BANDARA TERDAMPAK COVID-19: 2 BUMN BERTUMPU KE BISNIS NONAERO

 PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II memutuskan untuk mengutamakan bisnis nonaeronautika pada 2021
guna mengompensasi lesunya bisnis penerbangan setelah terimbas pandemi virus corona.
Awal tahun ini, dua BUMN operator bandara itu mengoptimalkan anak usahanya guna meningkatkan pendapatan nonaeronautika atau jasa penunjang penerbangan.
VP Corporate Secretary PT Angkasa Pura (AP) I Handy Heryudhitiawan mengatakan perseroan membentuk anak usaha Angkasa Pura I Health Center yang fokus menggarap bisnis kesehatan di bandara.
Menurutnya, anak usaha itu memiliki layanan beragam mulai dari vaksinasi, tes Covid-19, penyediaan alat pelindung diri (APD), apotek, dan layanan konsultasi dokter.
“Dalam jangka pendek, kami memiliki strategi quick win initiatives untuk menopang kinerja bisnis melalui pendirian Angkasa Pura I Health Center,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (22/2).
Selain layanan bidang medis, dia menegaskan perseroan juga memiliki lahan yang belum termanfaatkan untuk dikembangkan menjadi lahan produktif seperti area taman bermain serta lumbung padi.
Dia melanjutkan AP I juga segera mengembangkan portofolio bisnis layanan katering, layanan hospitality premium di bandara, pusat sertifikasi kesehatan serta collaborative logistic.
Handy menargetkan perseroan bisa meraup pendapatan dari bisnis nonaeronautika pada 2021 sebesar Rp2,79 triliun atau meningkat 58% dibandingkan dengan perolehan 2020 senilai Rp1,77 triliun.
Saat ini, AP I memiliki lima anak usaha di lini bisnis nonaeronautika antara lain Angkasa Pura Supports, Angkasa Pura Hotel dan Angkasa Pura Logistik.
Dia berharap konsolidasi anak usaha tersebut dapat berkontribusi hingga 36,18% terhadap pendapatan bisnis nonaeronautika.
Handy memaparkan pendapatan Angkasa Pura Supports pada tahun ini dipatok mencapai Rp1,589 triliun atau tumbuh hingga 42% dibandingkan dengan 2020.
Saat ini, Angkasa Pura Supports telah menandatangani kerja sama dengan ITDC Nusantara Utilitas untuk mendukung perhelatan MotoGP 2021 di Mandalika, Lombok. Kerja sama itu mencakup kerja sama terkait dengan operasional di bidang penyediaan tenaga kerja dan peralatan dalam rangka mendukung penyelenggaraan MotoGP 2021.
Setelah Angkasa Supports, pendapatan usaha Angkasa Pura Logistik ditargetkan mencapai Rp532 miliar atau tumbuh hingga 39% dibandingkan dengan pada 2020.
“Kami menyadari bahwa potensi yang ada pada 2021 sangat menantang untuk dikejar, pada saat imbas pandemi Covid-19 masih terasa. Namun, dengan strategi konsolidasi kami optimis masih mampu tumbuh,” kata Handy.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi menyatakan AP I telah meluncurkan portofolio bisnis baru melalui anak usahanya di sektor logistik yakni Angkasa Pura Logistik dan Angkasa Pura Supports guna memperkuat bisnis jasa penunjang penerbangan.
Portofolio bisnis baru yang dikembangkan kedua anak usaha ini adalah SiAP! Express yang merupakan layanan pengiriman barang dari pintu ke pintu secara terintegrasi.
“Dengan diluncurkannya layanan kurir ekspres Angkasa Pura Logistik ini, maka layanan logistik Angkasa Pura Logistik semakin lengkap dan terintegrasi,” ujarnya.
Selama ini, Angkasa Pura Logistik memiliki layanan agen inspeksi atau regulated agent, total baggage solution,
pergudangan dan distribusi, freight forwarding, cargo terminal operator, serta air freight.
Selain logistik, AP I juga meluncurkan bisnis terbarunya di bidang fasilitas layanan kebersihan bernama panggilaja.com di bawah bendera Angkasa Pura Supports. Lini bisnis itu mencakup solusi pembersihan fasilitas rumah tangga dan perkantoran yang hadir dengan protokol kesehatan. Layanan itu kini hadir di enam kota yaitu,
Denpasar, Semarang, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, dan Makassar.
“Ke depannya, akan terdapat berbagai peluncuran bisnis baru anak perusahaan dan kerja sama baru anak perusahaan dengan mitra potensial sebagai wujud strategi pengembangan portofolio bisnis grup Angkasa Pura I untuk dapat bangkit,” kata Faik.
PENGOPTIMALAN ASET
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menyatakan perseroan juga melakukan pengoptimalan aset bandara dengan menghadirkan fasilitas layanan kelas utama di bandara.
Menurutnya, AP II menghadirkan layanan kelas utama bernama Saphire Precious yang berada di ex-VIP Lounge Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Direktur Utama Angkasa Pura Solusi, anak usaha AP II, Dorma Manalu menambahkan pengoperasian layanan lounge Saphire Precious itu melayani penerbangan rute domestik.
Seluruh calon penumpang rute domestik yang berangkat dari Terminal 2 atau 3 bisa memilih layanan Sapphire Precious di Terminal 1B yang buka pukul 05.00 WIB—16.00 WIB. “Mulai kuartal III/2021, layanan Saphire Precio-
us rencananya akan mencakup penerbangan internasional.”
Selain layanan lounge , Direktur Komersial Angkasa Pura Solusi Yundriati Erdani menyatakan memiliki layanan Airport Health Center (AHC) yang khusus menyediakan layanan tes Covid-19 di 14 bandara milik AP II.
Saat ini, seluruh bisnis yang dikelola oleh anak usaha AP II tersebut masuk ke dalam kategori bisnis nonaeronautika.
Khusus bisnis aeronautika hanya dilakukan oleh induk usaha yakni AP II.
“Untuk ke depan AHC yang khususnya berlokasi di CGK (Cengkareng) akan kami kembangkan ke layanan-layanan kesehatan lainnya guna memenuhi kebutuhan penumpang maupun untuk kebutuhan karyawan yang bekerja di
bandara,” katanya.
Sementara itu, pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soedjatman menilai bisnis nonaeronautika dan layanan medis di bandara bisa menjadi potensi pendapatan jangka panjang bagi para operator bandara.
Menurutnya, strategi menggenjot pendapatan nonaeronautika memang sejak lama telah dilakukan baik oleh AP I maupun AP II.
“Sekarang dengan pandemi fasilitas health center cukup potensial karena penumpang daripada ribet memilih klinik dan darurat lebih baik sekalian tes di bandara.” Gerry juga berpendapat kewajiban karantina yang berlaku bagi
penumpang internasional juga bisa menjadi potensi lain yang ditangkap oleh operator bandara. Bisa saja penumpang bandara memilih untuk melakukan karantina dengan memanfaatkan fasilitas hotel di bandara.
Menurutnya, pendapatan nonaeronautika memang bisa menyamai bisnis aero tetapi tak mungkin lebih mendominasi.
Sumber: Bisnis Indonesia. 23 Februari 2021
Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Comments are closed.