LISABON, KOMPAS — Untuk meningkatkan jumlah penumpang internasional, Garuda Indonesia menjajaki kerja sama berbagi kursi penerbangan (co-chair flight) dengan maskapai penerbangan Portugal yang akan menghubungkan Jakarta-Amsterdam-Lisabon.Peningkatan jumlah penumpang asal Portugal dan negara-negara di sekitarnya merupakan bentuk kerja sama ekonomi menyusul kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Portugal. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Suhartono, dari Lisabon.
Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar kepada pers, di Lisabon, Jumat (19/9) sore atau Sabtu dini hari WIB, mengatakan, pembicaraan dengan maskapai asal Portugal sudah dijajaki. Meski demikian, pembicaraan lebih lanjut mengenai perjanjian tersebut perlu melibatkan Kementerian Perhubungan masing-masing negara.
”Konektivitas antara Lisabon dan Jakarta bentuk kerja samanya dengan maskapai Portugal, TAP Airways. Co-chair itu harus ada agreement-nya, dan kami akan bahas dengan Kementerian Perhubungan terkait service agreement,” kata Emirsyah.
Terkait kerja samanya, Emirsyah menambahkan, pola kerja sama yang dilakukan adalah penerbangan dari Jakarta-Amsterdam menggunakan pesawat Garuda Indonesia dan selanjutnya dari Amsterdam ke Lisabon menggunakan pesawat TAP Airways.
Emirsyah mengatakan, penjajakan itu memiliki peluang besar karena Portugal dapat menjadi pintu masuk Uni Eropa dan negara-negara sekitarnya, yaitu Afrika dan Amerika Latin. Demikian juga kerja sama dengan Indonesia, Indonesia akan menjadi pintuk masuk ASEAN.
Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto di Lisabon mengatakan, Portugal bisa menjadi pintu masuk perdagangan dan investasi Indonesia ke Amerika Selatan dan Afrika. Sementara Indonesia bagi Portugal bisa menjadi pintu masuk ke Asia.
Kadin Indonesia bersama Kedutaan Besar RI di Lisabon mengadakan seminar bisnis dengan mengundang kalangan pengusaha Portugal yang berminat berinvestasi ataupun berbisnis ke Indonesia. ”Pengusaha yang hadir benar. Mereka akan action,” lanjutnya.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Portugal Mulya Wirana mengatakan, sejak pemulihan hubungan diplomatik pada Desember 1999 dan pengisian jabatan duta besar tahun 2001, meski perlahan-lahan, kualitasnya terus meningkat.
Kompas 22092014 Hal. 20