JAKARTA, KOMPAS — Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum pada Kementerian Pekerjaan Umum akan menyehatkan lima Perusahaan Daerah Air Minum yang sakit. Penyehatan dilakukan dengan melakukan pinjaman dari perbankan.Kelima PDAM tersebut adalah PDAM Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng (Bali), Kota Palopo (Sulawesi Selatan), serta Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas (Jawa Tengah). ”Saat ini pembahasan sedang dilakukan di Kementerian Keuangan, untuk mendapatkan izin dan skema pinjaman yang terbaik,” ujar Kepala Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPP SPAM) Tamin Zakaria, di Jakarta, pekan lalu.
Total investasi dari pinjaman perbankan untuk kelima PDAM itu Rp 951,2 miliar. Ditargetkan 161.850 sambungan rumah bisa dihasilkan dari pinjaman itu.
Sebelumnya, enam PDAM lain juga mendapat kredit investasi dari perbankan dengan investasi Rp 582,9 miliar. Keenam PDAM itu adalah PDAM Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Bogor (Jawa Barat), Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Giri Menang (Nusa Tenggara Barat), Kota Malang (Jawa Timur), dan Kota Banjarmasin (Kalimantan Selatan). Total sambungan kelima PDAM itu 139.535 sambungan rumah dengan kapasitas keseluruhan 1.840 liter per detik.
Selama 30 tahun pelaksanaan layanan air minum, hingga kini masih banyak penduduk yang belum terlayani air bersih. Target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) sebesar 68,87 persen penduduk pada tahun 2015 masih belum tercapai.
Menurut Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Imam S Ernawi, sampai akhir 2013, cakupan layanan air bersih mencapai 61,83 persen. ”Harapannya, sampai akhir 2014, cakupan layanan mencapai 65,61 persen,” kata Imam.
70 PDAM sakitBerdasarkan data BPP SPAM, dari 387 PDAM yang tersebar di seluruh Indonesia, hanya 176 PDAM yang masuk kategori sehat. ”Sebanyak 104 PDAM kurang sehat, 70 PDAM sakit, dan 34 PDAM belum menyampaikan laporan keuangan,” kata Tamin.
Permasalahan yang dihadapi adalah pengelolaan yang kurang efisien dan kurangnya pendanaan untuk pengembangan layanan. Pengelolaan air yang tidak efisien terlihat dari harga jual air PDAM yang jauh di bawah biaya produksi. Hasil audit BPKP pada 2010, harga pokok air rata-rata tahun 2009 sebesar Rp 3.083,75 per meter kubik. Namun, harga jual air ternyata rata-rata hanya Rp 2.793,06 per meter kubik.
Selain itu, juga masih banyak air yang bocor. BPP SPAM menghitung rata-rata tingkat air yang hilang secara nasional pada 2010 sebesar 35,87 persen. (ARN)
Kompas 13102014 Hal. 19
Total investasi dari pinjaman perbankan untuk kelima PDAM itu Rp 951,2 miliar. Ditargetkan 161.850 sambungan rumah bisa dihasilkan dari pinjaman itu.
Sebelumnya, enam PDAM lain juga mendapat kredit investasi dari perbankan dengan investasi Rp 582,9 miliar. Keenam PDAM itu adalah PDAM Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Bogor (Jawa Barat), Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Giri Menang (Nusa Tenggara Barat), Kota Malang (Jawa Timur), dan Kota Banjarmasin (Kalimantan Selatan). Total sambungan kelima PDAM itu 139.535 sambungan rumah dengan kapasitas keseluruhan 1.840 liter per detik.
Selama 30 tahun pelaksanaan layanan air minum, hingga kini masih banyak penduduk yang belum terlayani air bersih. Target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) sebesar 68,87 persen penduduk pada tahun 2015 masih belum tercapai.
Menurut Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Imam S Ernawi, sampai akhir 2013, cakupan layanan air bersih mencapai 61,83 persen. ”Harapannya, sampai akhir 2014, cakupan layanan mencapai 65,61 persen,” kata Imam.
70 PDAM sakitBerdasarkan data BPP SPAM, dari 387 PDAM yang tersebar di seluruh Indonesia, hanya 176 PDAM yang masuk kategori sehat. ”Sebanyak 104 PDAM kurang sehat, 70 PDAM sakit, dan 34 PDAM belum menyampaikan laporan keuangan,” kata Tamin.
Permasalahan yang dihadapi adalah pengelolaan yang kurang efisien dan kurangnya pendanaan untuk pengembangan layanan. Pengelolaan air yang tidak efisien terlihat dari harga jual air PDAM yang jauh di bawah biaya produksi. Hasil audit BPKP pada 2010, harga pokok air rata-rata tahun 2009 sebesar Rp 3.083,75 per meter kubik. Namun, harga jual air ternyata rata-rata hanya Rp 2.793,06 per meter kubik.
Selain itu, juga masih banyak air yang bocor. BPP SPAM menghitung rata-rata tingkat air yang hilang secara nasional pada 2010 sebesar 35,87 persen. (ARN)
Kompas 13102014 Hal. 19