KOLABORASI: Tekfin Percepat Penyaluran Kredit Usaha Mikro dan Rakyat

JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menggandeng sejumlah perusahaan teknologi finansial atau tekfin untuk mempercepat penyaluran kredit secara digital. Kolaborasi ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha mikro keluar dari tekanan permodalan akibat pandemi.

Sejak awal Januari hingga 23 Oktober 2020, total realisasi penyaluran kredit BRI menggunakan kanal tekfin telah mencapai Rp 360 miliar. Sejumlah penyelenggara uang digital yang menjadi mitra BRI dalam penyaluran ini adalah Gojek, Traveloka, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan Grab.

EVP Card and Digital Lending BRI Wibawa Prasetyawan, Kamis (19/11/2020), mengatakan, langkah BRI bermitra dengan pelaku tekfin bisa membantu pelaku usaha mikro kecil keluar dari masalah sulitnya permodalan di tengah pandemi. Kolaborasi ini juga mampu menjadi stimulus untuk UMKM naik kelas.

”Kendala yang harus dihadapi bersama adalah bagaimana membuat UMKM ini bisa naik kelas. Pertama harus bisa melakukan perdagangan secara daring,” ujar Wibawa dalam seminar daring ”Digital Lending untuk Membantu UMKM dalam Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional” di Jakarta.

Langkah BRI bermitra dengan pelaku tekfin bisa membantu pelaku usaha mikro kecil keluar dari masalah sulitnya permodalan di tengah pandemi. Kolaborasi ini juga mampu menjadi stimulus untuk UMKM naik kelas.

Baca juga : Pemerintah Gandeng Tekfin untuk Percepat Pemulihan

Wibawa menjelaskan, dalam skema penyaluran kredit tersebut, setiap tekfin menyeleksi merchant yang layak untuk diberikan pembiayaan. Daftar tersebut diunggah oleh mitra tekfin ke microsite kredit usaha rakyat (KUR) digital.

”Selanjutnya, BRI melakukan asesmen terkait kelayakan pembiayaan dan jumlah pinjaman yang layak didapatkan. Proses ini dilakukan secara digital dengan pemanfaatan mahadata,” katanya.

Lewat kerja sama dengan Gojek, lanjut Wibawa, mitra usaha GoFood yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan BRI akan ditawarkan bantuan pinjaman sampai dengan Rp 20 juta dengan tenor 24 bulan. Mereka juga akan mendapatkan keringanan biaya pembayaran pada tiga bulan pertama.

Sementara untuk mitra pengemudi GoRide dan GoCar, fasilitas pinjaman yang ditawarkan adalah Rp 5 juta dengan tenor pinjaman 24 bulan. Mereka akan mendapatkan keringanan bebas bayar selama tiga bulan pertama.

Sebelumnya, BRI telah membuka akses pengajuan kredit usaha rakyat (KUR) lewat kanal daring dengan menggandeng e-dagang, seperti Shopee, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak, sejak Mei 2020. Fasilitas KUR yang ditawarkan hingga maksimal Rp 50 juta dengan tenor paling panjang tiga tahun.

Baca juga : Dompet Digital Melaju di Era Pandemi Covid-19

Dalam kesempatan yang sama, platform layanan keuangan digital OVO telah sepakat menjalin kerja sama dengan BRI menyediakan pinjaman bagi pelaku UMKM. VP Lending OVO Natasha Ardiani mengatakan, akses pinjaman BRI akal tersedia di platform OVO mulai Desember 2020.

Inisiatif tersebut dilakukan OVO lantaran merosotnya pendapatan pelaku UMKM turut memberi dampak bagi OVO. Oleh karena itu, untuk membantu pelaku usaha ini bangkit, persoalan utama yang mesti diselesaikan adalah sulitnya akses ke pinjaman.

”BRI akan terhubung dengan lebih dari 550.000 UMKM yang ada dalam ekosistem OVO. Produk pinjaman yang mereka sediakan disesuaikan dengan kondisi UMKM saat ini dengan memberikan bunga ringan,” ujarnya.

Untuk membantu pelaku usaha ini bangkit, persoalan utama yang mesti diselesaikan adalah sulitnya akses ke pinjaman.

Menurut Natasha, para pelaku UMKM dapat mengajukan pinjaman modal hingga Rp 20 juta dengan tenor mulai dari 1 hingga 12 bulan. Seluruh proses, mulai dari verifikasi hingga penilaian, dilakukan secara digital. Pencairan juga akan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian.

Kerja sama menyediakan pinjaman itu juga untuk menciptakan kepercayaan UMKM melakukan pinjaman terhadap tekfin. ”Saat ini masih banyak yang belum percaya layanan keuangan digital, tidak terkecuali bagi pelaku UMKM,” ujarnya.

Berdasarkan data yang dihimpun OVO, tingkat penetrasi layanan keuangan digital di Indonesia baru mencapai 6 persen, sedangkan di China sudah tembus 33 persen. Data itu bersumber dari Temasek, Google, PricewaterhouseCoopers (PwC), dan lembaga keuangan internasional lainnya.

Baca juga : Dompet Digital yang Terintegrasi E-dagang Lebih Unggul

KOMPAS, JUM’AT 20 November 2020 Halaman 10.

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.