JAKARTA – PT Indika Energy Tbk (INDY) memutuskan mundur dari konsorsium pembangunan pembangkit listrik mandiri (independent power producer/ IPP) di Cirebon, Jawa Barat. Nilai investasi IPP berkapasitas 1.000 megawatt (MW) tersebut sekitar US$ 1,2-1,4 miliar.
Vice President Corporate Finance and Investor Relation Indika Energy Retina Rosabai mengungkapkan, perseroan mengalihkan proyek tersebut kepada pemegang saham perseroan, yaitu PT IndikaMitra Energi.
Adapun Marubeni Corporation, Korea Midland Power, dan Samtan Corporation tetap akanmenjadi mitra strategis Indika Mitra Energi.
“Karena persoalan pendanaan, kami tidak ikut proyek itu. Pemegang saham Indika Energy yang akan memegang proyek tersebut,” kata Retina di Jakarta, Rabu (29/4).
Dia menegaskan, perseroan belum mempertimbangkan untuk ikut proyek IPP lainnya. Saat ini, Indika Energy sudah mengoperasikan satu pembangkit listrik di Cirebon berkapasitas 660 MW.
Pembangkit listrik tersebut juga dibangun oleh konsorsium yang sama. Indika Energymenguasai sekitar 20% saham, Marubeni Corporation sebesar 32,5%, dan Korea Midland Power sebesar 27,5%.
Sementara itu, tahun ini, Indika Energy mengalokasikan dana sebesar US$ 80 juta untuk belanja modal (capital expenditure/capex). Capex tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya US$ 113 juta. “Kami akan menggunakan kas internal,” ujar Retina.
Dia mengatakan, total capex tahun ini termasuk bawaan (carry over) 2014. Tahun lalu, perseroan hanya menyerap 60% capex. Hal tersebut terjadi, karena perseroan menunda beberapa proyek.
“Salah satunya adalah rencana pembangunan kantor baru,” tutur Retina. Sesuai rencana, perseroan akan merealisasikan pembangunan kantor baru tersebut pada tahun ini.
Sepanjang 2014, Indika Energy membukukan pendapatan sebesar US$ 1,11 miliar atau naik 28,5% dibandingkan tahun sebelumnya US$ 863,39 juta. Meski naik, perseroan masih membukukan rugi bersih sebesar US$ 27,5 juta.
Rugi bersih yang dialami perseroan disebabkan kenaikan beban pajak menjadi US$ 28,19 juta pada 2014, dibandingkan 2013 yang senilai US$ 11,25 juta. Sementara itu, rugi sebelum pajak perseroan pada 2014 berkurang drastis menjadi US$ 2,3 juta, dibandingkan 2013 senilai US$ 42,54 juta. Sedangkan debt to equity ratio(DER) perseroan tercatat sebesar 1,4 kali.
Masih Prospektif
Analis Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya mengatakan, kondisi perusahaan tambang saat ini memang kurang bagus. Sebab, harga komoditas saat ini belum terlalu baik. “Kinerja perusahaan tambang terkait erat dengan harga komoditas,” ungkap dia.
Meski demikian, William berpendapat bahwa prospek perusahaan tambang dalam jangka panjang masih prospektif. Meski harga batubara tengah melemah, tetapi potensi rebound masih terbuka lebar. Indika harus memanfaatkan momen tersebut untukmeningkatkan kinerja keuangan.
William menetapkan target harga saham Indika berkode INDY sebesar Rp 510 hingga akhir tahun ini. Pada perdagangan kemarin, INDY ditutup melemah Rp 17 (5,3%) pada harga Rp 302.
Investor Daily, Kamis 30 April 2015, Hal. 15