Korporasi Berburu Kredit

Sejalan dengan ekspektasi pemulihan ekonomi pada 2021 dan stimulus pemangkasan suku bunga, permintaan kredit korporasi pada tahun ini diproyeksikan bakal bergeliat setelah sepanjang tahun lalu merunduk lesu.

Sebelumnya, permintaan kredit korporasi tergerus dan bahkan terkontraksi ke teritori negatif, sehingga masuk pada level terburuk sejak krisis 1998. Optimisme yang rendah dari pelaku usaha untuk kembali berekspansi dan menarik kredit dari bank menjadi penekan utamanya.

Namun pada awal tahun ini, kalangan pelaku usaha memberikan sinyal optimisme untuk kembali memacu bisnisnya tahun ini, melalui peningkatan anggaran belanja modal. Kredit perbankan menjadi salah satu penopang
utama kebutuhan belanja modal ini.
Hal ini sesuai dengan hasil survei Bank Indonesia tentang kebutuhan pembiayaan dunia usaha pada 3 bulan ke

depan, terlihat saldo bersih tertimbang naik drastis dari 17,1% pada Desember 2020 menjadi 27,1% pada Januari 2021.
Selain itu, rencana sumber pemenuhan pembiayaan 3 bulan ke depan, yang datang dari pinjaman perbankan turut naik dari 17,9% dan 19,2% pada November dan Desember 2020, menjadi 25% pada Januari 2021. Peningkatan kebutuhan pembiayaan terutama terjadi di sektor pertambangan dan penggalian, pertanian, perikanan dan kehutanan, informasi dan komunikasi, serta real estat.
Emiten pertambangan batu bara PT Indika Energy Tbk., misalnya, memanfaatkan pinjaman bank dan kas internal sebagai sumber pendanaan belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini.
Head of Corporate Communications Indika Energy Ricky Fernando menjelaskan, perseroan mengalokasikan capex 2021 sebesar US$130,7 juta untuk membiayai kegiatan operasional, termasuk pembelian peralatan dan pemeliharaannya.
Selanjutnya, emiten perkebunan PT Dharma Satya Nusantara Tbk., tengah bersiap mengalokasikan capex sebesar Rp1 triliun pada tahun ini yang bersumber dari fasilitas pinjaman perbankan dan kantong internal perseroan.
Direktur PT Dharma Satya Nusantara Tbk. Jenti Widjaja menuturkan kebutuhan dana tersebut akan digunakan untuk menyelesaikan dua pabrik kelapa sawit di Kalimantan yang dijadwalkan beroperasi komersial pada semester
II/2021.
Capex dari emiten berkode saham DSNG juga digunakan untuk pembangunan pabrik Bio-CNG Plant untuk memproses limbah cair dari pabrik kelapa sawit yang kemudian menghasilkan listrik berkapasitas 1,2 megawatt.
Geliat pemulihan permintaan kredit korporasi juga disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha
Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani.
Menurutnya, kredit korporasi bakal meningkat tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu. Pasalnya, pelaku
usaha sudah lebih adaptif dalam mengelola risiko krisis terhadap pendapatan perusahaan.
“Kesuksesan dalam pengendalian pandemi dan vaksinasi Covid-19, turut menambah kepercayaan diri pelaku usaha
untuk meningkatkan produkti vitas,” tutur Shinta.
Di sisi lain, ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menilai secara umum permintaan restrukturisasi baru kini sangat landai, sehingga persepsi resiko perbankan terhadap kinerja korporasi pun mulai membaik.
Adanya banyak relaksasi dari pemerintah, seperti pembiayaan konsumtif di sektor perumahan dan kendaraan
bermotor, akan berdampak pula pada kredit produktif dari debitur pelaku usaha yang masuk dalam rantai
pasoknya.
“Belum lagi kita juga mulai akan menyambut Lebaran beberapa bulan mendatang sehingga aktivitas produksi harusnya sudah dimulai pada awal tahun ini,” jelas Josua.
Sumber: Bisnis Indonesia. 23 Februari 2021
Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Comments are closed.