Kadin Minta Jokowi Selesaikan 4 Masalah Infrastruktur

JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta pemerintah Joko Widodo (Jokowi) mengatasi empat masalah struktural dalam percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Masalah itu adalah kesulitan pengadaan lahan, pendanaan, rendahnya kesadaran warga terhadap urgensi pembangunan, dan masalah koordinasi antarsektor.
“Masalah utama dalam pem­ bangunan infrastruktur adalah sulitnya pengadaan lahan. Tapi, per­masalahan ini (pengadaan lahan) juga sama dengan ma­ salah pendanaan, keduanya ber­kontribusi paling besar dalam lambatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia,” ka­ ta Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Koordinator Wilayah Te­ngah Iwan Dermawan Hanafi seusai acara Focus Group Dis­ cussion Infrastruktur Kadin di Jakarta, Kamis (23/10).
Menurut dia, berbagai pihak se­benarnya sudahmenyadari ur­ gensi pembangunan infrastruktur di Tanah air selama lebih dari li­ ma tahun terakhir. Pemerintah juga sudah merespons dengan ber­bagai perencanaan, termasuk perencanaan jangka menengah, be­rupa Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Eko­nomi Indonesia (MP3EI) tahun 2011-2025.
Selama ini pembangunan in­ frastruktur sangat tergantung pada investasi swasta, sedangkan in­vestasi infrastruktur dari pen­ danaan pemerintah (anggaran pendapatan dan belanja negara/ APBN) sangat kecil. Dari data Bank Dunia, besaran investasi in­frastruktur seharusnya 1% dari product domestic bruto (PDB) suatu negara. Dengan de­mikian, Indonesia sehar usnya me­ nyediakan sekitar Rp 908 triliun, yakni 1%dari PDBRp 9.080 triliun.
“Namun kenyataannya, hanya ada alokasi anggaran untuk in­ frastruktur sebesar Rp 169 triliun da­lam APBN 2015 dan Rp 206 da­lam APBN 2014. Akibatnya, in­vestasi infrastruktur pada 2013 dan 2014 lebih banyak dilaksanakan BUMN,” jelas dia.
Untuk menyelesaikan per­ masa l ahan pendanaan i n ­ frastruktur, pemerintahan Jokowi ha­rus membuat regulasi yang mendukung investasi di bidang ter­sebut. Pemerintah selanjutnya harus bisa menciptakan iklimpo­ litik yang baik sehingga menarik minat investor lokal dan asing untuk menanamkan modal di Indonesia.
“Kalau regulasinya kuat, in­ vestor tidak akan ragu dan takut untuk mengeluarkan dana bagi pembangunan infrastruktur,” kata dia.
Selain itu, pemerintahanJokowi di­minta untuk mendirikan bank infrastruktur. Bank ini nantinya bisa bekerja secara khusus un­tuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur.
“Proyek pembangunan in­ frastruktur itu sebenarnya sa­ ngat banyak dan jelas, dan juga su­dah tertuang dalam MP3EI. Ka­mi merekomendasikan pe­ me­rintahan Jokowi membentuk bank infrastruktur, supaya pen­ danaan bisa langsung dan (pro­ sesnya) lebih cepat, karena sudah ada satu sumbernya,” kata Iwan.
Dia pun menuturkan, pem­ bangunan infrastruktur di In­ donesia sudah tertinggal oleh be­berapa negara lainnya yang sa­ma-sama masuk ke dalam ka­ tegori negara berkembang. Un­tuk itu, pemerintah perlu melakukan introspeksi ke ‘tubuh’ birokrat.
“Negara lain sudah mampu mem­bangun ribuan kilometer jalan, sementara itu kita jauh ter­tinggal. Antara pemerintah ka­bupaten, kota, dan pusat harus ada harmonisasi dalam mendorong hal ini,” tutur dia.
Lebih lanjut, pemerintah ba­ ru diharapkan juga berfokus pada visi pemerintahan, yak­ ni mengembangkan sek­tor maritim. Untuk itu, Jo­kowi harus membangun in­frastruktur yang memadai se­per ti pelabuhan. Apalagi Pre­siden terpilih tersebut se­belumnya sudah melontarkan wa­cana pembangunan tol laut, dengan mempercepat pem­ba­ ngun­an pelabuhan.
“ Intinya, bagaimana pe­ la­buhan efisien sehingga bi­ sa menurunkan biaya lo­gis­ tik dan meningkatkan da­ya saing. Selama ini, biaya lo­ gistik sangat mahal, karena in­frastruktur tidak menunjang perpindahan barang dari sua­tu daerah ke daerah lain di In­ donesia,” papar dia.
Investor Daily, Jumat 24 Oktober 2014, Hal. 23

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.