JAKARTA, KOMPAS — Batubara masih menjadi sumber energi terbesar bagi Perusahaan Listrik Negara (Persero). Energi baru dan terbarukan belum optimal dijadikan sumber energi listrik sekalipun potensinya besar dan menjanjikan.
Direktur Utama PLN Nur Pamudji, Kamis (4/9), di Jakarta, mengatakan, 51 persen sumber energi listrik berasal dari batubara. Sumber energi lain yang baru dan terbarukan cenderung lebih mahal, antara lain tenaga angin dan tenaga matahari yang harus dilengkapi dengan baterai.
”Seperti negara-negara lain, batubara akan ditinggalkan jika daya beli masyarakatnya sudah lebih tinggi. Mereka mampu membeli listrik dengan harga lebih mahal dengan sumber energi yang lebih bersih,” ujarnya. PLN rata-rata memerlukan 60 juta ton batubara per tahun.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo mengatakan, batubara saat ini menjadi sumber energi yang paling memungkinkan untuk listrik Indonesia. Konsumsi bahan bakar minyak untuk listrik terus dikikis dan penggunaan batubara ditingkatkan.
”Indonesia tidak punya pilihan lain. Sumber energi baru dan terbarukan juga harus dikembangkan,” katanya.
Di sisi lain, panas bumi, air, dan minyak sawit mentah (CPO), menurut Nur Pamudji, merupakan energi baru dan terbarukan yang paling mungkin dikembangkan.
”Di Italia, sudah ada pembangkit listrik yang bertenaga CPO. Sudah lima tahun mereka menggunakan CPO untuk menghasilkan listrik 5 megawatt. CPO itu pun dari Indonesia,” kata Nur Pamudji.
Di Indonesia, yang adalah produsen CPO terbesar di dunia, hal itu diyakini bisa dikembangkan. ”Teknologi pembangkitnya bisa kita beli dari luar negeri, tetapi sumbernya (CPO) melimpah,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan, nelayan di Nusantara diharapkan kembali melaut. Pemerintah telah berkomitmen menambah alokasi BBM bersubsidi jenis solar untuk mereka. Pendistribusian dilakukan melalui stasiun pengisian bahan bakar nelayan dengan pengawasan ketat.
”Permasalahan sekarang, bagaimana pendistribusian supaya tepat sasaran karena hal itu merupakan persoalan paling sulit,” kata Sharif, di Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu. (RET/LKT/NIK)
Kompas 05092014 Hal. 19