JAKARTA – PT Pertamina Lubricants, anak usaha BUMN migas PT Pertamina, akan mengakuisisi pabrik pelumas di Tiongkok. Nilai akuisisinya diperkirakan mencapai Rp 1 triliun.
Direktur Utama Pertamina Lubricants Supriyanto mengungkapkan, selain Tiongkok, pihaknya berniat ekspansi ke Thailand dan Afrika. Akuisisi merupakan salah satu strategi perseroan untuk masuk dalam daftar 15 perusahaan pelumas papan atas dunia.
“Kapasitas pabrik di Thai land sekitar 120 ribu kiloliter (kl) dengan 2 shift per tahun, sedangkan Tiongkok berkisar 50-100 ribu kl per tahun. Namanama perusahaan target akuisisi belum dapat kami ungkapkan,” kata dia di Jakarta, Selasa (15/7).
Setelah akuisisi dua perusa haan itu tuntas, dia mengatakan, perseroan menargetkan volume ekspor mencapai 200-250 ribu kl sepanjang 2015-2019. Adapun penjualan domestik diproyeksi kan mencapai 800 ribu kl.
Sementara itu, Pertamina Lu bricants menargetkan penjual an tahun ini menembus Rp 10 triliun. Perinciannya, sekitar Rp 9 triliun merupakan penjualan domestik, sedangkan sisanya Rp 1 triliun ekspor.
Supriyanto mengatakan, se lama delapan bulan beroperasi sebagai anak usaha Pertamina, perseroan sudah menguasai 60% pasar pelumas dalamnegeri. Saat ini, pasar pelumas nasional mencapai 800 ribu kl. “Kami bisamenguasai pasar hingga 60% karena kualitas produk kami me menuhi standar mendekati range atas. Selain itu, harga produk kami kompetitif,” papar dia.
Menurut Supriyanto, pihak nya menggunakan minyak men tah dari Pertamina. Ini membuat harga jual menjadi kompetitif. Adapun kebutuhan bahan baku aditif diimpor dengan harga yang kompetitif.
Dia mengklaim Pertamina Lubricants juga ung gul dari sisi pelayanan. Dia menuturkan, saat ini, Pertamina Lubricants memiliki tiga fasilitas produksi di Cilacap, Jawa Tengah. Kapasitas produk si terpasang mencapai 550 ribu kl per tahun dengan dua shift produksi. Produksi masih bisa dioptimalkan hingga 700 ribu kl dengan tiga shift produksi.
“Tahun ini, kami menargetkan penjualan domestik mencapai 450 ribu kl dan ekspor 50 ribu kl. Kami sudahmengekspor ke lebih dari 24 negara. Kami targetkan pertumbuhan bisnis tahun ini berkisar 2-3% atau selevel dengan industri,” kata Supriyanto.
Ekspansi Pabrik
Di sisi lain, Pertamina Lubri cants membangun dua pabrik pelumas berkualitas tinggi se nilai Rp 1,3 triliun, yang terdiri atas grease plant (pengolahan gemuk pelumas) senilai Rp 500 miliar dan lube oil blending plant (LOBP) senilai Rp 800 miliar.
Direktur Pemasaran dan Nia ga Pertamina Hanung Budya Yuktyanta mengatakan, grease plant yang sudah ada kapasi tasnya 3.000 metrik ton (mt) per tahun.
“Pertamina sedang buatgrease plant yang baru di Tanjung Priok. Konstruksinya segera dimulai dan diperkirakan 1,5 ta hun, sehingga Juni 2015 selesai. Kapasitasnya 8.000mt per tahun, termodern di Asia Tenggara,” ujar dia, belum lama ini.
Dia menambahkan, LOBP Tanjung Priok yang baru juga se dang dibangun. “Ini LOBP yang ketiga dengan kapasitas 350 ribu ton per tahun. Kami akan men jadi salah satu produsen dengan kapasitas tertinggi di negara Asia Tenggara. Kalau ini selesai, kapasitas jadi hampir 600 ribu ton per tahun,” ucap dia.
Pertamina saat ini memiliki dua LOBP yang berlokasi di Cilacap dan Surabaya. Selain membangun pabrik, Pertamina sudah ekspansi ke 25 negara. Sekarang ini, proses akuisisi fasil itas produksi di Thailand sudah mendekati final. “Itu akan jadi basis produksi untuk pemasaran di Indocina. Kita akan agresif pemasaran juga ke Tiongkok bekerja sama dengan perusahaan pelumas di sana,” ujar dia.
Berdasarkan catatan Investor Daily, beberapa produsen pelumas gencar berekspansi untuk menangkap potensi pasar yang menjanjikan. Penjualan pelumas terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, seiring bertambahnya populasi otomotif di Tanah Air.
Agustus tahun lalu, Royal Dutch Shell mulai membangun pabrik pelumas di Marunda Center, Jakarta Utara berka pasitas 120 ribu ton per tahun. Per usahaan migas terbesar Eropa yang berbasis di Den Haag (Belanda) dan London (Inggris) itu menggelontorkan dana berkisar US$ 150-200 juta.
Selain Shell, PT Federal Kar yatama, produsen oli merek Federal, berencana menambah kapasitas pabrik. Namun, MPM Group, selaku pemegang saham FKT engganmenjelaskan hal itu lebih jauh.
Investor Daily, Rabu 16 Juli 2014, hal. 8