JAKARTA – PT PLN (Persero) mencatatkan laba pada semester I-2014 mencapai Rp 12,34 triliun. Angka ini naik tiga kali lipat dibandingkan dengan realisasi laba pada semester I-2013 sebesar Rp 4,77 triliun.
Direktur Utama PLN Nur Pamuji me ngatakan, perseroan pada akhir tahun lalu memang menanggung rugi cukup besar karena kurs. Namun, kerugian tersebut hanya pada laporan keuangan saja. “Tahun ini, kami untung karena kurs,” kata dia di Jakarta, Senin (4/8).
Adanya keuntungan akibat kurs itu juga nampak dalam laporan keuangan PLN. Dalam laporan itu dituliskan, sampai semester pertama tahun lalu, PLN masih mendapat untung dari kurs sebesar Rp 909,45 miliar. Sementara pada semester I-2014 ini, keutungan kurs yang diperoleh PLN lebih besar lagi, yakni mencapai Rp 4,43 triliun.
Pendapatan perseroan juga membaik, walaupun tidak sebesar kenaikan laba. Pada enam bulan pertama 2013, pendapat an PLN tercatat sebesar Rp 116,73 triliun. Selanjutnya pendapatan PLN naik sebesar 24% dari semester I-2013 atau mencapai Rp 145,11 triliun.
Nur tidak menampik bahwa kenaikan pendapatan dipengaruhi oleh adanya pe ningkatan tarif dasar listrik (TDL) yang diberlakukan pemerintah. Namun, dia menyebut, kenaikan tarif bukanlah faktor dominan yang mendongkrak pendapatan perusahaan. “Memang ada (pengaruh kenaikan TDL), tetapi hanya sebagian kecil. Yang lebih besar pengaruhnya itu pertumbuhan konsumsi listrik. Konsumsi listrik kita terus tumbuh pesat,” jelas dia.
Apalagi, pelanggan PLN saat ini telah mencapai 54 juta pelanggan. Angka tersebut termasuk yang terbesar di dunia. Dengan be sarnya jumlah pelanggan ini, sebut Nur, setiap bulannya perseroan bisa meraup pendapatan sebesar Rp 15 triliun.
Data penjualan listrik PLN memang menunjukkan adanya kenaikan konsumsi setrum nasional. Hingga semester pertama tahun ini, penjualan setrum perusahaan listrik pelat merah itu tercatat mencapai 96,6 terawatt hour (TWh). Realisasi tersebut lebih baik dari semester I-2013 yang sebesar 90,84 TWh dan semester I-2012 yang tercatat 84,43 TWh.
Namun, menurut Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun, pertumbuhan penjualan listrik pada semester pertama tahun ini tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya. Dia men catat pertumbuhan penjualan listrik hingga Juni tahun ini hanya 6,71% atau lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 7,17%. Tren pertumbuhan penjualan listrik ini juga masih di bawah target tahun ini yang dipatok 7%.
Selanjutnya, jika dibandingkan target penjualan listrik tahun ini, realisasi semes ter satu tersebut juga masih relatif rendah. Dengan target penjualan listrik yang telah direvisi menjadi 198,52 TWh, penjualan listrik semester satu baru mencapai 48,5%.
Karenanya, lanjut Benny, pihaknya akan menggenjot penjualan listrik sebesar-be sarnya pada semester kedua tahun ini. Peningkatan penjualan listrik utamanya difokuskan untuk wilayah Jawa-Bali yang kemampuan sistem kelistrikannya masih mencukupi.
“Potensi peningkatan penjualan di JawaBali masih sangat besar. Apalagi banyak sekali permintaan sambungan baru, terma suk industri dan bisnis, yang pada semester pertama kemarin belum sempat terlayani,” jelas dia.
Untuk itu, tutur dia, semua unit distribusi di Jawa dan di daerah lainnya yang kemam puan sistemnya cukup hendaknya memacu penjualan listrik. Caranya yakni dengan memperbaiki tegangan pelayanan, mengu rangi gangguan pasokan, dan mempecepat penyambungan baru.
Kurangi BBM
Di sisi lain, PLN terus berupaya me ngurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM) sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Pada semester pertama tahun ini, konsumsi BBMPLN tercatat sebe sar 3,4 juta kiloliter (KL). Jika dibandingkan target sebesar 6,4 juta KL, konsumsi BBM tersebut sudah lebih dar 50%.
Namun, menurut Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki, target konsum si BBM direvisi menjadi 7,1 juta KL hingga akhir tahun nanti. Target tersebut lebih rendah dari realisasi konsumsi BBM pada 2013 yang sebesar 7,4 juta KL. “Perkiraan sampai akhir tahun ini, konsumsi BBMcapai 7,1 juta KL,” ujar dia.
Untuk itu, lanjut Suryadi, pihaknya akan terus menambah konsumsi gas di pem bangkit pada semester kedua. Pada enam bulan pertama 2014, penyerapan gas oleh perseroan sudah mencapai 221 tera british thermal unit (TBTU). Dia optimis sampai akhir tahun bisa mencapai target serapan sebesar 431 TBTU.
Pasalnya, sistem kelistrikan Sumatera Utara bakal memperoleh pasokan setrum dari PLTU Pangkalan Susu pada semester kedua ini. Penambahan pasokan dari pem bangkit batubara ini bakal mengurangi konsumsi BBM di wilayah Sumatera yang diperkirakan mencapai 3 juta KL.
Untuk Jawa, tutur Suryadi, pihaknya ber harap pasokan gas dari Lapangan Gundih milik Pertamina EP ke PLTGU Tambak lorok, Semarang bisa mulai normal. Meski sudah mulai dialirkan beberapa waktu lalu, pasokan gas tersebut sempat terhenti karena tingginya kandungan H2S.
Pengurangan BBM juga diharapkan bisa terjadi di Bali. Dia menargetkan, konsumsi BBM di Bali tidak bakal lebih dari 800 ribu KL per tahun. Konsumsi BBM disebutnya bakal bisa lebih rendah lagi dari target de ngan beroperasinya kabel listrik bawah laut unit 3 dan 4 yang menghubungkan sistem kelistrikan Jawa dan Bali.
Investor Daily, Selasa 5 Agustus 2014, hal. 9