JAKARTA – PT Tripatra Engineers & Contractors Indonesia, anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY), menyiapkan dana sebesar US$ 330 juta untuk mengembangkan kompleks Jangkrik, sebuah proyek lapangan gas di lepas pantai Selat Makassar. Dana tersebut sekitar 30% dari total nilai pengembangan yang mencapai US$ 1,1 miliar.
“Pelaksanaan proyek tersebut menggunakan dana sendiri yang merupakan hasil pembayaran dari klien atas kemajuan pe kerjaan proyek,” ungkapmanajemen Indika Energy kepada Investor Daily di Jakarta, baru-baru ini.
Tripatra tergabung dalam sebuah konsorsium bersama PT Saipem Indonesia, PT Chiyoda International Indonesia, dan Hyundai Heavy Industries Co Ltd. Konsorsium tersebut telah menandatangani kontrak dengan ENI Muara Bakau BV pada 28 Februari lalu untuk mengembangkan kompleks Jangkrik.
Sesuai kontrak, proyek tersebut berdurasi selama 36 bulan. Saat ini proses konstruksi kompleks Jangkrikmasihberlangsung. Dengan demikian, proyek tersebut diperkirakan rampung pada pertengahan 2017.
Namun, pihak Indika Energy belumdapat memberikan keterangan jumlah dana yang akan dikeluarkan pada tahun ini. “Kami masih melakukan rekapitulasi di internal perusahaan. Tapi totalnya sekitar 30% dari US$ 1,1 miliar,” kata manajemen Indika.
Pekerjaan kompleks Jangkrik meliputi proyek rekayasa, pengadaan, konstruksi, dan instalasi (engineering, procurement, construction, and installation/EPCI) untuk floating production unit (FPU). Lapangan Jangkrik yang dikembangkan oleh ENI Muara Bakau BV merupakan sumber gas yang ditemukan pada Maret 2009.
Lapangan itu terletak sekitar 70 kilometer (km) dari pantai di wilayah kerja Muara Bakau, Selat Makassar, lepas pantai Kalimantan, pada kedalaman air 250-500 meter. Fasilitas FPU Jangkrik akan memiliki kapasitas puncak produksi gas dan kondensat sebesar 450 juta kaki kubik per hari (mmscfd).
Sementara itu, tahun ini, Indika Energy mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 113,5 juta. Seluruh danacapexberasal dari kas internal.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasjid mengatakan, perseroan akan cenderung hati-hati menyerap capex di tengah kondisi harga batubara dunia yang masih rendah.
“Alokasi capex selalu dijaga seminimal mungkin, biasanya kami gunakan untuk pemeliharaan aset saja. Untuk peralatan tambang, kami bisa beli baru atau menyewa,” kata dia.
Tahun ini, secara total perseroan mengalokasikan mayoritas capex untuk anak usahanya, PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS), sebesar US$ 35 juta. Sementara itu, anak usaha di bidang kontraktor pertambangan, PT Petrosea Tbk (PTRO), mendapat alokasi sekitar US$ 30,1 juta.
Adapun PTMulti Tambangjaya Utama (MTU), anak usaha Indika Energy yang baru diakuisisi pada Februari 2012, mendapatkan porsi capexUS$ 15 juta. Selanjutnya, Tripatra mendapat jatah capex US$ 3,8 juta. Sisanya US$ 29,5 juta bakal digunakan oleh Indika untuk mengembangkan lini bisnis sumber daya alam.
Tahun ini, IndikaEnergy terusmenggenjot produksi batubara lewat dua anak usahanya, yaitu PT Kideco Jaya Agung dan PT Santan Batubara. Perseroan menargetkan produksi sebanyak 41 juta ton, naik dari produksi batubara pada tahun lalu yang sebesar 39,1 juta ton.
Cetak Laba
Sepanjang semester I-2014, Indika Energy berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 8,49 juta. Perolehan laba bersih ini menunjukkan membaiknya kinerja perseroan, jika dibandingkan semester I-2013 yang mencatat rugi bersih US$ 7,93 juta.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perseroan, perolehan laba bersih terjadi seiring dengan kenaikan pendapatan sebesar 26,57% menjadi US$ 523 juta dari US$ 413,2 juta.
Dari total pendapatan tersebut, kontribusi pendapatan kontrak dan jasa selama semester I-2014 mencapai US$ 468,2 juta, naik dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 411,4 juta. Sedangkan penjualan batubara melonjak signifikan dari US$ 1,76 juta menjadi US$ 54,84 juta.
Hingga Juni 2014, total aset Indika mencapai US$ 2,31 miliar, sedangkan kas dan setara kas perseroan sebesar US$ 319,1 juta.
Prospek Menjanjikan
Analis PT Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe mengatakan, kinerja Indika Energy berpeluang naik karena banyak ditopang oleh bisnis kontrak dan jasa. Sebab, saat ini untuk linis bisnis batubara masih mendapat tantangan berat, seperti belum pulihnya harga batubara global.
Salah satu anak usaha perseroan di bidang pelayaran, yaitu Mitrabahtera Segara Sejati dinilai memiliki prospek yang menjanjikan di masa depan. Seperti diketahui, Mitrabahtera mendapat alokasi capex yang paling besar diantara anak usaha lain.
“Mitrabahtera bisa cukup menguntungkan jika perseroan fokus kepada pelanggan korporasi, karena dari segi operasional bisa lebih efisien,” jelas Kiswoyo
Dia menilai, Indika Energy juga akan mengandalkan proyek-proyek kontraktor tambang seperti yang dikelola oleh Petrosea untukmendapatkan pendapatan berulang (recurring income). Perseroan perlu menjaga kestabilan pendapatan dengan fokus pada salah satu usaha yang menguntungkan.
“Saya prediksi Indika bisa terlihat stabil dalam waktu dua sampai tiga tahun lagi. Perusahaan yang punya banyak bidang usaha atau terdiversifikasi, baik di tambang ataupun batubara, memang bagus seperti Adaro, karena tidak tergantung terhadap satu usaha. Tapi perlu jeli juga dalam memilih,” kata dia.
Pada tahun ini, lanjut dia, kompetisi antara emiten di sektor tambang batubara adalah adu kuat di efisiensi. Setiap emiten harus pintar menyiasati kebijakan produksi batubara yang dibatasi pemerintah supaya tidak over-supply. Di sisi lain, langkah Indika Energy untuk melakukan diversifikasi jasa angkut logistik mampu menjadi nilai tambah perseroan di masa mendatang.
Investor Daily, Selasa 5 Agustus 2014, hal. 1