Investasi Migas Akan Tembus US$ 50 Miliar Per Tahun: Percepat Proyek IDD, Masela danTrain-3 Tangguh

JAKARTA –- Proyek-proyek besar IDD, Masela, dan Train-3 Tangguh harus dipercepat untuk mendongkrak produksi migas, pendapatan negara, dan mendorong pengembangan industri dalamnegeri. Ketiga proyek itu berpotensi melambungkan investasi migas nasional hingga 150%, dari US$ 20-30 miliar per tahun menjadi US$ 50 miliar. “Ada beberapa proyek yang harus dipercepat oleh pemerintah, yakni proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) oleh Chevron Indonesia Company, Train-3 Kilang Tangguh oleh BP Berau Limited, dan pengembangan Lapangan Abadi di Blok Masela oleh Inpex Corporation. Jika seluruh proyek tersebut dipercepat dalam 4-5 tahun, investasi migas nasional bisa naik menjadi US$ 50 miliar per tahun. Ini termasuk dari investasi proyekproyek existing US$ 20-30 miliar per tahun,” kata Ketua Indonesian Petroleum Association (IPA) Lukman Mahfoedz sebelum acara Peluncuran Skenario Bandung: Sketsa Energi Indonesia 2030 di Jakarta, Selasa (14/10). Selainmenyumbang pendapatan negara dan mendorong pengembangan industri dalam negeri, lanjut Lukman, investasi sebesar US$ 50 miliar per tahun itu akan menyediakan banyak lapangan kerja. Investasi ini juga dibutuhkan untuk mencapai target produksi (lifting) migas sesuai APBN. Pada APBN 2015, target liftingminyak bumi sebanyak 900 ribu barel per hari (bph) dan gas bumi 1.248 ribu setara barel minyak per hari.
“Padahal, saat ini, sektor migas nasional terlihat suram dengan produksi minyak yang bahkan tidak mencapai 800 ribu bph. Dilihat dari pengerjaan wilayah kerja, baru ada 58 wilayah kerja yang sudah berproduksi, sisanya 22 masih dalam pengembangan dan 241 masih dalam tahap eksplorasi,” tutur Lukman.
Pada intinya, lanjut dia, perlu kerja keras dari seluruh pihak terkait untuk menaikkan investasi migas nasional. Harus ada gebrakan atau out of the box thinking untuk mempercepat investasi migas. “Hal ini termasuk per­lu adanya upa­ya-upaya untuk meng­ atasi kriminalisasi proyek migas dan menyelesaikan masalah perpajakan yang membebani,” tandas dia.
Deputi Pengendalian Komersial Sa­ tuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Widhyawan Prawiraatmadja mengungkapkan, karena masa­ lah yang berlarut-larut, proyek IDD menjadi terus tertunda dan belumbisa mencapai tahap penyelesaian investasi (final investment decision/FID).
“Padahal, jika proyek ini bisa lebih cepat kelar dan gas sebanyak 1 miliar kaki kubik per hari tadi bisa dijual, kita bisa dapat US$ 1 miliar per tahun,” ujar dia.
Proyek tersebut bisa dipercepat jika kepentingan-kepentingan lain dan perburuan rente hilang, serta pemerintah baru segera membuat keputusan yang tepat. Dengan demikian, lanjut dia, bukan cuma IDD, tetapi proyek Masela dan Tangguh juga dipercepat.
Proyek IDD sebelumnya terhambat oleh belum adanya persetujuan terkait pembengkakan nilai investasi yang mencapai dua kali lipat menjadi US$ 12 miliar. Posisi terakhir, kata Pelaksana Tugas Kepala SKKMigas Johanes Widjonarko, pihak Chevron ingin meng­ ajukan revisi rencana pengembangan (plan of development/POD).
“Mereka sendiri yang mengusulkan revisi POD, karena kemarin itu ditemukan cadangan tambahan dan ada yang terkait pembengkakan nilai investasi,” papar dia.
Proyek IDD Chevron ini menggabungkan empat kontrak kerja sama, yaitu Ganal, Rapak, Makassar Strait, dan Muara Bakau. Lapangan Bangka direncanakan menghasilkan gas sekitar 150 mmscfd, Gehem Hub sebesar 420 mmscfd dan kondensat 25 ribu bph, serta lapangan Gendalo Hub mencapai 700 mmscfd dan 25 ribu bph kondensat. POD proyek ini telah disetujui sejak 2008.
Blok Masela
Untuk pengembangan BlokMasela, kata Widhyawan, masih terkendala jangka waktu kontrak yang belum disepakati. Inpex telah mengajukan perpanjangan kontrak selama 20 tahun, dengan pertimbangan besarnya investasi yang dikucurkan sehingga sisa waktu kontrak tidak mencukupi untuk pengembalian modal. Namun, hingga kini belum ada persetujuan perpanjangan dari pemerintah.
Proyek Abadi telah mendapat persetujuan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) pada Agustus lalu dan Inpex selaku operator tengah menggarap desain rinci (front end engineering design/FEED) proyek tersebut. Inpex sudah mulai melakukan pemboran tiga sumur delineasi di Lapangan Abadi pada Juni tahun lalu, yaitu Abadi-8, Abadi-9, dan Abadi-10.
Inpex juga melakukan pemboran sumur eksplorasi Berkat-1. “Inpex sudah menyelesaikan pemboran 3 sumur delineasi dan 1 sumur eksplorasi sebagai upaya untuk menambah cadangan. Hasil pemboran sedang dalam proses kajian lebih lanjut untuk ser tifikasi cadangan terbukti. Inpex juga sudah menyelesaikan FEED SURF dan FEED FLNG, yang masih perlu didiskusikan lebih lanjut sehubungan hasil pemboran sumur-sumur delineasi,” kataManager Communication and Relations Inpex Alfred Menayang.
Sesuai rencana pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela ditargetkan memproduksi gas sebesar 355 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd). Untuk memasarkan gas, Inpex akan membangun kilang LNG berkapasitas 2,5 juta ton per tahun. Selain itu, Lapangan Abadi akan memproduksi kondensat 8.400 barel per hari .
Train-3 Kilang Tangguh
Sementara itu, Train-3 Kilang Tangguh juga sudah mendapat izin lingkung­an dan amdal pada Agustus lalu. Saat ini, pihak BP masih terus mengurus untukmemperoleh beberapa persetujuan untuk bisa melanjutkan pengerjaan perencanaan, desain, serta pengadaan barang dan jasa.
“Sekarang kami juga bekerja giat dengan pemerintah dan instansi terkait untuk meminimalkan delay proyek,” kata Head of Country IndonesiaBP Berau Darmawan Syamsu. Menurut dia, pengerjaan proyek ini sudah terlambat dari jadwal. Tetapi, pihak BP berupaya untuk meminimalkan dampak dari keterlambatan tersebut.
Saat ini, terdapat dua traindi proyek Tangguh yang berlokasi di Teluk Bintuni, Papua Barat. Tiap train memiliki kapasitas produksi 3,8 juta tonper tahun atau total 7,6 juta ton per tahun. Sedangkan rencana pengembangan dengan penambahan kilang LNG ketiga (Train 3) padakegiatanoperasional yang sudah ada akan meningkatkan total kapasitas produksi, menjadi 11,4 mtpa.
Proyek pengembangan senilai US$ 12 miliar tersebut akan memberi nilai tambah yang cukup besar bagi Pemerintah Indonesia dan akan membantu memenuhi kebutuhan energi di Indonesia. Sebagai bagian dari proyek pengembangan Tangguh, BP dan mitra-mitranya akan memasok 40% dari output Train 3 (1,5 mtpa) kepada PT PLN (Persero) untuk pasar Indonesia.
Selain menggarap Train-3, lanjut Darmawan Syamsu, pihaknya melanjutkan kegiatan resources progression assessment dan resources progression activities untuk melihat potensi yang ada di sekitar proyek. Namun, untuk pemboran eksplorasi akan disesuaikan dengan komitmen dalam kontrak. “Kami lihat perkembangan yang ada, Genting Oil bisa menemukan gas dari cekungan yang sama. Jadi, mudah-mudahan masih banyak lagi yangmelakukan eksplorasi,” tutur dia.
Perbaikan Fiskal
Ke depan, menurut pengamat energi Darmawan Prasojo, harus ada perbaikan iklim investasi migas nasional. Hal ini terutama terkait paket fiskal, pelaksanaan lelang, dan perbaikan perizinan proyek migas.
“Strategi ke depan, kebijakan fiskal berdasarkan asas fairness, di mana investor jangan rugi, tetapi juga untungnya tidak kebanyakan,” tutur dia.
Hal itu mengingat biaya produksi migas setiap tahunnya terus meningkat. Saat ini, rata-rata biaya produksi migas nasional sudah sekitar US$ 3040 per barel untuk minyak dan US$ 9 per mmbtu untuk gas.
Selain itu, lanjut Darmawan Prasojo, lelang blok migas harus dibuat transparan dan dipastikan benar-benar perusahaan migas yang memiliki kemampuan dan kapasitas yang memenangkan pengelolaan blok migas. Selanjutnya, proses perizinan harus diperbaiki, dengan birokrasi harus berbasis profesionalisme.
“Ke depan, kita juga perlu memetakan sumber daya menjadi reserve (cadangan), selanjutnya dibangun untuk diproduksi,” ucap dia.
Investor Daily, Rabu 15 Oktober 2014, hal. 1

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.