Kembangkan Soeta, AP II Cari Mitra

JAKARTA – PTAngkasa Pura (AP) II siap mencari mitra untuk membangun terminal empat dan landasan pacu (runway ) ketiga Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Cengkareng, Banten. Direktur Keuangan PT Angkasa Pura II Laurensius Manurung mengatakan, pihak ketiga yang dimaksud bisa dari pihak pemerintah, swasta, asing, atau BUMN. Pembangunan terminal dan runwaybaru untuk menambah kapasitas Soetta yang merupakan bandara utama dan tersibuk di Indonesia.
“Pemerintah sudah setuju model kerja sa­ ma dengan pihak ketiga, bisa dengan swasta, pemerintah, BUMN, atau asing, sifatnya bisa strategic investor atau mitra bisnis biasa. Investor lokal dan asing juga banyak yang su­dah menyatakan minat. Legal concept dan business concept sedang kami bikin, target tahun depan kami akan cari investor,” kata Lau­rensius di Jakarta, Jumat (14/9).
Menurut dia, alasan perusahaan mencari in­vestor untuk pengembangan dan pem­ bangunan fasilitas baru di Bandara Soetta yak­ni minimnya dana internal. Selain itu, pe­merintah menyatakan pembangunan ban­dara komersial tidak bisa dibantu dengan pendanaan dari anggaran pendapatan dan be­lanja negara (APBN).
Laurensius memperkirakan proyek pem­bangunan terminal empat danrunway ketiga membutuhkan dana sebesar Rp 20 triliun. Dana tersebut antara lain untuk pembebasan lahan seluas 840 hektare (ha) dan pembangunan fisik. Sesuai undangundang, proses pembebasan lahan harus selesai dalam waktu maksimal 13 bulan. Setelahnya, pembangunan terminal em­pat dan runway ketiga dimulai dan direncanakan selesai dalam jangka waktu tiga tahun. Sementara itu, proyek ini ju­ ga akan dikerjakan bersamaan dengan re­vitalisasi terminal satu dan dua, serta pem­bangunan terminal tiga ultimate.
“Pembebasan lahan bisa selesai pada 2015. Kalau sesuai rencana 2016 mulai pem­bangunan terminal keempat sekaligus runwayketiga dan seharusnya 2019 sudah bisa beroperasi,” ujar dia. Jika proyek ini berhasil dirampungkan, ka­pasitas Bandara Soekarno Hatta bisa me­ningkat hingga 100 juta penumpang per tahun. “Saat ini kapasitas eksistingSoe­karno Hatta sebesar 72 juta penumpang per tahun. Kalau terminal empat dan run­way tiga selesai, kapasitas akan bertambah se­kitar 25-30 juta penumpang,” jelas Lau­ren­sius.
Rencananya pembangunan runway akan dibagi ke dalam dua tahap, namun ter­­gantung proses pembebasan lahan. Hal itu pula yang membuat pergerakan pe­ sawat dalam runway belum bisa dihitung. Pem­bangunan terminal dan runway baru di Bandara Soetta ini bisa menjadi so­lusi jangka pendek untukmenambah ka­pasitas ketimbang membangun bandara ba­ru. Pembangunan bandara baru mem­bu­ tuhkan waktu lama dan biaya tak sedikit.
“Kalau pemerintah bangun bandara ba­ru idealnya hampir 3.000 ha tanah di­bu­ tuhkan. Kemudian investasi membangun terminal danrunwayminimal masing-ma­ sing membutuhkan Rp 6 triliun. Itu belum ter­masuk pembebasan lahan yang lebih mahal,” kata Laurensius.
Dia juga menyebutkan untuk membuat ban­dara baru harus dibangun akses dari dan menuju bandara. Selain itu, peng­aturan trafik harus dirumuskan hati-hati agar tidak bertabrakan dengan Ban­dara Soetta dan Bandara Halim Per­ danakusuma.
Meski demikian, kata Laurensius, ban­ dara baru tetap dibutuhkan di sekitar kota metropolitan, seperti Jakarta. Pasalnya, Ja­karta merupakan kota tersibuk karena menjadi ibukota negara sekaligus pusat eko­nomi dan pemerintahan di Indonesia. Jika mengacu pada kota-kota besar di du­nia internasional, idealnya Jakarta me­miliki sedikitnya dua bandara besar sekelas Soetta.
“Di Paris ada dua bandara, di Inggris ada empat bandara, dan Tokyo ada dua ban­dara,” ujar dia.
Sementara itu, kata dia, Angkasa Pura II berencana untuk menjadikan Bandara Kua­lanamu sebagai hub internasional. Ini akan mendatangkan banyak keuntungan bagi industri penerbangan dan berbagai industri lain di sampingnya.
“Kami akan menjadikan Kualanamu se­ bagai main hubdan transit. Jadi, orang (mas­ kapai penerbangan) dari Eropa ke Asia bisa lewat Kualanamu. Mereka ada pilih­an selain Changi,KualaLumpur,danBangkok.Darisisi biayaoperasionalmas­kapai bisamenurun1015%, daripada dia harus melambung melalui Changi,” ujar Laurensius.
Dia menyebutkan butuh persiapan yang matang dari segi infrastruktur dan tek­nologi untuk menjadikan Kualanamu sebagai hub internasional. Bandara harus mengikuti standar internasional agar mas­kapai dan penumpang yang transit bisa merasakan fasilitas sekelas Bandara Changi (Singapura), Frankfurt (Jerman), atau Schippol (Belanda).
Investor Daily, Senin 15 September 21014, hal. 24

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.