JAKARTA, KOMPAS Pembangunan infrastruktur jangan menjadi tujuan semata, tetapi harus melihat tujuan bernegara. Apabila infrastruktur hanya menjadi tujuan, yang dikerjakan hanya proyek yang mahal, sulit, dan tidak efisien. Akibatnya, negara tidak memiliki daya saing dan kalah dalam persaingan di pentas dunia.
”Setiap kali membangun infrastruktur, kita harus melihat tujuan negara kita. Kita ingin membangun bangsa yang cerdas, negara maju, dan rakyat yang sejahtera. Jika apa yang kita bangun tidak membuat segalanya menjadi lebih mudah, lebih murah, dan lebih efisien, ada yang salah dari apa yang kita lakukan,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung dalam peresmian Pusat Kajian Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan (Center for Sustainable Infrastructure Development/CSID), di Jakarta, Selasa (9/9).
Tanjung mencontohkan, di Tiongkok pembangunan infrastruktur dilakukan dengan melihat tujuan bernegara. Jadi, apa pun yang dibangun mempunyai nilai tambah dan membuat produk dari negara itu berdaya saing. ”Jika kita mempunyai daya saing, kita akan menang. Investasi akan masuk, perdagangan unggul, dan neraca perdagangan juga akan lebih baik,” ujarnya.
Dengan semua keunggulan ini, tentu akan membuat pertumbuhan ekonomi semakin tinggi, lapangan kerja semakin terbuka lebar, serta kesejahteraan masyarakat semakin luas dan merata. Apalagi, salah satu fungsi dari infrastruktur adalah konektivitas.
”Di era globalisasi, pertumbuhan ekonomi akan berpusat di Asia. Oleh karena itu, konektivitas ASEAN sangat dibutuhkan. Namun, sebelum itu, konektivitas di dalam negeri harus dilakukan dulu,” kata Tanjung.
Konektivitas ini bukan hanya konektivitas manusia, melainkan juga, yang lebih utama, konektivitas barang. Harus ada infrastruktur yang membuat aliran barang berjalan lancar ke mana pun.
”Dan, yang perlu diingat, anggaran pengadaan infrastruktur itu tidak harus dari APBN. Swasta dan masyarakat juga bisa melakukan pembangunan infrastruktur. Dana APBN hanya untuk membangun infrastruktur dasar yang dibutuhkan rakyat miskin,” ujarnya.
Empat pilarKetua Dewan Eksekutif CSID Bambang Susantono mengatakan, pembangunan infrastruktur memiliki empat pilar, yakni pemerintah, swasta, masyarakat madani, dan akademisi. ”CSID didirikan untuk mengisi pilar ke empat, yakni akademisi, dan menutup kelemahan sumber daya manusia,” kata Bambang.
Selama ini, tiga hal yang menjadi kelemahan dalam pembangunan infrastruktur adalah implementasi, koordinasi, dan sumber daya manusia.
CSID yang berpusat di kampus Depok Universitas Indonesia akan diperkuat oleh 37 peneliti dan 215 mahasiswa yang mendalami masalah pembangunan infrastruktur. ”Kami berharap CSID dapat menjadi pusat pengembangan keilmuan dan kewirausahaan di bidang infrastruktur dengan mempertemukan para akademisi, profesional, dan pemangku kepentingan di bidang infrastruktur,” ujar Bambang. (ARN)
Kompas 10092014 Hal. 20