JAKARTA – Indonesia masih mengandalkan batubara seba gai sumber energi utama dalam 10 tahun mendatang. Terakit isu lingkungan, Indonesia akan memanfaatkan teknologi yang bisa memanfaatkan batubara dengan emisi terendah.
Hal tersebut diungkapkan olehWakil Menteri Energi dan Sumber DayaMineral (ESDM) Susilo Siswoutomo. Menurut dia, dalam The 11th APEC Energy Ministerial Meeting di Beijing, Tiongkok, isu yang dibahas adalah terakit energi bersih dan pemanfaatan yang bersih akan sumber energi. Salah satu isu yang menjadi fokus adalah pengurangan penggunaan batubara.
Terkait hal tersebut, dia menegaskan, Indonesia tetap bakal memanfaatkan batubara sebagai sumber energi primer mengingat cadangan batubara nasional yang mencapai 28 mi liar ton. “Jadi kita tidak punya pilihan selain memanfaatkan energi listrik dari batubara sampai 65%,” kata dia di Jakar ta, Kamis (4/9).
Meski demikian, lanjut Susi lo, Indonesia tetap berkomit men untuk mengurangi emisi. Walaupun, diakuinya Indonesia tidak memiliki teknologi un tuk memanfaatkan batubara sehingga minim emisi. Untuk itu, dia meminta bantuan dari negara maju.
“Kewajibanmereka itumem buat teknologi seperti pem bangkit super ekstra kritikal, termasuk untuk finansialnya juga. Jepang katanya mendu kung kita,” ujar dia. Pembangkit yang rencana nya akan menggunakan tek nologi ini adalah PLTU Jawa Tengah 2×1.000 megawatt (MW). Teknologi tersebut di sebut-sebut memiliki tingkat efisiensi dan emisi karbon lebih baik dari pembangkit batu bara yang dimiliki PLN saat ini. Nilai investasi dari proyek ini diperkirakan sebesar US$ 3,2 miliar atau sekitar Rp 30 triliun.
Pembangkit ini digarap oleh konsorsium PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) terdiri atas PT Adaro Energy (34%), JPower (34%), dan Itochu (32%).
Hal yang sama juga diung kapkan oleh Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman. Menurut dia, dalam 10 tahun ke depan, batubara akan tetap menjadi pemasok utama bahan bakar pembangkit di Asia Tenggara. Untuk itu, pemerintah telah mewajibkan produsen batubata di Indonesia untuk memasok ke dalam negeri (domestic market obligation/DMO).
“Dmo ini diharapkan bisa jalan sesuai rencana sehingga bisa memenuhi kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik,” kata dia. Pemerintah menargetkan porsi batubara dalam bauran energi nasional bisa mencapai 63% pada 2020 nanti dari posisi saat ini 50%.
Kebijakan tersebut juga ter cermin dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) terbaru. Dalam 10 tahun ke depan, PLNharus me nambah kapasitas pembangkit listrik sebesar 59.500MW. Tam bahan ini harus direalisasikan untuk menutup pertumbuhan listrik yang mencapai 8,4% per tahun atau akan mencapai 386 terawatt hour (TWh) pada 10 tahun mendatang.
Batubara menjadi solusi un tuk merealisasikan tambahan pasokan setrum tersebut. Dari total tambahan daya tersebut, porsi batubara ditargetkan mencapai 37,9 ribu MW atau setara dengan 63,3%. (ayu)
Investor Daily, Jumat 5 September 2014, hal. 9