JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), melalui anak usaha PT GMF AeroAsia, akan membangun sebuah hanggar pada awal tahun depan. Nilai investasi awal proyek tersebut sekitar Rp 450 miliar.
“Perseroan lebih memilih membangun hanggar di wilayah timur Indonesia,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar kepada Investor Daily dan Jakarta Globe di Jakarta, Senin (21/7).
Dia mengatakan, Garuda Indonesia tengah mencari investor sebagai mitra strategis dalam pembangunan hanggar. Adapun GMF telah mengantongi kepercayaan sebagai pusat pelatihan dan pemeliharaan (maintainance) pesawat Air Bus di wilayah Asia Pacifik menyusul masuknya Garuda Indonesia sebagai anggota Sky Team.
Dia menuturkan, perseroan akan membangun sebuah hanggar yang lengkap dan terintegrasi. Hal itu mencakup dasar dan pemeliharaan berat, cargo conversion, pemeliharaanmesin, pemeliharaan komponen, line maintenance, engineering services, dan perdagangan dan manajemen aset.
Sebelumnya, Garuda Indonesia membentuk aliansi bisnis dengan Gallant Venture Ltd, unit usaha Grup Salim. Kedua pihak akan mengembangkan hanggar, hub turis dan penerbangan di Pulau Bintan, Riau. Tahap awal, Gallant yang merupakan induk usaha PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), siap mengucurkan dana sebesar Sin$ 300 juta atau sekitar Rp 2,87 triliun.
Dia menegaskan, Garuda telah mempromosikan Pulau Bintan sebagai tujuan turis internasional dan mendukung pengembangan konektivitas keluar dan ke dalam di kawasan tersebut. Kali ini, perseroan juga akan gencar mempromosikan pariwisata Indonesia Timur.
“Kegiatan operasi di Bintan bakal memperkuat pengembangan jaringan Garuda, dengan menghubungkan potensi penerbangan di wilayah timur dan barat Indonesia serta membuat titik pertemuan untuk penerbangan ke Eropa dan timur jauh,” kata Emir, belum lama ini.
Dengan basis armada regional seperti pesawat jenis CRJ dan ATR di Bintan, Garuda akan lebih kompetitif melayani penerbangan turis dan beberapa kota tujuan bisnis di Asean.
Investor Citilink
Emirsyah menyatakan, Garuda Indonesia telah bertemu dengan dua perusahaan penerbangan Asia yang siap menjadi investor strategis Citilink. Perseroan telah menunjuk Standar Char tered dan Bahana Sekuritas sebagai penasihat keuangan (financial advisors).
“Pembicaraan terus berlangsung. Financial advisors kami telah mencari titik temu yang pas soal harga,” ujar dia. Namun, Emir enggan menyatakan berapa harga ideal divestasi anak usaha tersebut. Dia menuturkan, Garuda Indonesia menginginkan harga ideal segera terbentuk, minimal pada 2015.
BUMN penerbangan itu berencana melepas hingga 40-49% saham Citilink. Adapun Citilink dikenal luas sebagai pesawat bertiket murah versi Garuda Indonesia.
Hingga Juni 2014,pendapatan perseroan stagnan pada level US$1,73 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya US$ 1,72 miliar. Perseroan juga mencatat rugi bersih sekitar US$ 211,73 juta atau naik dibandingkan tahun lalu US$ 10,71 juta.
“Kinerja keuangan menyusul pelemahan rupiah yang berkepanjangan. Adapun 75% beban operasional perseroan dilakukan dalam mata uang dolar AS,” ucap dia.
Dia mengungkapkan, perseroan telah melakukan efisiensi biaya dan natural hedging tahun ini. Garuda tidak menyurutkan semangat investasi untuk grand design Quantum Leap 2015. Hingga saat ini, perseroan memiliki 149 armada pesawat.
“Rute-rute baru dalam dan luar juga terus ditambah seper ti ke Sumbawa dan Amerika Serikat. Investasi ini penting supaya pada 2015, Garuda Indonesia sudah bisa mencetak laba dengan rata-rata umur pesawat yang lebih ‘bugar’,” imbuhnya.
Sumber: Investor Daily. 06 Agustus 2014. hal: 14