Implementasi Tol Laut Perlu Sinergi Antar Instansi

JAKARTA – Konsep tol laut akan berhasil jika diselaraskan dengan konsep Pendulum Nu­santara yang digagas oleh Kementerian Per­hubungan dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dan cetak biru Sistem Logistik Na­sional (Sislognas). Selain itu, penerapan kon­sep yang diusung pasangan Presiden/ Wakil Presiden Joko Widodo/Jusuf Kalla itu membutuhkan kerja sama dari berbagai instansi agar berjalan efektif.
“Dalam pandangan Kadin, tol laut per­lu dilakukan harmonisasi supaya tiga konsep tadi bisa dipersatukan agar program bisa terlaksana dengan efektif. Ini untukmengatasi persoalan konektivitas yang ba­nyak sekali. Kita tahu pengembangan dae­rah industri sedang dipercepat, sehingga tol laut juga harus segera berjalan,” kata Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Daerah/BU­LOG KamarDagangdan Industri (Kadin) Indonesia Natsir Mansyur, di Jakarta, Rabu (27/8).
Natsir menjelaskan, konsep tol laut mam­ pu menaikkan daya saing ekonomi dan mengurangi ketimpangan antara ka­wasan barat dan timur Indonesia. Tol lautmerupakan jaringan rute kapal laut ber­kapasitas 3.000 twenty foot equivalent units (TEUs) yang bergerak secara rutindari AcehhinggaPapua. Halituharusdidukungdenganpengembangan beberapapelabuhanmen­jadi pelabuhanutama dan modern, se­perti Pelabuhan Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Pe­labuhan Makassar, dan Pelabuhan Sorong (Papua).
Natsir juga menyebutkan kunci utama ke­suksesan tol laut adalah berkembangnya pe­layaran jarak dekat (shor t sea ship­ ping) sebagai pengangkut logistik ke pe­la­buhan besar. Short sea shipping akan menghubungkan wilayah kepulauanmelalui jalur pelayaran antarpelabuhan utama dan pengumpan.
Dia menambahkan, pengadaan kapal untukshort sea shippingbelumdapat dipenuhi se­luruhnya dari industri perkapalan dalam ne­geri, sehingga sebagian perlu diimpor. Pemerintah mendatang perlu memberikan dukungan berupa insentif pengadaan atau pembuatan kapal short sea shipping.
“Isu strategis penunjangshort sea shipping Indonesia ada tiga, yakni pertama, peran ser­ ta lembaga keuangan bank dan nonbank. Isu kedua adalah insentif pajak dalam industri pe­layaran atau perkapalan, dan ketiga, kon­ trak jangka panjang dari off taker,” papar dia.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Lem­baga Pengkajian Penelitian dan Pe­ ngembangan Ekonomi Kadin Ina Primiana me­ngatakan, saat ini permasalahan uta­ ma logistik nasional adalah buruknya in­frastruktur konektivitas. Permasalahan lain adalah buruknya pelayanan pelabuhan, mi­nimnya alternatif moda transportasi, dan pembangunan yang tidak merata.
“Fasilitas pelabuhan kita masih kalah de­ ngan negara lain. Kedalaman kolam rata-rata pelabuhan di Indonesia adalah 6-12 meter, se­mentara Singapura, Malaysia atau Hong Kong memiliki kedalaman kolam 16 meter. Bu­ruknya pelayanan di pelabuhan juga membuat biaya tidak efisien,” kata Ina.
Untuk membenahi permasalahan yang ada saat ini, langkah awal yang dilakukan pe­merintah adalah menentukan terlebih du­lu alur pelayaran. Selain itu, pembenahan inf­rastruktur pelabuhan sangat mendesak, ka­rena produktivitas pelabuhan makin me­ nurun. (lrd)
Investor Daily, Kamis 28 Agustus 2014, Hal. 6

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.