KYOTO, KOMPAS — Pengusaha Jepang yang tergabung dalam Japan Indonesia Association menyiapkan 900 miliar dollar AS untuk diinvestasikan pada masa pemerintahan presiden-wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla. Untuk itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap pemerintah mendatang bisa terus memperbaiki iklim investasi dan infrastruktur yang masih kurang saat ini.Presiden Yudhoyono menyampaikan hal itu dalam jumpa pers yang diikuti wartawan Kompas, Suhartono, di Kyoto, Jepang, Senin (29/9), menjelang kembali ke Tanah Air. Jumpa pers digelar seusai pertemuan dengan pengusaha yang tergabung dalam Japan Indonesia Association yang diketuai Yasuo Fukuda, mantan Perdana Menteri Jepang.
Beberapa pemimpin perusahaan besar Jepang, seperti Mitsubishi dan Toyota, hadir dalam pertemuan itu. Sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, seperti Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung, Menteri Perindustrian MS Hidayat, dan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, juga turut menghadiri pertemuan itu.
Menurut Yudhoyono, perbaikan yang bisa terus dilakukan pemerintah mendatang antara lain soal aturan dan regulasi yang baik dan jelas. Segala perbaikan tersebut bisa semakin menarik pengusaha Jepang untuk berinvestasi di Indonesia.
Presiden Yudhoyono mengutip studi McKenzie menyebutkan, saat ini kebutuhan investasi Indonesia sekitar 500 miliar dollar AS. Pada tahun 2030, kebutuhan investasi diperkirakan meningkat menjadi 1,8 triliun dollar AS.
”Dari kebutuhan investasi 1,8 triliun dollar AS itu, Indonesia tidak mungkin mengandalkan dana dari dalam negeri saja. Jadi, perlu kerja sama dengan negara lain, termasuk Jepang sebagai mitra strategis,” ucap Yudhoyono.
Kemampuan dana investasi dari dalam negeri diperkirakan hanya 50 persen atau sekitar 900 miliar dollar AS.
”Dengan demikian, ada peluang investasi dari negara lain hingga 1 triliun dollar AS,” tambahnya.
Investasi tersebut bisa dialokasikan untuk pembangunan berbagai hal, di antaranya infrastruktur, telekomunikasi, dan transportasi.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan, total penanaman modal asing (PMA) di Indonesia pada Januari-Juni 2014 mencapai 14,287 miliar dollar AS, yang terdiri atas 5.285 proyek. Dari jumlah itu, PMA dari Jepang 1,541 miliar dollar AS atau 10,8 persen dari total PMA.
Setidaknya, sejak tahun 2010, Jepang selalu menempati lima besar negara dengan PMA terbesar di Indonesia. (IDR)
Kompas 30092014 Hal. 20
Beberapa pemimpin perusahaan besar Jepang, seperti Mitsubishi dan Toyota, hadir dalam pertemuan itu. Sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, seperti Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung, Menteri Perindustrian MS Hidayat, dan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, juga turut menghadiri pertemuan itu.
Menurut Yudhoyono, perbaikan yang bisa terus dilakukan pemerintah mendatang antara lain soal aturan dan regulasi yang baik dan jelas. Segala perbaikan tersebut bisa semakin menarik pengusaha Jepang untuk berinvestasi di Indonesia.
Presiden Yudhoyono mengutip studi McKenzie menyebutkan, saat ini kebutuhan investasi Indonesia sekitar 500 miliar dollar AS. Pada tahun 2030, kebutuhan investasi diperkirakan meningkat menjadi 1,8 triliun dollar AS.
”Dari kebutuhan investasi 1,8 triliun dollar AS itu, Indonesia tidak mungkin mengandalkan dana dari dalam negeri saja. Jadi, perlu kerja sama dengan negara lain, termasuk Jepang sebagai mitra strategis,” ucap Yudhoyono.
Kemampuan dana investasi dari dalam negeri diperkirakan hanya 50 persen atau sekitar 900 miliar dollar AS.
”Dengan demikian, ada peluang investasi dari negara lain hingga 1 triliun dollar AS,” tambahnya.
Investasi tersebut bisa dialokasikan untuk pembangunan berbagai hal, di antaranya infrastruktur, telekomunikasi, dan transportasi.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan, total penanaman modal asing (PMA) di Indonesia pada Januari-Juni 2014 mencapai 14,287 miliar dollar AS, yang terdiri atas 5.285 proyek. Dari jumlah itu, PMA dari Jepang 1,541 miliar dollar AS atau 10,8 persen dari total PMA.
Setidaknya, sejak tahun 2010, Jepang selalu menempati lima besar negara dengan PMA terbesar di Indonesia. (IDR)
Kompas 30092014 Hal. 20