JAKARTA, KOMPAS — Industri komponen otomotif di Asia yang selama ini terkonsentrasi di Thailand mulai banyak masuk ke Indonesia. Hal ini tidak lepas dari berkembangnya sektor otomotif di Indonesia yang, antara lain, terlihat dari penjualan mobil setiap tahun yang lebih dari satu juta unit.”Kami tidak mempunyai data pasti, tetapi banyak industri komponen dari Thailand yang sudah masuk ke Indonesia,” kata Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman MR, di Jakarta, Senin (1/9).
Sudirman menuturkan hal tersebut seusai bertemu Menteri Perindustrian MS Hidayat untuk melaporkan akan digelarnya Indonesia International Motor Show (IIMS) 2014 pada 18-28 September 2014, di Kemayoran, Jakarta.
Dari data Gaikindo, penjualan mobil di Indonesia belakangan ini terus meningkat. Total penjualan mobil di Indonesia pada 2011 sebanyak 894.164 unit.
Penjualan mobil pada 2012 mencapai 1.116.230 unit dan meningkat menjadi 1.229.916 unit pada 2013. Periode Januari-Juli 2014, penjualan mobil di Indonesia tercatat 733.716 unit.
”Berdasarkan perkiraan pasar, kami memperkirakan penjualan mobil di Indonesia pada 2014 sebanyak 1.250.000 unit,” kata Sudirman.
Menurut dia, masuknya industri komponen dari Thailand ke Indonesia karena melihat besarnya pasar mobil di Tanah Air itu harus ditindaklanjuti. ”Tahapan berikutnya, setelah industri komponen masuk, maka menjadi tantangan menyediakan bahan baku dari dalam negeri,” kata Sudirman.
Bukan relokasiDirektur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi mengatakan, masuknya industri komponen dari Thailand ke Indonesia tersebut bukan merupakan relokasi.
”Mereka bukannya pindah, melainkan membikin pabrik kedua di Indonesia. Pabrik komponen di Thailand tidak ditutup karena dibutuhkan juga untuk produksi mobil negara itu,” kata Budi.
Budi memperkirakan, saat ini ada sekitar 20 pabrik komponen Thailand yang sudah masuk ke Indonesia. Masuknya mereka tidak sekaligus, tetapi satu demi satu.
Menurut Budi, masuknya industri komponen dari Thailand tersebut penting artinya dalam melakukan substitusi impor komponen otomotif.
Selain itu juga ada perolehan pajak bagi negara, serapan tenaga kerja, dan pemakaian bahan dari Indonesia.
Terkait bahan baku, Budi mengatakan bahwa industri di dalam negeri secara bertahap mengembangkan diri untuk menghasilkan produk yang diminta industri otomotif.
Beberapa produk baja untuk rangka dalam mobil, misalnya, sudah dapat diproduksi di dalam negeri. ”Tetapi untuk rangka luar belum bisa. Dulu orang mengecat mobil pakai dempul, tetapi sekarang baja langsung dicat sehingga mensyaratkan harus halus dan tidak patah meski ditekuk atau ditekan,” kata Budi.
Demikian pula logam untuk blok mesin beberapa jenis kendaraan pun mampu diproduksi di dalam negeri. ”Tetapi baja khusus untuk transmisi masih diimpor. Kita belum bisa membuatnya,” kata Budi.
Budi mengatakan, peningkatan kualitas menjadi tujuan pengembangan industri otomotif Indonesia. Langkah ini perlu untuk menggarap peluang ekspor.
”Peningkatan mutu diperlukan supaya bertahan jangka panjang di pasar ekspor. Kami hendak mencari devisa dari otomotif,” kata Budi.
Data Gaikindo menyebutkan, ekspor mobil utuh Indonesia pada 2013 sebanyak 170.958 unit. Selama Januari-Juli 2014, ekspor mobil utuh sebanyak 105.251 unit. Tahun ini ditargetkan ekspor mobil utuh mencapai 200.000 unit.
Selain mendorong ekspor mobil utuh, Gaikindo juga menargetkan ekspor kendaraan rakitan pada 2014 mencapai 150.000 unit. (CAS)
Kompas 02092014 Hal. 18
Sudirman menuturkan hal tersebut seusai bertemu Menteri Perindustrian MS Hidayat untuk melaporkan akan digelarnya Indonesia International Motor Show (IIMS) 2014 pada 18-28 September 2014, di Kemayoran, Jakarta.
Dari data Gaikindo, penjualan mobil di Indonesia belakangan ini terus meningkat. Total penjualan mobil di Indonesia pada 2011 sebanyak 894.164 unit.
Penjualan mobil pada 2012 mencapai 1.116.230 unit dan meningkat menjadi 1.229.916 unit pada 2013. Periode Januari-Juli 2014, penjualan mobil di Indonesia tercatat 733.716 unit.
”Berdasarkan perkiraan pasar, kami memperkirakan penjualan mobil di Indonesia pada 2014 sebanyak 1.250.000 unit,” kata Sudirman.
Menurut dia, masuknya industri komponen dari Thailand ke Indonesia karena melihat besarnya pasar mobil di Tanah Air itu harus ditindaklanjuti. ”Tahapan berikutnya, setelah industri komponen masuk, maka menjadi tantangan menyediakan bahan baku dari dalam negeri,” kata Sudirman.
Bukan relokasiDirektur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi mengatakan, masuknya industri komponen dari Thailand ke Indonesia tersebut bukan merupakan relokasi.
”Mereka bukannya pindah, melainkan membikin pabrik kedua di Indonesia. Pabrik komponen di Thailand tidak ditutup karena dibutuhkan juga untuk produksi mobil negara itu,” kata Budi.
Budi memperkirakan, saat ini ada sekitar 20 pabrik komponen Thailand yang sudah masuk ke Indonesia. Masuknya mereka tidak sekaligus, tetapi satu demi satu.
Menurut Budi, masuknya industri komponen dari Thailand tersebut penting artinya dalam melakukan substitusi impor komponen otomotif.
Selain itu juga ada perolehan pajak bagi negara, serapan tenaga kerja, dan pemakaian bahan dari Indonesia.
Terkait bahan baku, Budi mengatakan bahwa industri di dalam negeri secara bertahap mengembangkan diri untuk menghasilkan produk yang diminta industri otomotif.
Beberapa produk baja untuk rangka dalam mobil, misalnya, sudah dapat diproduksi di dalam negeri. ”Tetapi untuk rangka luar belum bisa. Dulu orang mengecat mobil pakai dempul, tetapi sekarang baja langsung dicat sehingga mensyaratkan harus halus dan tidak patah meski ditekuk atau ditekan,” kata Budi.
Demikian pula logam untuk blok mesin beberapa jenis kendaraan pun mampu diproduksi di dalam negeri. ”Tetapi baja khusus untuk transmisi masih diimpor. Kita belum bisa membuatnya,” kata Budi.
Budi mengatakan, peningkatan kualitas menjadi tujuan pengembangan industri otomotif Indonesia. Langkah ini perlu untuk menggarap peluang ekspor.
”Peningkatan mutu diperlukan supaya bertahan jangka panjang di pasar ekspor. Kami hendak mencari devisa dari otomotif,” kata Budi.
Data Gaikindo menyebutkan, ekspor mobil utuh Indonesia pada 2013 sebanyak 170.958 unit. Selama Januari-Juli 2014, ekspor mobil utuh sebanyak 105.251 unit. Tahun ini ditargetkan ekspor mobil utuh mencapai 200.000 unit.
Selain mendorong ekspor mobil utuh, Gaikindo juga menargetkan ekspor kendaraan rakitan pada 2014 mencapai 150.000 unit. (CAS)
Kompas 02092014 Hal. 18