Industrialisasi Mutlak Rancang Bangun dan Rekayasa Indonesia Kompetitif

JAKARTA, KOMPAS — Kemampuan perusahaan rancang bangun dan perekayasaan di Indonesia akan semakin tumbuh pesat apabila ditopang perkembangan industrialisasi. Indonesia punya pengalaman untuk mengembangkan kemampuan rancang bangun tersebut.
Demikian dikatakan Menteri Perindustrian periode 1983-1993 Hartarto Sastrosoenarto saat memberikan orasi ilmiah di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta, Rabu (20/8).Industrialisasi Mutlak
Pada kesempatan itu, BPPT menganugerahkan gelar Perekayasa Utama Kehormatan kepada Hartarto. Sejak diberikan pertama kali pada 2007, sudah ada delapan tokoh yang dianugerahi gelar tersebut.
”Di ASEAN, hanya Indonesia yang memiliki perusahaan rancang bangun yang mampu menangani pembangunan pabrik secara turn key (putar kunci),” katanya.
Putar kunci berarti perusahaan membangun secara utuh. Sesudah lolos tes sesuai kontrak, perusahaan menyerahkan kunci kepada pemilik. Pemilik yang akan melaksanakan produksi selanjutnya di pabrik tersebut.
Hartarto menuturkan, pengembangan rancang bangun dan perekayasaan pada 1983 dilakukan melalui dua jalur.
Jalur pertama adalah mendorong beberapa industri besar, yang pemilik dan direksinya memahami arti dan nilai strategis penguasaan rancang bangun dan perekayasaan, untuk menangani dan mengembangkan kemampuan tersebut.
”Dengan pola ini telah berkembang kemampuan rancang bangun dan perekayasaan untuk membangun pabrik yang utuh, termasuk membuat mesin peralatan pabrik yang diproduksi di pabrik mesin dan bengkel perusahaan,” kata Hartarto.
Sebagai contoh adalah kemampuan yang dimiliki PT Pura Baturama, PS Semen Padang, PT Semen Gresik, PT Petrokimia Gresik, dan PT Krakatau Steel.
Hartarto mencontohkan kemampuan PT Pura Baturama membangun pabrik kertas khusus dan mesin-mesin untuk kertas holografi. Mesin tersebut diekspor ke Tiongkok, ASEAN, dan Eropa. Hingga 1998, perusahaan tersebut merupakan satu-satunya pabrik sejenis di Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru.
Demikian pula PT Petrokimia Gresik yang mampu membangun pabrik utuh pupuk TSP, ZA, dan industri kimia aluminium fluorida. Kemampuan rancang bangun pembuatan aluminium fluorida itu memenangi tender dengan biaya Bank Dunia.
Petrokimia Gresik juga telah merampungkan pekerjaannya di Provinsi Hubei, Tiongkok, dan lain-lain.
”Dalam persaingan tender tersebut, PT Petrokimia Gresik, antara lain, mengalahkan Lurgi dari Jerman dan Davy Mckay dari Inggris,” ujar Hartarto.
Jalur kedua pengembangan kemampuan rancang bangun ditempuh dengan mengumpulkan tenaga berpengalaman untuk membangun dan mengoperasikan pabrik yang diperkuat ahli manajemen.
Melalui pola ini terbentuk PT Rakayasa Industri dan PT Inti Karya Persada Teknik. PT Rekayasa Industri, misalnya, memenangi tender internasional untuk membangun pabrik metanol di Brunei serta pabrik pupuk amonia-urea dan pupuk majemuk di Sabah-Serawak, Malaysia, senilai sekitar 1 miliar dollar AS.
Sementara itu, Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun menuturkan, pemberlakuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian adalah modal sekaligus memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan berbagai langkah, termasuk pengembangan rancang bangun dan rekayasa.
”Yaitu dengan menguasai dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi industri untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing, dan kemandirian industri di dalam negeri,” kata Alex mewakili Menteri Perindustrian MS Hidayat.

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Comments are closed.