wing Aviastar dan tiga helikopter milik Basarnas, TNI AD, dan PT Bosowa.
“Saya turun langsung bersama Deputi Potensi untuk memastikan kondisi Medan dan cuaca. Hasilnya memang menunjukkan, medan pencarian 80 persen adalah pegunungan, tenung curam, dan perkampungan terpencil. Hutan di wilayah pencarian juga lebat dan tidak semua lokasi ada penduduknya,” kata Soelistiyo di Pangkalan Udara TNI AU Makassar, Minggu sore.
Hari ini, pencarian di laut akan difokuskan di Bua, Palopo, ke selatan sampai Siwa, Kabupaten Sengkang ke arah utara. Di darat, pencarian hari ketiga akan difokuskan ke Enrekang, Tana Toraja, Sidrap, dan sebagian Luwu. Pencarian melalui darat yang melibatkan 259 personel gabungan TNI, polisi, dan Basarnas menyisir pegunungan dan hutan. (REN/ARN/B07/ART)
Kompas 05102015 Hal. 23