JAKARTA – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan, sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang paling diminati investor baik asing maupun dalam negeri.
“Sektor pertambangan masih menjadi sektor yang diminati investor,” ujar Kepala BKPMMahendra Siregar di Jakarta, belum lama ini.
Berdasarkan data terakhir yang diolah tim investasi BKPM, kata dia, terdapat 43 perusahaan PMA dan 23 perusahaanPMDNyangberinvestasi di sektor pertambangan terutama dalam pengolahan dan pemurnian hasil tambang dengan nilai investasi mencapai US$ 31,34 miliar.
Dari seluruh perusahaan tambang tersebut, kataMahendra, ada yang sedang melakukan tahapan produksi, tahap pembangunan, dan juga tahapan persiapan.
Pada tahapan produksi, jelas dia, saat ini terdapat enam perusahaan, yakni perusahaan pengolahan nikel PT Vale Indonesia Tbk (PMA) di Kabupaten Soroako, Sulawesi Selatan, senilai US$ 580 juta dengan kapasitas pengolahan nikel matte 80 ribu ton. Perkembangan terakhir Kontrak Karya Vale masih dalam proses renegosiasi.
Kedua, usaha nikel PT Aneka Tambang Tbk (PMDN) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, dengan nilai investasi US$ 297,7 juta berkapasitas ferronikel 17 ribu ton dimana bahan baku dipenuhi dari konsensi pertambangan sendiri.
Ketiga, PT Meratus Jaya Iron and Steel (PMDN), perusahaan pengolahan bijih besi dengan lokasi proyek di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, nilai investasi US$ 142,3 juta, kapasitas sponge iron 315 ribu ton dan sudah mulai berproduksi komersial sejak Februari 2014.
Keempat, PT Delta Prima Steel (PMA), perusahaan pengolahan bijih besi dengan lokasi proyek Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Nilai investasi proyek ini sebesar US$ 26,9 juta dengan kapasitas sponge iron 100 ribu ton dan sudah mulai berproduksi komersial sejak Februari 2014.
Kelima, PT Smelting (PMA) perusahaan yang bergerak di sektor pengolahan tembaga dengan lokasi proyek Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Proyek ini memiliki nilai investasi US$ 852,6 juta dengan kapasitas coper cathode 300 ribu ton. Menurut dia kelanjutan proyek PT Smelting tergantung hasil renegosiasi kontrak karya PT Freeport dan PT Newmont.
Keenam, PT Indonesia Chemical Alumina (PMA), perusahaan yang bergerak di sektor pengolahan bauksit dengan lokasi proyek kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Nilai investasi untuk proyek ini US$ 352,2 juta dengan kapasitas alumunium oxide 135 ribu ton dan sudah mulai berproduksi komersial sejak April 2014.
Lebih lanjut, Mahendra mengatakan, perusahaan tambang yang sudah memasuki tahap pembangunan berjumlah 5 perusahaan yaitu, PT Borneo Alumindo Prima (PMA), PTBintanAluminaIndonesia(PMA), PT Well Harvest Winning Alumina Refinery(PMA),PTAnekaTambang (PMDN), dan PT Feni Haltim.
Sedangkan perusahaan yang sudah dalam tahap persiapan sebanyak 36 perusahaaan PMA dengan total rencana investasi US$ 15,43 miliar dan 15 perusahaan PMDN dengan nilai rencana investasi US$ 5,79 miliar, sehingga total investasi dari 41 perusahaan tersebut adalah US$ 21,22 miliar.
Dia juga memaparkan perusahaan yang masuk dalam tahap persiapan yakni perusahaan pengolahan bauksit yang terdiri dari 3 PMA senilai US$ 1,29 miliar dan 2 PMDN senilai US$ 1,73 miliar.
Perusahaan pengolahan biji besi terdiri dari 5 PMA senilai US$ 1,32 miliar dan 6 PMDN dengan nilai investasi US$ 93,85 juta. Berikutnya, perusahaan pengolahan nikel yang terdiri dari 25 PMA dengan nilai investasi US$ 12,78 miliar dan 4 PMDN US$ 1,01 miliar.
Selanjutnya ada 3 perusahaan pengolahan tembaga dengan nilai investasi US$ 2,95 miliar dan 3 PMA pengolahan mangan dengan nilai investasi US$ 31,10 juta. (dho)
Investor Daily, Senin 4 Agustus 2014, hal. 20