Harga di Jakarta Naik Paling Tinggi

JAKARTA, KOMPAS — Harga hunian mewah di kota-kota besar dunia terus tumbuh. Jakarta mencatat pertumbuhan tertinggi untuk harga jual rumah premium sebanyak 27,3 persen dibandingkan tahun lalu.
Konsultan properti Knight Frank dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (6/8), menyatakan, harga jual hunian mewah atau premium di 32 kota besar di dunia meningkat rata-rata 6,2 persen selama semester I (Januari-Juni) tahun 2014.
Kate Everett-Allen, International Residential Research Knight Frank, mengatakan, dari 32 kota besar dunia tersebut, 27 kota tumbuh positif. Jumlah ini lebih banyak daripada periode yang sama tahun lalu sebanyak 21 kota besar.
Data Knight Frank Prime Global Cities Index 2014 menyebutkan, kenaikan harga rumah mewah di Jakarta tercatat paling tinggi (27,3 persen), disusul Dublin (Irlandia) 23,5 persen. Peringkat ketiga hingga kelima untuk pertumbuhan harga tertinggi berturut-turut adalah New York (18,4 persen), Los Angeles (17,8 persen), dan Miami (17,2 persen).
Meski demikian, kenaikan harga pada triwulan II-2014 di beberapa kota besar melambat. ”Kami berharap pertumbuhan harga rumah mewah akan terus meningkat pada semester kedua tahun ini,” katanya.
Harga rumah mewah di Amerika Serikat bahkan cenderung tumbuh lebih cepat daripada kota-kota di Eropa dan Asia. Harga rumah di New York, Los Angeles, Miami, dan San Francisco (AS) tumbuh di atas 10 persen dalam setahun terakhir.
Secara terpisah, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Realestat Indonesia Eddy Hussy menilai, kenaikan harga properti premium dipicu banyak faktor, antara lain, nilai tukar rupiah yang melemah, kenaikan suku bunga kredit bank dari 9 persen menjadi 13 persen, kenaikan harga material, dan nilai jual obyek pajak (NJOP). Rumah premium masih menggunakan komponen barang impor 60-70 persen dari total material.
Di sisi lain, pertumbuhan pembangunan tahun ini juga cenderung lambat dibandingkan tahun lalu. Pengembang harus menjaga harga naik terkendali sehingga tetap terserap di tengah persaingan pasar.
”Kenaikan harga ini sangat wajar karena banyak faktor, bukan berarti karena pengembang ambil untung besar,” katanya.
Eddy menambahkan, kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih baik dan ditunjang pemerintahan baru diharapkan mendorong pembangunan properti kian cerah.(LKT)
Kompas 07082014 Hal. 19

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Comments are closed.