2016, Maskapai Gunakan Bahan Bakar Terbarukan

KUTA – Pemerintah Indonesia me­nar­ getkan seluruh maskapai penerbangan na­sional menggunakan bahan bakar dari energi terbarukan pada 2016. Rencana yang masih dalam tahap pembahasan itu di­harapkan mampu berkontribusi terhadap upaya pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada 2020.
“Kami rencanakan semua (maskapai pe­ nerbangan) akan terlibat. (Targetnya) ber­ dasarkan aturan adalah tahun 2016-2017,” kata Direktur Keamanan Penerbangan Di­rektorat Jenderal Perhubungan Udara Yus­fandri Gona, usai acara pembukaan Per­temuan Organisasi Penerbangan Sipil Du­nia (ICAO) di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Senin (15/9).
Menurut Yusfandri, penggunaan bahan ba­kar terbarukan harus didukung oleh ke­siapan dari penyedia bahan bakar ter­ sebut bagi pesawat udara. Dalam per­ te­muan dengan ICAO, Indonesia juga te­lah mengusulkan penggunaan energi ter­barukan, seperti dari minyak kelapa sawit untuk pesawat udara. Inisiatif tersebut, lanjut dia, bahkan telah dibahas dalam lokakarya yang membahas pengggunaan biofuel sebagai energi ter­ barukan bagi industri penerbangan In­do­ nesia.
“Itu sebagai bentuk inisiatif Indonesia da­lam rangka penurunan emisi gas rumah kaca dan implementasi biofuel untuk industri penerbangan,” ujar dia.
Sementara itu, ICAO bersama sejumlah in­stitusi penerbangan internasional lain ter­ ma­suk dari Indonesia berkumpul di Kuta, Ka­bupaten Badung, Bali, untuk membahas upaya penurunan emisi dari mesin pesawat udara.
“Kami memberikan kontribusi dalam per­ temuan ini, denganmengeluarkan kebijakan untuk dunia penerbangan dan kebijakan glo­bal untuk lingkungan, seperti mengambil peran dalam pengembangan bahan bakar terbarukan,” papar Yusfandri.
Sesuai komitmen Indonesia berupaya me­nu­runkan emisi sebesar 26% pada 2020, dari beberapa sektor salah satunya dari trans­portasi, khususnya transportasi udara.
Selama ini, pesawat udara memberikan kon­tribusi emisi dari kebisingan hingga penggunaan bahan bakar yang memberikan dampak terhadap lingkungan dan pem­ bangunan berkelanjutan dari industri pe­ nerbangan sipil dunia.
“Isu yang dibahas kali ini berkaitan de­ ngan mitigasi emisi dan gas rumah kaca ter­masuk pengembangan teknologi efisiensi ope­rasional dan pemanfaatan bahan bakar terbarukan,” ucap dia.
Sementara itu, Sekretaris Komite Per­ lin­dungan Lingkungan dari Penerbangan (CAEP) ICAO Jane Hube menjelaskan, pi­haknya menargetkan pesawat udara di ma­sa depan mampu menurunkan level ke­bisingan hingga nol. Kontribusi gas kar­ bon­dioksida (CO2) dari bahan bakar juga men­jadi perhatiannya mengingat setiap pe­sawat menggunakan bahan bakar yang mem­berikan kontribusi sekitar 80% CO2.
“Panel Antarpemerintah dalamPerubahan Iklim (IPCC) memperkirakan bahwa dunia pe­nerbangan mengontribusi sekitar 2% dari total CO2 di dunia,” kata dia.
Isu yang dibahas itu diharapkan menjadi usul­an bagi kebijakan dan regulasi serta stan­dar produk dari negara anggota CAEP dan negara pengamat yang diserahkan ke­pa­ da dewan ICAO yang akanmenggelar sidang pleno pada 2016.
Per temuan kali ini dihadiri ratusan de­legasi dari 21 negara anggota CAEP, sejumlah institusi penerbangan inter­na­sio­ nal, maskapai penerbangan, dan profesi penerbangan. ™
Investor Daily, Selasa 16 September 2014, hal. 6

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.