JAKARTA – Pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Joko WidodoJusuf Kalla harus mulai bangun ‘kebun energi’ yaitu kebun sawit yang khusus dibuat untuk hasilkan crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku produksi green diesel.
Guna merealisasikan hal itu, perlu dibentuk aliansi antara BUMN perkebunan dengan BUMN energi sebagai pemegang komando implementasi program.Produk green diesel dijual kepada BUMN Energi untuk didistribusikan dan dijual ke pasar dalam negeri. Sebagian hasil penjualan kelapa sawit digunakan oleh petani untuk mencicil kredit lunaknya.
“Ini yang menjadi konsep energi dari rakyat untuk rakyat. Rakyat berpartisipasi menyediakan bahan baku energi nabati, turut serta dalamproses produksi BBN (bahan bakar nabati- red) dan menyediakan energi untuk rakyat banyak,”ujar pengamat energi Wibowo S.Wirjawan kepada wartawan di Jakarta, Senin (29/9).
Pemerintah Jokowi-JK, kata dia, bisa memanfaatkan banyaknya lahan terlantar di Indonesia yang mencapai 70 juta hektare terutama hutanHPH yang sudah tidak produktif, lahan gambut eks-program 1 juta hektare dan tanah HTI yang ditelantarkan pemiliknya.
“Tidak ada kata terlambat untukmemulai. Pemerintah Baru harus mulai bangunKebunEnergi sekarangmeskipun hasilnya akan dinikmati dalam tiga-empat tahun mendatang,”tutur WS Wirjawan yang pernah menjadi Deputi Pengendalian Finansial BP Migas (sekarang SKK Migas).
Wirjawan menambahkan melalui pembentukan “kebun energi” yang dikelola bersama oleh aliansi perkebunan dan BUMNEnergi, maka masalah lingkungan, pengelolaan limbah dan karbon (CO2) bisa diatasi denganmelalui penerapan praktek-praktek manajemen kebun yang berstandar Indonesia Sustainability Palm Oil (ISPO).
Wirjawan menjelaskan pengembangan biofuel di Indonesia tidak berkembang pesat seperti di negara lain karena banyaknya faktor penghambat dalam implementasi program pengembangan biodiesel.
“Padahal banyak multiplier effect yang didapat. Untuk produksi green diesel 100.000 barel perhari dibutuhkan sekitar 5 juta ton CPO per tahun dan luas lahan 1 juta hektare. Perlu tenaga kerja sekitar 1,5 juta orang dan devisa yang bisa dialihkan ke dalam negeri sebagai substitusi impor mencapai US$ 4,6 miliar per tahun,”tuturnya lagi.
Menurut dia, meskipun biodiesel generasi I mempunyai kelemahan seperti menyebabkan mesin ‘ngelitik’, mudah beku pada suhu tertentu, dan kandungan sulfur bisa sebabkan korosi mesin, tetapi dengan teknologi proses yang lebih maju seperti milik Neste Oil bisa mengatasi kelemahan diatas dan menghasilkan green diesel berkualitas tinggi, bahkan melebihi kualitas diesel dari minyak bumi (petro diesel). (es)
Investor Daily, Selasa 30 September 2014, hal. 9