JAKARTA, KOMPAS — Nilai investasi Korporasi Keuangan Internasional (IFC) yang merupakan anggota Kelompok Bank Dunia di perusahaan swasta di Indonesia mencatat rekor baru, yakni senilai 804 juta dollar AS, meningkat sekitar 84 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Sektor infrastruktur dan pasar modal menjadi sasaran utama IFC.Direktur IFC untuk Kawasan Asia dan Pasifik Vivek Pathak, di Jakarta, Rabu (8/10), menyatakan, angka itu merupakan angka selama tahun fiskal 2014 (berakhir 30 Juni 2014). Jumlah investasi IFC diperkirakan akan meningkat mencapai lebih dari 1 miliar dollar AS dalam tahun fiskal 2015 yang sedang berjalan.
Vivek Pathak mengatakan, hampir tiga perempat investasi selama tahun fiskal 2014 di sektor infrastruktur. IFC mendukung rencana pemerintah baru untuk membangun lebih banyak infrastruktur.
”Prioritas utama kami tahun ini adalah bekerja sama dengan sektor swasta dan pemerintah baru untuk meningkatkan sektor infrastruktur dan pasar modal yang akan mendorong daya saing negara ini untuk jangka panjang,” kata Vivek Pathak.
Sejak beroperasi di Indonesia 46 tahun lalu, IFC sudah membiayai total investasi sebesar 6,2 miliar dollar AS. Dari total itu, hampir seperempatnya dilakukan hanya dalam 15 bulan terakhir. Dari investasi 1,5 miliar dollar AS dalam 15 bulan terakhir, sekitar 1 miliar dollar AS untuk aneka proyek manufaktur skala besar.
Dua investasi besar IFC di kedua sektor ini adalah pemberian pinjaman jangka panjang sebesar 509 juta dollar AS ke PT Panca Amara Utama (PAU), perusahaan manufaktur bahan kimia, dan fasilitas pinjaman sebesar 280 juta dollar AS kepada produser listrik independen, PT Bajradaya Sentranusa (BDSN).
Untuk memperkuat pengembangan pasar modal Indonesia, IFC bermitra dengan PT Ciputra Residence, salah satu perusahaan pengembang perumahan terkemuka di Indonesia. Pada April lalu, IFC memberikan jaminan 20 persen dari jumlah pokok obligasi Rp 500 miliar yang diterbitkan PT Ciputra Residence.
Menurut Vivek Pathak, pemberian partial credit guarantee oleh IFC berhasil meningkatkan peringkat obligasi ini. Hal itu menarik minat lebih banyak institusi penanam modal untuk berinvestasi di Indonesia. (BEN)
Kompas 09102014 Hal. 20