JAKARTA – Lion Groupmem batalkan rencana investasi pada proyek kereta api ekspres (express line) Bandara SoekarnoHatta, menyusul proses pem bebasan lahan yang sulit serta diharuskannya bekerja sama dengan perusahaan lain.
Direktur Umum Lion Group Edward Sirait mengakui, pihaknya pernah mengajukan minat untuk menjadi investor di proyek tersebut kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) . “Pak Rusdi Kirana (Direktur Utama Grup Lion) dan saya pernah mendatangi Direktur Jenderal Per keretaapian yang lama untuk mencari informasi soal proyek ini,” ujar dia di Jakarta, akhir pekan lalu.
Menurut dia, proyek ter sebut memiliki potensi bisnis yang besar lantaran jumlah penumpang di Bandara Soekarno Hatta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang pesat. “Pada 2013 saja jumlahnya sudah mencapai sekitar 60 juta penumpang, sehingga di prediksi pada 2019 atau 2020 saat kereta ekspres beroperasi jumlah penumpangnya bisa mencapai 80 juta orang per tahun,” jelas dia.
Namun demi k i an , sam bung dia, setelah dikaji dan mendapatkan informasi yang cukup, maskapai ini akhirnya membatalkan rencana berin vestasi di proyek senilai Rp 27 triliun tersebut. Pembatalan rencana itu dikarenakan ada kewajiban bagi investor proyek tersebut bekerja sama dengan perusahaan negara di bidang perkeretaapian.
“Ya, kami tidak mau kalau memang seperti itu. Karena itu kami mundur,” ujar Edward. Selain alasan tersebut, lan jut dia, proses pembebasan lahan untuk proyek kereta ter sebut dinilai tidak realistis berdasarkan perhitungan bisnis. Proses pengadaan lahan proyek kereta api ekspres bandara juga membutuhkan waktu dan biaya yang cukup mahal. “Karena itu sekali lagi saya tegaskan kami sudah tidak tertarik untuk terlibat dalam proyek pembangunan kereta ekspres,” tandas dia.
Sementara itu, kereta api bandara nanti akan beroperasi dalam dua jenis, commuter line danexpress line. Untuk commuter line meliputi dua bagian, yaitu lintas Duri-Tangerang sepanjang 19,2 kilometer (km) dan lintas Batu Ceper-Bandara Soekarno Hatta sepanjang 12,19 km yang akan dikerjakan oleh PT Kereta Api Indonesia.
Grup Lion awalnya tertarik untuk mendanai kereta api express line melalui skema proyek kemitraan pemerintah dan swasta dengan estimasi dana Rp 20 triliun. Proyek tersebut memiliki panjang 33,86 km.
Sebelumnya, pemilik mas kapai penerbangan Lion Air Rusdi Kirana mengungkapkan, pihaknya ingin membiayai pro yek KA express line dengan rute Halim Perdanakusuma-Bandara Soetta. “Apabila pemerintah mengizinkan Lion Air menjadi investor, kami siap membantu terutama untuk masalah pendanaan,” ungkap dia.
Rusdi menuturkan, sektor infrastuktur merupakan proyek yang cukup menjanjikan dan menguntungkan di masa mendatang. Apalagi, Indonesia saat ini terus menggeber pembangunan infrastruktur yang melibatkan investor domestik maupun asing. “Ketika dapat lampu hijau dari instansi yang bersangkutan, kami akan menggelontorkan pendanaan tersebut, karena pendanaan tidak sulit,” kata Rusdi.
19 Investor
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hanggoro Budi Wiryawan mengungkapkan, sebanyak 19 investor internasional dan domestik tertarik untuk mengerjakan proyek kereta api ekspres ke Bandara SoekarnoHatta senilai Rp 27 triliun. Salah satu investor domestik salah satunya adalah maskapai penerbangan.
“Namun, sampai saat ini maskapai itu belum ada tindak lanjutnya, meski sebelumnya sudah ada pembicaraan di Bali,” ujar dia.
Selain maskapai tersebut, sambung dia, ada juga badan usaha milik negara yang juga tertarik. Adapun investor dari luar negeri di antaranya berasal dari negara Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Inggris, bahkan Amerika Serikat.
Proyek kereta ekspres ban dara ini akan dikerjasamakan dengan skema public private par tnership (PPP) atau kemitraan pemerintah dan swasta (KPS). Dalam ske ma ini porsi pembiayaan me mungkinkan dibagi antara pemerintah dan investor sekitar 50:50%.
Adapun proyek ini akan mulai dilelang bulan depan dengan menggandeng PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) yang juga akan melelang konsultan tender proyek ini. “Tender konsultan ini untuk melakukan kualifikasi. Jadi yang akan membantu proses pelelangan atau evaluasi. Tapi nanti yang melakukan pelelangan adalah kami. SMI hanya menyiapkan konsultan untuk membantu kualifikasi,” tegas dia. (ean)
Investor Daily, Senin 14 Juli 2014, hal. 6