JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta PT Freeport Indonesia mem bangun pabrik pemurnian anoda slime di dalam negeri. Pasalnya anoda slime meru pakan produk sampingan dari pemurnian konsentrat tembaga.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDMR Sukhyar mengatakan Freeport tidak hanya bertang gung jawab memurnikan kon sentrat tembaga, tapi juga wajib memurnikan produk sampingan berupaanoda slime. Pasalnya produk anoda slime tersebut selama ini diekspor di PT Smelting, Gresik.
“Yang memiliki konsentrat itu Freeport, jadi dia harus bertanggung jawab terhadap semua pemurnian konsentrat. Termasuk bertanggung jawab atas anoda slime yang ada di Smelting gresik dan smelter yang baru dibangun nanti,” kata Sukhyar di Jakarta, Rabu (3/9). Sukhyar menjelaskan pem bangunan pabrik pemurni an wajib dilakukan lantaran pemerintah telah mengeluar kan kebijakan larangan ekspor mineral olahan atau konsentrat di 2017. Apabila anoda slime tidak dimurnikanmaka produk tersebut tidak boleh diekspor pada 2017 nanti.
Dia bilang kegiatan ek spor anoda slime Smelting sempat dihentikan pihaknya pada pekan lalu. Kebijakan itu ditempuh lantaran belum ada kesepakatan atau nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara Freeport dan Smelting terkait pemurniananoda slime. “Dari hasil rapat kemarin, Freeport dan Smelting sudah membuat MoU. Dengan begitu maka kami keluarkan reko mendasi SPE (Surat Persetu juan Ekspor) untuk Smelting,” ujarnya. Produksi anoda slime Smelt ing berkisar 1600-1800 ton per tahun. Untuk angka ekspor hingga akhir tahun ini men capai 800 ton. Seluruh produk tersebut diekspor ke Jepang.
Sukhyar mengungkap produk anoda slime ini tidak dikenakan bea keluar lantaran untuk se mentara dikategorikan sebagai produk pemurnian. “Walaupun belum dimurni kan, kami anggap anoda slime sebagai produk pe murnian sementara ini. Tapi pasca 2017 semua har us dimurnikan di dalam negeri,” tegasnya. (rap)
Investor Daily, Jumat 5 September 2014, hal. 9