JAKARTA, KOMPAS — Asia Tenggara akan kembali menikmati aliran modal asing yang berinvestasi untuk mengambil manfaat dari pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Indonesia masih menjadi negara yang paling diminati investor berkat pasar domestik yang sangat atraktif.Wakil Direktur Bank Pembangunan Asia (ADB) Indonesia Edimon Ginting mengungkapkan hal itu, Kamis (25/9), di Jakarta. Pemerintah harus merespons dengan menyiapkan regulasi dan infrastruktur untuk mempercepat investor mewujudkan rencana bisnis mereka.
”Saat ditanya dalam survei terbaru investor asing akan berekspansi ke negara mana di wilayah ASEAN, Indonesia menjadi pilihan pertama. Mereka juga optimistis berinvestasi di ASEAN tetap bisa menghasilkan profit,” kata Edimon.
Edimon mengutip survei Proyeksi Bisnis Tahun 2015 yang dilakukan AmCham Singapore dan Kamar Dagang AS di ASEAN. Indonesia berada di urutan pertama tujuan ekspansi pengusaha asing sepanjang 2014 disusul Vietnam dan Myanmar.
Dari sisi potensi menghasilkan profit pada tahun 2015, investor asing memilih Myanmar sebagai negara paling prospektif di ASEAN. Adapun Indonesia berada di urutan kedua.
”Iklim investasi menjadi kunci penting pertumbuhan Indonesia mendatang. Masa komoditas sudah lewat sehingga sektor industri manufaktur dan jasa sangat prospektif menjadi pencipta lapangan kerja,” katanya.
Pengusaha nasional juga bertekad merealisasikan investasi mereka mulai 2015. Yang dibutuhkan pengusaha saat ini adalah infrastruktur, kepastian hukum, pemberantasan pungutan liar, dan penghapusan regulasi perusak iklim investasi.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, pemerintah harus segera mengalihkan subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk membangun infrastruktur dan kegiatan produktif lain. Pengusaha siap menciptakan sedikitnya 3 juta lapangan kerja untuk menyerap 2,5 juta pencari kerja baru dan 500.000 penganggur.
”Kita sudah kehilangan berbagai momentum ekonomi karena pemerintah terjebak dengan anggaran populis dan lupa membangun. Lima tahun mendatang merupakan era terpenting dalam pembangunan fundamental ekonomi Indonesia demi kesejahteraan yang lebih merata,” ujar Sofjan.
Keterampilan pekerjaPenerapan teknologi berperan penting dalam perkembangan perusahaan berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Meski demikian, pengembangan sumber daya manusia tetap menjadi kunci kemajuan suatu perusahaan.
Hal tersebut merupakan salah satu hasil riset yang dilakukan Accenture dengan mewawancarai sekitar 200 eksekutif senior perusahaan yang berada di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura. Mereka berasal dari sektor publik, pendidikan, bisnis, termasuk perusahaan multinasional yang berbasis di Asia Tenggara. Sekitar 20 persen berasal dari Indonesia.
”Untuk kondisi ke depan yang membutuhkan koneksi di dalam regional, diperlukan banyak investasi untuk teknologi. Di Indonesia, kebutuhan teknologi menjadi sangat penting untuk menghubungkan Indonesia bagian barat dengan timur,” ujar Accenture Strategy Country Lead Evan K Wiradharma.
Secara terpisah, Chief Corporate Human Capital Development Astra Internasional Aloysius Budi Santoso mengatakan, kualitas sumber daya manusia menjadi kunci berkembangnya perusahaan. Budi menyoroti struktur pendidikan di Indonesia yang sekitar 60 persen baru mengenyam pendidikan menengah pertama.
”Selain harus wajib belajar 12 tahun, sebaiknya perusahaan tak hanya memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga memberikan keterampilan. Jangan sampai kita hanya unggul sebagai pasar,” ujar Budi. (HAM/A12)
Kompas 26092014 Hal. 19
”Saat ditanya dalam survei terbaru investor asing akan berekspansi ke negara mana di wilayah ASEAN, Indonesia menjadi pilihan pertama. Mereka juga optimistis berinvestasi di ASEAN tetap bisa menghasilkan profit,” kata Edimon.
Edimon mengutip survei Proyeksi Bisnis Tahun 2015 yang dilakukan AmCham Singapore dan Kamar Dagang AS di ASEAN. Indonesia berada di urutan pertama tujuan ekspansi pengusaha asing sepanjang 2014 disusul Vietnam dan Myanmar.
Dari sisi potensi menghasilkan profit pada tahun 2015, investor asing memilih Myanmar sebagai negara paling prospektif di ASEAN. Adapun Indonesia berada di urutan kedua.
”Iklim investasi menjadi kunci penting pertumbuhan Indonesia mendatang. Masa komoditas sudah lewat sehingga sektor industri manufaktur dan jasa sangat prospektif menjadi pencipta lapangan kerja,” katanya.
Pengusaha nasional juga bertekad merealisasikan investasi mereka mulai 2015. Yang dibutuhkan pengusaha saat ini adalah infrastruktur, kepastian hukum, pemberantasan pungutan liar, dan penghapusan regulasi perusak iklim investasi.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, pemerintah harus segera mengalihkan subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk membangun infrastruktur dan kegiatan produktif lain. Pengusaha siap menciptakan sedikitnya 3 juta lapangan kerja untuk menyerap 2,5 juta pencari kerja baru dan 500.000 penganggur.
”Kita sudah kehilangan berbagai momentum ekonomi karena pemerintah terjebak dengan anggaran populis dan lupa membangun. Lima tahun mendatang merupakan era terpenting dalam pembangunan fundamental ekonomi Indonesia demi kesejahteraan yang lebih merata,” ujar Sofjan.
Keterampilan pekerjaPenerapan teknologi berperan penting dalam perkembangan perusahaan berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Meski demikian, pengembangan sumber daya manusia tetap menjadi kunci kemajuan suatu perusahaan.
Hal tersebut merupakan salah satu hasil riset yang dilakukan Accenture dengan mewawancarai sekitar 200 eksekutif senior perusahaan yang berada di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura. Mereka berasal dari sektor publik, pendidikan, bisnis, termasuk perusahaan multinasional yang berbasis di Asia Tenggara. Sekitar 20 persen berasal dari Indonesia.
”Untuk kondisi ke depan yang membutuhkan koneksi di dalam regional, diperlukan banyak investasi untuk teknologi. Di Indonesia, kebutuhan teknologi menjadi sangat penting untuk menghubungkan Indonesia bagian barat dengan timur,” ujar Accenture Strategy Country Lead Evan K Wiradharma.
Secara terpisah, Chief Corporate Human Capital Development Astra Internasional Aloysius Budi Santoso mengatakan, kualitas sumber daya manusia menjadi kunci berkembangnya perusahaan. Budi menyoroti struktur pendidikan di Indonesia yang sekitar 60 persen baru mengenyam pendidikan menengah pertama.
”Selain harus wajib belajar 12 tahun, sebaiknya perusahaan tak hanya memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga memberikan keterampilan. Jangan sampai kita hanya unggul sebagai pasar,” ujar Budi. (HAM/A12)
Kompas 26092014 Hal. 19