Hingga 2025, Ri Butuh Investasi Rp. 4.700 Triliun

BALIKPAPAN – Indonesia masih membutuhkan investasi sampai 2025 sebesar Rp 4.700 triliun untuk membiayai pembangunan infrastruktur sektor energi dan lainnya.
Hal tersebut diungkapkan oleh Pre­ siden Susilo Bambang Yudhoyono ketika meresmikan proyek-proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Balikpapan, Kalimantan Timur. Menurut dia, dari total kebutuh­ an investasi sebesar Rp 4.700 triliun tersebut, negara hanya bisa mengucur­ kan dana sekitar 15%.
“Setelah dihitung, maka dana inves­ tasi sebesar 40% (dari Rp 4.700 triliun) itu berasal dari swasta, kemudian BUMN 25%, sedikit dari BUMD, baru APBN 15%,” kata dia.
Hal ini terlihat dari komposisi investa­ si dari proyek-proyek yang diresmikan kali ini. Di Kalimantan Timur terdapat 12 proyek yang diresmikan dengan total nilai investasi mencapai Rp 17 triliun. Dari investasi tersebut, sekitar Rp 13,6 triliun berasal dari proyek migas yang notabene didanai perusahaan migas multinasional.
Pertama, investasi proyek Sisi Nubi 2B oleh Total E&P Indonesie sebesar Rp 8,1 triliun. Kedua, pengembangan Lapangan Rubi, Blok Sebuku oleh Mubadala Petroleum yang menelan investasi sebesar Rp 5,5 triliun.
Meski demikian, terdapat pula se­ jumlah proyek yang didanai anggaran negara, baik pusat maupun daerah. Yakni beberapa pembangkit seperti PLTU Embalut 110 megawatt (MW), PLTGU Peaking 2×60 MW, dan PLTG Senipah 2x41MW. Pembangunan pem­ bangkit ini dalam rangka memperkuat kelistrikan Sistem Mahakam.
“Sehingga daya mampu pembangkit di Kalimantan Timur akan mencapai 477 MW dari beban puncak 375 MW,” kata Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk.
Dalam waktu dekat, masih terdapat sejumlah pembangkit listrik lain yang akan beroperasi. Rincinya, Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa Sawit (PLTBS) PT Daya Lestari, 2 Unit Pembangkit Listrik Tenaga Bio Gas 7 MWmilik PT Rea Kaltim Plantations, dan Pembang­ kit Listrik Tenaga Bio Gas 830 kWmilik PT Prima Mitrajaya Mandiri. Terakhir yakni PLTU Kariangau 2×100 MW.
SBY menambahkan, anggaran ne­ gara memang tidak sengaja digelon­ torkan seluruhnya untuk pembangu­ nan infrastruktur. Pasalnya, kucuran dana berlebihan untuk infrastruktur akan berdampak buruk pada layanan pendi­dikan dan kesehatan nasional, umumnya untuk masyarakat kurang mampu.
“Kalau dengan porsi tadi, maka pem­ bangunan bisa berjalan baik dan pen­ didikan dan kesehatan juga baik,” jelas SBY. Atas selesainya proyek MP3EI di Kalimantan Timur, SBY mengucapkan selamat.
Stabilkan Penerimaan Negara
Dengan beroperasinya Sisi Nubi 2B dan sejumlah lainnya, produksi Blok Mahakam juga berhasil dipertahankan agar tetap stabil. Sehingga, penerimaan negara dari blok ini bisa optimal.
President/General Manager Total E&P Indonesie Hardy Pramono men­ gatakan, peresmian proyek Sisi Nubi 2B tersebut merupakan upaya pihaknya untuk menunjang dan mendukung pemenuhan energi nasional. Khu­ susnya yakni untuk nasib pasokan gas ke pembeli domestik dan luar negeri hingga 2017 nanti.
“Proyek ini sekaligus bisa menjaga dan mengoptimalkan penerimaan ne­ gara dari Blok Mahakam yang pada 2013 lalu mencapai Rp 61 triliun,” kata dia di Balikpapan, Senin (15/9).
Pengerjaan proyek Sisi Nubi 2B ini telah selesai sekitar Juli lalu, sekaligus menandai dimulainya produksi gas dari lapangan ini.
Sebelumnya disebutkan, proyek ini berupa pemboran sumur pengembangan dan pemasangan an­ jungan masing-masing 19 sumur dan anjunganWPS2 di Lapangan Sisi, serta 14 sumur dan anjungan WPN3 di Lapa­ ngan Nubi. Masing-masing anjungan memiliki kapasitas 200 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) untuk WPS2 dan 150 mmscfd untuk WPN3. Sebelumnya, masih dalam rangka mempertahankan produksi, Total juga telah merampungkan beberapa proyek lain. Proyek Peciko 7B diselesaikan pada Juli dan langsung memproduksi gas 170mmscfd. Demikian juga Pe­ciko 7Cyang selesai pada April lalu dan lang­ sung menghasilkan gas 90 mmscfd. Terakhir, proyek Bekapai Phase 2A yang selesai pada September 2013 dan mulai produksi pada Maret tahun ini. Produksi gas dari blok ini yak­ni 2-8 mmscfd, sementara produksi mi­nyak mencapai 1.000 barel per hari (bph).
Untuk menjaga produksi tahun depan, Total E&P Indonesie juga mulai pengerjaan proyek South Ma­ hakam Fase-3. Pengerjaan proyek akan berlangsung pada 2013-2014, sementara anjungan akan dipasang pada akhir tahun ini atau pada tahun depan. Sehingga, pemboran sumur pertama baru bisa dilakukan pada 2015. Tiga bulan setelahnya, lapangan ini diharapkan bisa mulai produksi gas 80 mmscfd. Fase-3 ini merupakan pengembangan penutup dari South Mahakam.
Investor Daily, Selasa 16 September 2014, hal. 9

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.