JAKARTA, KOMPAS  — Arus masuknya portofolio investor asing di pasar saham dan obligasi Indonesia terus berlangsung hingga akhir pekan pertama September tahun ini. Rekor tertinggi dalam sejarah catatan pembelian bersih investor asing di pasar saham pun diperkuat menjadi Rp 56,7 triliun.Sepanjang pekan kemarin, investor asing masih mencatatkan pembelian bersih Rp 830,31 miliar. Mereka kembali masuk setelah pekan sebelumnya mencatat penjualan bersih Rp 661,99 miliar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun menguat sekitar 0,76 persen pada pekan kemarin dan bertahan di level 5.217,36. Dilihat secara sektoral, indeks pun mayoritas naik kecuali indeks properti yang turun 2,0 poin (0,42 persen). Penguatan terbesar pada indeks infrastruktur (2,61 persen), diikuti indeks keuangan (2,41 persen), dan pertambangan (1,86 persen).
Menurut analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya, kenaikan IHSG pekan lalu merupakan langkah cerah dari pola pergerakan IHSG dalam membentuk fondasi kuat di tengah minimnya sentimen baik dari dalam maupun luar negeri. Level paling rendah IHSG diproyeksikan di 5.195 dan potensial menembus level tertinggi 5.251.
”IHSG masih memiliki kekuatan untuk naik dalam jangka waktu investasi menengah-panjang. Pola tren meningkat masih terlihat cukup kuat dan potensi menembus resistansi 5.251 masih cukup lebar,” kata William.
Di pasar obligasi, sebagaimana dipaparkan ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti, akhir pekan lalu, masuknya dana investor asing mendorong turunnya imbal hasil surat utang negara (SUN) 10 tahun 5,6 basis poin (bps) ke level 7,97 persen. Sepanjang September, imbal hasilnya turun 20,6 bps dan jika dihitung sejak awal tahun sudah turun 48,2 bps.
Pada pekan lalu, pemerintah telah melelang SUN dengan menyerap penawaran Rp 15 triliun atau 1,5 kali lipat lebih banyak dibandingkan target indikatif awal sebesar Rp 10 triliun. Dalam lelang ini, pemerintah menawarkan enam seri SUN dengan dua di antaranya seri bertenor pendek.
Di sisi lain, pemerintah juga berhasil meraih dana 1,5 miliar dollar AS dari penjualan sukuk berdenominasi dollar AS dengan posisi imbal hasil terendah sejak 2012. Tingkat imbal hasil dari obligasi sukuk berjangka waktu 10 tahun berada di level 4,35 persen. Sementara itu, tingkat imbal hasil untuk surat obligasi pemerintah yang berjangka waktu 5,5 tahun di 2013 berada di posisi 6,125 persen.
Optimisme subsidi BBMMenurut Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, penawaran yang masuk dari sukuk global ini mencapai 10,23 miliar dollar AS atau 6,82 kali dari jumlah yang terjual. Hal ini merupakan penawaran terbesar dari penawaran sukuk global di Asia Tenggara.
”Rendahnya tingkat imbal hasil sukuk dollar AS tersebut diperkirakan karena optimisme pelaku pasar bahwa presiden terpilih Joko Widodo akan mengurangi subsidi bahan bakar minyak,” kata Reza.
Kepemilikan asing di SUN per 2 September 2014 senilai Rp 437,3 triliun atau 37,3 dari total SUN. September ini pembelian investor asing di SUN sebesar Rp 3,1 triliun dan sejak awal tahun ini menjadi Rp 113,5 triliun.
Sentimen di pasar global masih cenderung variatif dengan menyimpan potensi mengalirnya dana investor asing ke pasar modal Indonesia dan Asia pada umumnya. Laju bursa saham Eropa yang awalnya sempat variatif, akhirnya membaik seiring langkah Bank Sentral Eropa yang mempertahankan nilai stimulusnya senilai 375 miliar poundsterling dan suku bunga yang tetap 0,5 persen.
Sementara di AS, menurut Reza, turunnya tingkat pengangguran juga direspons positif yang bersamaan dengan meredanya tensi geopolitik di daratan Eropa. Pelaku pasar kembali melakukan aksi beli sehingga mampu membuat laju bursa saham AS berbalik menghijau.
”Masih belum stabilnya data-data ketenagakerjaan membuat beredar penilaian The Fed belum akan menaikkan Fed rate dalam waktu dekat,” kata Reza.
Reza memperkirakan IHSG pekan ini akan berada di rentang terendah 5.150-5.195 dan tertinggi 5.228-5.247. Penguatan yang terjadi membuat IHSG tetap rentan potensi ambil untung investor. Namun demikian, diharapkan rilis data-data di pekan ini dapat memberikan respons positif sehingga dapat menahan potensi pelemahan IHSG. (BEN)
Kompas 08092014 Hal. 20