JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) akan menghentikan penyaluran solar ke pembangkit listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) karena tidak mau terus merugi. Selama semester I tahun 2014 saja, Pertamina telah rugi 45 juta dollar AS karena menjual solar ke PLN dengan harga lama.”Penghentian penyaluran solar ke PLN itu merupakan kebijakan Pertamina untuk melindungi perusahaan dari kerugian. Kami tidak mau jika PLN kembali merugikan kami,” kata Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Hanung Budya di Jakarta, Rabu (6/8).
Menurut Hanung, Pertamina menghentikan penyaluran solar ke PLN karena PLN dinilai mengingkari kesepakatan harga solar yang ditetapkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pada Januari 2014. PLN beralasan, harga tersebut masih terlalu tinggi, sementara listrik masih disubsidi.
Sejak dua tahun lalu, PLN tidak pernah sepakat dengan Pertamina soal harga solar baru. Padahal, harga solar perlu diperbarui karena harga lama membuat Pertamina terus rugi. BPKP dilibatkan untuk memberikan pendapat tentang harga solar.
”Jatah solar untuk PLN dengan harga lama sudah habis sejak 24 Juni 2014. Karena negosiasi baru tidak tercapai, Pertamina harus menjual solar dengan harga pasar,” ujar Hanung.
Dalam kontrak antara Pertamina dan PLN pada 2011-2012, ada klausul yang menyebutkan bahwa jika tidak dicapai kesepakatan baru, Pertamina tetap akan memasok solar. Namun, 50 persen menggunakan harga lama, sedangkan 50 persen lagi sesuai harga pasar. Klausul itu berlaku hingga 2015. ”Karena tidak ada kesepakatan baru, kami jual sesuai harga pasar. Jika PLN tak mau, silakan beli solar di tempat lain,” kata Hanung.
Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, Kamis (7/8) ini, Direktur Utama Pertamina dan PLN akan dipertemukan Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo di Kementerian ESDM.
Tak semena-menaManajer Senior Korporat Komunikasi PT PLN Bambang Dwiyanto, yang dihubungi secara terpisah, yakin Pertamina selaku badan usaha milik negara tak akan semena-mena menghentikan pasokan solar untuk pembangkit listrik PLN. ”Saat ini PLN memang memiliki keterbatasan untuk membeli BBM dengan harga lebih tinggi,” kata dia.
Pada 2011, porsi konsumsi BBM untuk pembangkit PLN adalah 24,8 persen. Pada 2012, porsinya berkurang menjadi 15 persen dan pada 2013 menjadi 12,4 persen. PLN meningkatkan penggunaan batubara dan gas. (HEN/APO)
Kompas 07082014 Hal. 18
Menurut Hanung, Pertamina menghentikan penyaluran solar ke PLN karena PLN dinilai mengingkari kesepakatan harga solar yang ditetapkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pada Januari 2014. PLN beralasan, harga tersebut masih terlalu tinggi, sementara listrik masih disubsidi.
Sejak dua tahun lalu, PLN tidak pernah sepakat dengan Pertamina soal harga solar baru. Padahal, harga solar perlu diperbarui karena harga lama membuat Pertamina terus rugi. BPKP dilibatkan untuk memberikan pendapat tentang harga solar.
”Jatah solar untuk PLN dengan harga lama sudah habis sejak 24 Juni 2014. Karena negosiasi baru tidak tercapai, Pertamina harus menjual solar dengan harga pasar,” ujar Hanung.
Dalam kontrak antara Pertamina dan PLN pada 2011-2012, ada klausul yang menyebutkan bahwa jika tidak dicapai kesepakatan baru, Pertamina tetap akan memasok solar. Namun, 50 persen menggunakan harga lama, sedangkan 50 persen lagi sesuai harga pasar. Klausul itu berlaku hingga 2015. ”Karena tidak ada kesepakatan baru, kami jual sesuai harga pasar. Jika PLN tak mau, silakan beli solar di tempat lain,” kata Hanung.
Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, Kamis (7/8) ini, Direktur Utama Pertamina dan PLN akan dipertemukan Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo di Kementerian ESDM.
Tak semena-menaManajer Senior Korporat Komunikasi PT PLN Bambang Dwiyanto, yang dihubungi secara terpisah, yakin Pertamina selaku badan usaha milik negara tak akan semena-mena menghentikan pasokan solar untuk pembangkit listrik PLN. ”Saat ini PLN memang memiliki keterbatasan untuk membeli BBM dengan harga lebih tinggi,” kata dia.
Pada 2011, porsi konsumsi BBM untuk pembangkit PLN adalah 24,8 persen. Pada 2012, porsinya berkurang menjadi 15 persen dan pada 2013 menjadi 12,4 persen. PLN meningkatkan penggunaan batubara dan gas. (HEN/APO)
Kompas 07082014 Hal. 18