JAKARTA, KOMPAS — Biaya operasional penerbangan di Indonesia lebih tinggi daripada negara lain. Penyebabnya, antara lain, harga avtur dan komponen pesawat di Indonesia lebih tinggi.”Sangat tidak masuk akal komponen pesawat dikenai bea masuk. Di negara lain tidak ada yang demikian,” kata Chief Executive Officer AirAsia Group Tony Fernandes saat peluncuran kartu kredit Visa, hasil sinergi antara PT Bank CIMB Niaga Tbk dan AirAsia Group, Senin (15/9), di Jakarta.
Menurut Tony, maskapai penerbangan sangat tertekan saat ini. Oleh karena itu, jika maskapai ingin bertahan, harus dibantu pemerintah.
”Caranya, pemerintah harus menghapus bea masuk komponen pesawat dan menurunkan harga avtur. Semua pihak yang terlibat dalam industri penerbangan bisa mendapatkan keuntungan, sementara maskapai sulit bernapas. Padahal, maskapai telah berkontribusi terhadap perekonomian,” kata Tony.
Kartu kreditDalam kerja sama dengan maskapai AirAsia untuk menerbitkan kartu kredit CIMB Niaga AirAsia Big, Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan, kerja sama ini merupakan inovasi yang sangat menguntungkan pasar.
”Setiap transaksi Rp 6.000 dengan kartu kredit ini, pemilik kartu akan mendapatkan poin rewards tiga kali poin AirAsia BIG Poin,” kata Arwin.
CIMB Niaga menargetkan 500.000 nasabah untuk kartu kredit ini dalam empat tahun.
”Slot” penerbanganAsosiasi Perusahaan Penerbangan Sipil Nasional Indonesia (INACA) meminta Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menjembatani kebutuhan maskapai penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
INACA kesulitan mendapatkan izin slot penerbangan dan security clearance (SC) dari TNI Angkatan Udara di Bandara Halim Perdanakusuma.
”Izin slot dan SC tidak lagi dikeluarkan Komandan Pangkalan Udara Halim, tetapi langsung dari Asisten Operasional KSAU. Kami sulit bertemu,” kata Ketua Penerbangan Berjadwal INACA Bayu Sutanto.
Dalam persetujuan awal antara TNI AU dan Kementerian Perhubungan disetujui slot untuk penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal sebanyak 74 pergerakan per hari. Namun, hingga saat ini yang terealisasi baru 34 pergerakan.
”Kami ingin menambah slot penerbangan sesuai kesepakatan awal. Akan tetapi, karena sulit bertemu dengan otoritas dari TNI AU, kami tidak bisa menambah slot,” ujar Bayu. (ARN)
Kompas 16092014 Hal. 20
Menurut Tony, maskapai penerbangan sangat tertekan saat ini. Oleh karena itu, jika maskapai ingin bertahan, harus dibantu pemerintah.
”Caranya, pemerintah harus menghapus bea masuk komponen pesawat dan menurunkan harga avtur. Semua pihak yang terlibat dalam industri penerbangan bisa mendapatkan keuntungan, sementara maskapai sulit bernapas. Padahal, maskapai telah berkontribusi terhadap perekonomian,” kata Tony.
Kartu kreditDalam kerja sama dengan maskapai AirAsia untuk menerbitkan kartu kredit CIMB Niaga AirAsia Big, Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan, kerja sama ini merupakan inovasi yang sangat menguntungkan pasar.
”Setiap transaksi Rp 6.000 dengan kartu kredit ini, pemilik kartu akan mendapatkan poin rewards tiga kali poin AirAsia BIG Poin,” kata Arwin.
CIMB Niaga menargetkan 500.000 nasabah untuk kartu kredit ini dalam empat tahun.
”Slot” penerbanganAsosiasi Perusahaan Penerbangan Sipil Nasional Indonesia (INACA) meminta Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menjembatani kebutuhan maskapai penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
INACA kesulitan mendapatkan izin slot penerbangan dan security clearance (SC) dari TNI Angkatan Udara di Bandara Halim Perdanakusuma.
”Izin slot dan SC tidak lagi dikeluarkan Komandan Pangkalan Udara Halim, tetapi langsung dari Asisten Operasional KSAU. Kami sulit bertemu,” kata Ketua Penerbangan Berjadwal INACA Bayu Sutanto.
Dalam persetujuan awal antara TNI AU dan Kementerian Perhubungan disetujui slot untuk penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal sebanyak 74 pergerakan per hari. Namun, hingga saat ini yang terealisasi baru 34 pergerakan.
”Kami ingin menambah slot penerbangan sesuai kesepakatan awal. Akan tetapi, karena sulit bertemu dengan otoritas dari TNI AU, kami tidak bisa menambah slot,” ujar Bayu. (ARN)
Kompas 16092014 Hal. 20