Jakarta – Indonesia National Air Carrier Association (INACA) berharap pemerintah memberikan insentif bagi industri penerbangan jika permasalahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak kunjung teratasi. Insentif tersebut antara lain pembebasan bea masuk suku cadang (sparepart) pesawat dan penurunan harga avtur.
Ketua Umum INACA Arif Wibowo mengatakan, saat ini harga avtur di Indonesia lebih tinggi 13% dibanding di negara lain, seper ti Singapura dan Malaysia. Demikian pula, di sejumlah negara, industri pe nerbangan sudah dibebaskan dari bea masuk suku cadang pesawat.
“Sebenarnya, kami masih dalam posisi menunggu. Dan, kami berharap pelemahan nilai tukar r upiah terhadap dolar bisa ditekan terus. Jika kondisinya tidak terbendung ya harapannya ada insentif di situ, apakah penurunan harga avtur atau pembebasan bea masuk,” papar dia.
Menurut Arif, harga avtur dan biaya sparepart pesawat memberikan kontribusi yang besar terhadap beban opera sional maskapai. Saat ini, se luruh maskapai penerbangan di Indonesia menghadapi tan tangan berat akibat dua hal tersebut. Kondisi itu juga telah mengakibatkan sejumlah mas kapai harus merenegosiasi kon trak, termasuk di antaranya menajamkan bisnis dan strategi.
Dia menuturkan, rute-rute penerbangan di Indonesia sebe narnya memiliki potensi pasar yang besar, namun maskapai tetap harus berhati-hati untuk mengambil ceruk pasar. “Jika tidak efisien, energi dan dana investasi akan terbuang sia-sia di tengah kondisi depresiasi ni lai tukar rupiah dan harga avtur yang tinggi.
Senada dengan Arif, Ketua Penerbangan Tidak Berjadwal INACA Bayu Sutanto juga me minta pembebasan bea masuk suku cadang pesawat. Selain di sejumlah negara bea ma suk sparepart pesawat sudah dibebaskan, industrisparepart pe sawat jugabelumadadi TanahAir.
“Kita belum ada industri sparepart pesawat, sementara di luar negeri kondisinya me reka dibebaskan bea masuk untuk sparepart. Faktanya, in dustri pesawat juga harus ada sertifikasinya, saya kira ini juga yang harus diperhatikan oleh pemerintah jika tak ingin kon disi bisnis 2015 lebih berat bagi dunia maskapai,” papar dia.
Lebih jauh, INACA menyatakan siap menghadapi persaingan di bisnis penerbangan saat diberlakukan liberalisasi pasar penerbangan (open sky) 2015 di kawasan Asean. Tetapi masalah pelemahan rupiah dan tingginya harga avtur, kata dia, harus segera diselesaikan agar maskapai tidak berguguran.
Bayu juga mengaku saat ini liberalisasi industri penerbangan secara tidak langsung sudah dimulai. “Persoalannya, kami harus fokus dulu pada persoalan makro ekonomi di dalamnegeri. Masalah ini berimbas besar ter hadap dunia airlines,” papar dia.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Angkutan Udara Kemen terian Perhubungan Djoko Mu rjatmodjomengatakan, pihaknya mendukung permintaan insentif yang diajukan INACA.
“Namun, INACA harus bertemu dulu dengan pihak PT Pertamina, termasuk dengan Kementerian Keuangan, kalau mau bicara pajak dan pem bebasan bea masuk. Jadi, ka mi mendukung langkah itu, namun kami di Kementerian Perhubungan hanya sebagai regulator,” ujar dia.
Realisasi Penumpang Udara
Di sisi lain, jumlah penumpang angkutan udara domestik pada Juni 2014 sebanyak 5,4 juta orang atau naik 6,88% dibanding Mei 2014. Sedangkan jumlah penumpang angkutan udara domestik Januari-Juni 2014 men capai 28,3 juta orang atau naik 4,02% dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 27,2 juta orang.
“Jumlah penumpang terbesar tercatat di Bandara SoekarnoHatta mencapai 9,8 juta orang atau 34,73% dari keseluruhan penumpang domestik, diikuti Juanda (Surabaya) 3,3 juta orang atau 11,69%,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin awal pekan ini.
Kemudian, jumlah penumpang tujuan luar negeri (internasional) pada Juni 2014 naik 6,10% menjadi 1,2 juta orang. Selama Januari-Juni 2014, jumlah penumpang ang kutan udara ke luar negeri, baik yang menggunakan pe nerbangan nasional maupun asing mencapai 6,7 juta orang atau naik 6,69% dibandingkan jumlah penumpang pada periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 6,3 juta orang. Jum lah penumpang ke luar negeri terbesar melalui Bandara Soe karno-Hatta mencapai 3,2 juta orang atau 46,80% dari seluruh penumpang ke luar negeri, diikuti Ngurah Rai (Denpasar) 2,0 juta orang atau 29,13%.
Sementara itu, International Air Transpor t Association (IATA) mengumumkan per tumbuhan permintaan jasa pe nerbangan global pada Juni 2014 agak melambat dibanding bulan sebelumnya.
“Total pendapatan penumpang per kilometer (RPKs) per Juni lalu memang meningkat 4,7% dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/ yoy), namun sedikit di bawah realisasi kenaikan pendapatan Mei 2014 sebesar 6,2% (yoy),” kata Director General and CEO IATA Tony Tyler dalam keterangan tertulisnya yang diterimaInvestor Daily, kemarin.
Kemudian, kenaikan kapasitas penumpang pada Juni 2014 sebesar 5% telah berdampak pada penurunan tingkat isian penumpang 0,2% menjadi 81,5%.
“Pertumbuhan trafik penumpang global Juni 2014 sebesar 4,7% membesarkan hati meskipun kinerja Mei sedikit melemah. Tanda-tanda awal dari melunaknya permintaan mulai menghilang. Meski demikian, di dalam berita baik itu terdapat banyak risiko terkait politik dan ekonomi, dan itu membutuhkan pengawasan secara hati-hati,” ujar dia.
Sumber: Investor Daily. 07 Agustus 2014. hal: 6