JAKARTA – Pemerintah mengklaim program hilirisasi minyak sawit di Tanah Air telah berjalan dengan baik. Hal itu salah satunya tercermin dari terus meningkatnya produk turunan minyak sawit yang dihasilkan industri hilir sawit di dalam negeri. Tahun ini, Indonesia mampu menghasilkan 154 jenis produk turunan minyak sawit dan tahun depan menjadi 169 jenis di segmen pangan, kimia, energi terbarukan seperti biodiesel.
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, minyak sawit bisa diolah menjadi lebih dari 300 jenis produk tur unan untuk segemen pangan, kimia, energi terbarukan, termasuk biodiesel. Sebelum program hilirisasi minyak sawit dijalankan pada 2011, ragam produk hilir minyak sawit yang dihasilkan Indonesia hanya 54 jenis. “Ragam produk kemudian berkembang menjadi 154 jenis pada tahun ini dan tahun depan akan menjadi 169 jenis. Ini menunjukkan perkembangan industri pengolahan domestik yang melengkapi struktur industri huluhilir berbasis minyak sawit di dalam negeri,” kata dia saat simposium dan dialog tentang komoditas kelapa sawit yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) di Jakarta, Rabu (10/9).
MS Hidayat mengatakan, perkembangan ragam produk turunan minyak sawit telah berhasil mendongkrak porsi ekspor produk turunan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia. Pada 2011, rasio ekspor minyak sawit mentah (CPO) diban ding produk olahannya adalah 70:30. Namun mulai 2013, posisinya berbalik menjadi 30:70. Dalam catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), total ekspor CPO dan produk turunannya pada semester I-2014 mencapai US$ 11,63 miliar, sedangkan sepanjang 2013 mencapai US$ 20,6 miliar.
“Artinya, hilirisasi industri berbasis CPO berjalan sukses. Pada 2011-2013, ada 14 pemain baru di sektor hilir, termasuk yang tadinya tidak jalan, sekarang beroperasi lagi. Kondisi ini diharapkan bisa meningkatkan devisa hasil ekspor secara signifikan dan ekspor CPO dan produk turunannya saat ini berkontribusi sekitar 20% terhadap nilai ekspor produk industri,” kata dia.
Insentif Pajak
MS Hidayat juga mengatakan, suksesnya program hilirisasi sawit turut mendongkrak arus investasi di sektor tersebut. Investasi industri hilir sawit di dalam negeri mencapai US$ 2,7 miliar sepanjang 2012 hingga awal 2014. Peningkatan arus investasi hilir industri berbasis CPO tersebut akan terus berlanjut. “Sejumlah perusahaan sudah menjajaki peluang dan rencana investasi dan ekspansi di bidang hilirisasi CPO. Untuk memacu pertumbuhan industri dan investasi hilir CPO di dalam negeri, pemerintah fokus melakukan efisiensi dan fasilitasi perizinan, debottlenecking perpajakan dan kepabeanan, serta mengatasi kampanye negatif atas produk CPO. Kami memfasilitas pemberian insentif fiskal seperti tax holiday dan tax allowance. Selain itu merustrukturisasi bea keluar (BK) CPO dan produk turunannya,” kata Hidayat.
Lebih jauh MS Hidayat mengatakan, permintaan biodiesel sebagai bahan bakar untuk mensubitusi minyak diesel di dalam negeri harus dipacu. Hal itu bisa menjadi salah satu langkah strategis untuk percepatan hilirisasi industri berbasis CPO di Tanah Air. Selain itu bisa membantu mengurangi beban subsidi akibat lonjakan konsumsi bahan bakar minyak diesel. Penerapan mandatori penggunaan biodiesel 10% secara konsisten akan menciptakan permintaan di dalam negeri. Tahun ini, kapasitas produksi biodiesel nasional mencapai 5,76 juta kiloliter (kl) dan akan meningkat menjadi 9 juta kl pada 2015. “Untuk mendorong industrialisasi biodiesel ini, kami meningkatkan fasilitasi investasi baru dan ekspansi kapasitas produksi biodiesel. Selain itu melakukan transformasi adaptasi mesin otomotif dan memfasilitasi pembentukan tata niaga biodiesel yang adil dan kondusif,” kata MS Hidayat.
Investor Daily, Kamis 11 September 2014, hal. 7