Antam Akan Akuisisi Tambang Batubara

JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), melalui anak usahanya PT Indonesia Coal Resources (ICR), berencana mengakuisisi satu tambang batubara di propinsi Jambi pada tahun ini. Akuisisi tersebut merupakan upaya perseroan menggenjot pasokan batubara untuk kebutuhan internal dan eksternal.
“Kalau ada lokasi tambang yang menarik, pasti kami ambil, terutama tambang batubara di kawasan yang dekat dengan ICR,” jelas Direktur Operasi Aneka Tambang Tedy Badrujaman di Jakarta, belum lama ini.
Saat ini, ICR sudah memiliki satu tambang batubara di Sarolangun, Jambi, yang diakuisisi pada Januari 2011 senilai Rp 92,5 miliar. Tambang Sarolangun memiliki cadangan batubara sebanyak 8,25 juta ton, dan memiliki kalori rata-rata sekitar 5.200 kilo calorie per kilogram (kcal).
Menurut Tedy, ada sejumlah pihak yang menawarkan kepada Antam sejumlah lahan tambang batubara di kawasan Jambi, Padang, bahkan sampai kawasan Kalimantan Selatan. Tawaran lahan tambang tersebut diakui cukup menarik. Namun, perseroan perlu menilai terlebih dahulu berbagai potensi sesuai kriteria yang ditetapkan.
“Sebetulnya, ICR yang melakukan due diligence terhadap lahan-lahan tambang batubara tersebut. Mereka memang diberikan mandat memasok batubara untuk kebutuhan internal Antam dan untuk dijual,” jelas dia.
Menurut Tedy, Antam membutuhkan sekitar 200 ribu-300 ribu ton batubara per tahun. Batubara digunakan sebagai reduktor dan bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. PLTUmilik perseroan ini merupakan bagian dari modernisasi dan optimasi pabrik Feronikel Pomalaa.
Selain itu, kata Tedy, ICR juga mengekspor hasil produksi batubara ke pasar-pasar utama luar negeri seperti Tiongkok dan India. Ke depannya, perseroan terus mencermati dampak dari harga batubara yang belum stabil di pasar internasional.
Tahun ini, Antam menargetkan produksi batubara sebanyak satu juta ton atau tumbuh 135,5% dibanding realisasi produksi pada tahun lalu sebanyak 424.573 ton. Menurut Tedy, target yang dipatok cukup berat, lantaran saat ini Tiongkok sebagai tujuan ekspor terbesar tengahmengurangi ketergantungan impor batubara.
“Kalau kami bisa kejar target tahun ini, mungkin bisa tercapai di angka 700.000800.000 ton per tahun,” terang dia.
Antam pun terus mengintegrasikan bisnis tambangnya agar menghasilkan efisiensi kinerja keuangan. Pada pertengahan tahun ini Antam pun memutuskan untuk menurunkan investasi hampir separuh dari rencana semula.
Koreksi Capex
Menurut Direktur Keuangan Aneka Tambang Djaja Tambunan, perseroan menurunkan capex dari Rp 4-5 triliun menjadi maksimal Rp 2,8 triliun. Hingga semester I-2014, perseroan sudah menyerap capex sebanyak US$ 140 juta.
Perseroan juga menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) tahun depan senilai US$ 150 juta. Perseroan tengah menjajaki fasilitas pinjaman senilai US$ 100 juta untuk kebutuhan investasi tersebut.
Antam mencari pinjaman untuk kebutuhan capex tahun depan dari sejumlah bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan bank swasta. Perseroan mengincar pinjaman dengan tenor minimal tiga tahun. Pinjaman tersebut diharapkan dapat dikantongi pada kuartal III-2014.
“Kami jajaki pinjaman melalui club bill atau sindikasi kurang dari 10 bank. Proposal sudah diajukan, tingkat bunga belum diketahui. Namun menurut mereka, ketersediaan pinjaman sudah ada,” jelas Djaja.
Menurut dia, sisa kebutuhan capex tahun depan senilai US$ 50 juta akan berasal dari kas internal. Rencananya, sekitar US$ 115-US$ 120 juta anggaran capex 2015 bakal diserap untuk Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP) di Sulawesi Tenggara. Hingga Mei 2014, konstruksi proyek berkelanjutan tersebut sudah mencapai 53%. (rid)
Sumber: Investor Daily. 06 Agustus 2014. hal: 14

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.