JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menyiapkan dana mencapai US$ 500 juta untuk investasi hingga akhir tahun ini. Perseroan bakal menggunakan dana tersebut untuk penyelesaian proyek floating storage receiving terminal (FSRU) Lampung dan pipanisasi di Jawa Tengah.
Director of Invesment Planning and Risk Management Perusahaan Gas Negara (PGN) M Wahid Sutopo mengatakan, perseroan akan menutupi sebagian besar kebutuhan dana tersebut menggunakan pinjaman yang baru didapatkan perseroan beberapa waktu lalu sebesar US$ 650 juta.
“Dana yang akan dikeluarkan untuk pembangunan FSRU Lampung pada tahap saat ini adalah US$ 250 juta hingga US$ 300 juta,” ucap Wahid di Jakarta, Kamis (4/9). FSRU adalah tempat penyimpanan sementara LNG sekaligus regasifikasi LNG yang berada di atas sebuah kapal terapung.
Menurut Wahid, selain proyek FRSU Lampung, perseroan belummenentukan investasi yang akan dilakukan ke depan. Dia hanya menegaskan, PGN akan melakukan evaluasi pada akhir tahun ini untuk menentukan ekspansi yang akan dilakukan.
“Pinjaman yang didapat perseroan beberapa waktu lalu akan digunakan untuk kas perseroan dan kebutuhan belanja modal (capital expenditure/ capex) hingga akhir tahun ini,” ungkap dia.
Sementara itu, hingga September tahun ini perseroan telah menggunakan dana sebesar US$ 800 juta untuk akuisisi blokmigas di AS dan Jawa Tengah.
Kinerja Keuangan
Per Juni 2014, kinerja keuangan PGN menurun. Laba perseroan turun 19,11% dari US$ 457,51 juta menjadi US$ 370,05 juta. Sedangkan pendapatan PGN naik 14,09% dari US$ 1,49 miliar ke posisi US$ 1,7 miliar.
Wahid mengungkapkan, kondisi keuangan tersebut diperkirakan akan sama hingga akhir tahun ini. “Karena tren dari sisi biaya memang naik,” ujar Wahid.
Pada semester pertama, beban pokok pendapatan PGN tercatat sebesar US$ 967,34 juta, melonjak 22,95 dari US$ 786,76 juta di periode yang sama tahun sebelumnya.
Dia menjelaskan, faktor kenaikan harga beli gas menjadi salah satu penyebabnya. Hingga saat ini perseroan belumberencanamenyesuaikan harga tersebut pada konsumen. Wahid mengatakan, perseroan masih akan melihat seberapa besar kemampuan pasar.
Selain itu, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pun turutmembebani kinerja keuangan PGN. Pada semester I, PGN tercatat mengalami rugi selisih kurs sebesar US$ 18,29 juta. Sedangkan di periode yang sama tahun sebelumnya, PGN untung kurs sebesar US$ 68,23 juta.
Untuk mendongkrak capaian laba, perseroan nerencana untuk menggenjot pemanfaatan gas ke masyarakat. Wahid berharap, permintaan gas terus meningkat sehingga bisa mendongkrak keuntungan. Hingga Juni tahun ini, volume produksi PGAS mencapai 869 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), naik tipis 5,07% dari 827 MMSCFD.
Pinjaman Sindikasi
Belum lama ini, PGN meraih pinjaman dari sindikasi lima bank senilai US$ 650 juta atau setara Rp 7,4 triliun. Sindikasi bank yang memberikan pinjaman tersebut adalah New Zealand Banking Group Limted (ANZ), The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd (BTMU), Citigroup Global Markets Singapore Pte. Ltd (Citi), The Hong kong and Shanghai Banking Corporation Ltd (HSBC), dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).
Direktur Keuangan PGN Riza Pahlevi mengungkapkan, fasilitas pinjaman tersebut berjangka waktu selama lima tahun. Rencananya, pinjaman tersebut akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur.
“Pengembangan infrastruktur gas bumi ini terus kami lakukan untuk mendukung program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas bumi, yang pada akhirnya berdampak pada program pengurangan subsidi minyak,” jelas Reza dalam keterbukaan informasinya, beberapa waktu lalu.
Perseroan juga akan menggunakan pinjaman tersebut untuk memperkuat dan mengamankan pasokan gas bumi dengan cara melakukan investasi di bidang hulu gas bumi. Pinjaman tersebut terdiri atas dua jenis, yaitu untuk porsi dalam negeri sebesar US$ 590 juta dan porsi luar negeri sebesar US$ 60 juta. Suku bunga pembayaran pinjaman adalah Libor + 225 basis poin untuk dalam negeri dan + 200 basis poin untuk porsi luar negeri. (fik)
Investor Daily, Jumat 5 September 2014, hal. 14