JAKARTA – PT Pertamina (Perse ro) bertekad menjadi perusahaan kelas dunia (wolrd class company). Berdasarkan roadmap yang disusun, dalam lima tahun ke depan, BUMN ini bisa menjadi perusahaan migas terbesar di Asia Tenggara, sejajar de ngan Petronas.
Menurut Direktur Pengembangan Investasi dan Manajemen Risiko Per tamina, M. Afdal Bahaudin dalam lima tahunpertama yakni periode 2008-2013, Pertamina menargetkan bisa menjadi perusahaan migas nomor satu du In donesia dalam hal produksi. Produksi migas ditargetkan bisa mencapai 517 ribu barel setara minyak per hari.
Dia mengatakan, target dari roadmap tersebut sebagian sudah tercapai di awal antara lain perseroan masuk dalam peringkat 122 perusahaan ter kemuka di dunia dalamFortuneGlobal pada 2013. Setahun berselang pering kat tersebut bergeser menjadi 123. “Kami terkejut masuk dalam Fortune 500 di 2013. Padahal kami menarget kan di 2025masuk Fortune 500 dengan pendapatan US$ 200miliar. Ini satunya BUMN Indonesia yang masuk. Tapi di 2014 ada PLN yang juga masuk dalam Fortune 500,” ujarnya.
Pada 2015, produksi migas perse roan ditargetkan sebesar 776 ribu ba rel setara minyak per hari. Sementara secara keuangan yakni pendapatan Rp 709 triliun, EBITDA Rp 96 triliun, dan laba bersih Rp 34 triliun.
Pada tahap lima tahun selanjutnya, Pertamina memasang target bisa se tara dengan perusahaan minyak du nia (international oil company/IOC) seperti Statoil. Pertamina meren canakan bisa masuk dalam daftar 15 perusahaan energi terbesar di dunia.
Afdal menuturkan menjadi peru sahaan berkelas dunia bukanlah hal mudah bagi Pertamina. Pasalnya pro duksi minyak dan gas bumi di Tanah Air terus menurun lantaran kondisi sumur tua. Investasi perseroan yang ditanamkan setiap tahunnya bertujuan menahan laju penurunan 25-30%. Oleh sebab itu Pertamina kemudian melakukan ekspansi guna meningkat kan produksi dan cadangan migas. Ekspansi itu bisa dilakukan dengan merger maupun mengakuisisi lapang an minyak yang sudah berproduksi.
Upaya itu dilakukan sejak 2002 me lalui kontrak kerjasama pada Blok 10 dan 11.1 di Vietnamdengan pola kerja sama. Selanjutnya diikuti Blok SK-305 di Malaysia pada Juni 2003 serta Blok 3 Western Desert Irak, Blok 13 Read Sea, Sudan, Blok 123-3 Sirte Onshore, Blok 17-3 Sabratah Offshore dan Blok 3 offshore Qatar. Pada akhir 2013 ke marin Pertamina mengakuisisi aset di Alzajair dan Irak.
“Keterbatasan uang membuat kami sulit dapat daerahmigasyangbaik.Kami harus masuk ke daerah yang meman cing adrenalin seperti di Irak,” ujarnya.
Diamenerangkan keterbatasan dana itu disebabkan oleh kerugian yang di tanggung Pertamina dengan prognosa mencapai US$ 325 juta untuk periode Januari hingga Juli tahun ini. Kerugian itu disebabkan oleh penyaluran bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan elpiji kemasan 12 kilogram (Kg).
Lebih lanjut Afdalmengatakan sejum lahpihak ‘merecoki’ Pertamina yangke mudian dibawa ke ranah politik. (rap)
Investor Daily, Rabu 27 Agustus 2014, hal. 9