2015, Jatah Ekspor Gas Turun Jadi 42%

JAKARTA – Ekspor gas nasional kembali turun pada tahun depan, yakni hanya 42% dari total produksi atau sebesar 2.836 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd).
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKKMigas) menargetkan produksi gas nasional pada tahun depan hanya naik tipis dari target tahun ini. Pada 2015, target produksi gas ditetapkan sebesar 1.248 ribu barel setara minyak per hari (million barrels oil equivalent per day/mboepd) atau naik 1,9% dari target tahun ini 1.224 mboepd.
“Kenaikan produksi gas tersebut berasal dari produksi eksisting 1.057 mboepd, kemudian kegiatan pemboran sumur pengembangan 97mboepd, sumur kerja ulang 72 mboepd, dan proyek baru 22 mboepd,” kata Pelaksana Tugas Kepala SKK Migas Johanes Widjonarko di Jakarta, Rabu (20/8). Target produksi tahun depan itu setara dengan 7.239 mmscfd.
Dari produksi gas tahun depan, SKKMigas menetapkan target ekspor di bawah realisasi tahun ini. Pada 2014 ini, ekspor gas nasional diperkirakan mencapai 3.416 mmscfd, sementara jatah gas domestik 3.980 mmscfd atau mencapai 53,8% dari total produksi.
“Pada 2015, jatah gas domestik semakin meningkat menjadi 60,8% atau 4.403 mmscfd. Sementara ekspor turun menjadi hanya 2.836 mmscfd,”jelas Widjonarko.
Deputi Pengendalian Komersial SKK Migas Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan, ekspor gas turun setiap tahun menyusul habisnya sejumlah kontrak dengan pembeli luar negeri. Seluruh kontrak yang habis tidak diperpanjang oleh pemerintah.
Pada 2013, kontrak ekspor gas Badak-4 sebesar 2,3 juta ton per tahun ke Jepang telah berakhir. Berikutnya, kontrak ekspor Korea-2 sebesar 2 juta ton per tahun selesai pada Oktober tahun ini. Terakhir, kontrak ekspor ke Jepang sebesar 0,4 juta ton per tahun habis pada Desember 2015. Seluruh kontrak ini tidakada yangdiperpanjang.
Namun, lanjut dia, jatah ekspor tersebut masih bisa berubah tergantung realisasi penyerapan gas di pasar dalam negeri. Pada tahun ini saja, SKK Migas terpaksa menjual gas alam cair (liquefied natural gas/ LNG) sekitar 20 kargo di pasar spot internasional karena tidak terserap oleh domestik. “Kalau tahun depan ada yang tidak terserap ya terpaksa dijual ke spot. Itu kan sama saja dengan ekspor,”
Ke depan, pemerintah telah mengalokasikan LNG sebanyak 91 kargo untuk domestik pada 2014-2015. Pasokan ini untuk memenuhi kebutuhan seluruh fasilitas regasifikasi di Indonesia. Rincinya, FSRU Jawa Barat memperoleh 54 kargo, FSRU Lampung 19 kargo, Terminal Regasifikasi Arun 16 kargo, dan FSRU Banten 2 kargo
Widjonarko sempat menuturkan, pihaknya terus berupaya menaikkan pasokan gas untuk dalam negeri. Salah satunya dengan mengalokasikan produksi gas dari lapangan baru yang beroperasi tahun ini dan menambah pasokan LNG. Upaya tersebut berhasil menaikkan alokasi gas domestik menjadi 3.782 bbtud atau 52,7% dari total produksi. “Penyaluran gas ke domestik terus mengalami peningkatan rata-rata 9% sejak tahun 2003,” kata dia.
Pada 2012, porsi gas domestik sebesar 3.550 BBTUD atau 49,5%. Alokasi ini naikmenjadi 3.774 BBTUD atau 52,1% pada 2013. Sementara itu, volume gas yang diekspor terus mengalami penurunan dari 3.631 BBTUD atau 50,5% pada 2012, menjadi 3.402 BBTUD atau 47,9% pada 2013. (ayu)
Investor Daily, 21 Agustus 2014, hal. 9

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.