BOGOR, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menghadapkan seluruh negara, tak terkecuali Indonesia, pada ketidakpastian. Di tengah kondisi itu, Indonesia diharapkan memaksimalkan peluang apa pun yang ada. Untuk itu, budaya kerja harus diubah dengan berorientasi pada hasil. Prosedural birokrasi yang rumit dan bertele-tele juga harus disederhanakan.
Pesan ini disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pengarahan secara virtual kepada peserta Program Kegiatan Bersama Kejuangan (PKB Juang) Tahun Anggaran 2020, Selasa (28/7/2020). Program ini diikuti lebih dari 1.500 orang dari Pendidikan Reguler Ke-47 Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI 2020, Sesko TNI AD, TNI AL, dan TNI AU, serta Pendidikan Reguler Ke-29 Sekolah Staf dan Pimpinan Tingkat Tinggi (Sespimti) dan Pendidikan Reguler Ke-60 Sekolah Staf dan Pimpinan Tingkat Menengah (Sespimen) Kepolisian Negara RI.
Hadir pula dalam acara ini Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Polri Jenderal (Pol) Idham Azis, Komandan Sesko TNI Marsekal Muda Dedy Permadi, dan Kepala Sespim Lemdiklat Polri Inspektur Jenderal Rio S Djambak.
Presiden Joko Widodo menjelaskan, pandemi Covid-19 melanda semua negara termasuk Indonesia. Imbas dari pandemi bukan hanya pada timbulnya krisis kesehatan, tetapi juga krisis ekonomi.
Baca juga: APBN 2021 untuk Percepat Pemulihan Ekonomi
Kontraksi ekonomi yang terjadi pun terus berubah dan memburuk. Presiden Jokowi mengungkapkan, empat bulan lalu, Managing Director IMF Kristalina Georgieva menyebut, pertumbuhan ekonomi global akan minus 2,5 persen.
Sebulan kemudian, Bank Dunia mengeluarkan angka pertumbuhan ekonomi global minus 5 persen. Pekan lalu, OECD mengeluarkan perhitungannya bahwa kontraksi pertumbuhan ekonomi akan menjadi minus 6-7 persen tahun ini. Adapun pada posisi normal, pertumbuhan ekonomi global biasanya 3-3,5 persen.
”Saya enggak tahu apa akan bergerak lebih buruk lagi karena situasi ini dinamis sekali. Begitu juga prediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berubah-ubah,” tutur Presiden dari Istana Kepresidenan Bogor.
Indonesia, awalnya, disampaikan IMF, termasuk tiga negara dengan pertumbuhan terbaik di tengah pandemi ini bersama China yang masih tumbuh 1,9 persen, India tumbuh 1,2 persen, dan Indonesia 0,5 persen. Namun, ketika perkembangan pandemi di Indonesia memburuk, angka terakhir perhitungan pertumbuhan ekonomi Indonesia belum muncul.
Sejauh ini, pertumbuhan ekonomi negara-negara lain, seperti Perancis, diperkirakan minus 17,2 persen, Inggris minus 15,4 persen, Jerman minus 11,2 persen, dan Amerika Serikat minus 9,7 persen.

Kondisi ini, menurut Presiden Jokowi, berimbas pada kondisi geopolitik global. Laut China Selatan memanas. Hubungan China dan AS juga memanas.
Di tengah krisis kesehatan, krisis ekonomi, ditambah lagi kondisi geopolitik global yang memanas itu, Presiden menekankan agar segenap pihak di Indonesia mengambil dan memaksimalkan peluang yang ada. Ini sembari terus berjuang mengatasi masalah kesehatan dan ekonomi di dalam negeri.
Untuk itu, diperlukan budaya kerja yang mampu mendukung usaha mengambil manfaat di kondisi sulit ini. Budaya kerja yang lambat, prosedural birokrasi yang rumit dan bertele-tele, tidak bisa dilanjutkan.
”Terlalu banyak birokrasi yang terjebak oleh aturan yang kita buat sendiri. Ini pekerjaan kita ke depan, termasuk di TNI/Polri. Saya mengajak Saudara-saudara peserta Sesko, Sespimti, dan Sespimen untuk berani ke depan, memberikan nuansa baru yang berbeda, memberikan pemikiran-pemikiran baru yang berbeda, memacu anak buah untuk menempuh jalan yang lebih cepat,” tutur Presiden.
Baca juga: Demi Menjaga Istana Tetap Steril
Cara kerja yang biasa diterapkan selama ini, ditekankannya kembali, tak bisa dilanjutkan. Diperlukan kecepatan, kesederhanaan, dan kesigapan. Prosedur rumit harus dipermudah. Regulasi berbelit harus disederhanakan. Kerja harus selalu berorientasi hasil. Dengan ini, Indonesia bisa memenangi persaingan global.
”Kalau cara-cara ini bisa kita lakukan, saya meyakini kita akan bisa melewati masa yang tidak mudah ini dan masuk ke budaya kerja di suasana yang normal yang diharapkan (bisa terjadi) tahun depan,” tutur Presiden Jokowi.
Rio S Djambak berterima kasih atas pengarahan Presiden kepada para peserta Sesko TNI serta Sespimti dan Sespimen Polri. Pendidikan Reguler Sespimti dan Sespimen Polri dimulai pada pertengahan Maret, sedangkan Sesko TNI dimulai April tahun ini.
Dalam sambutannya pada pembukaan Dikreg Sespimti dan Sespimen Polri, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Gatot Edy Pramono mengingatkan para peserta didik untuk terus membangun branding sebagai pemimpin masa depan yang layak dan sah. Adapun Panglima TNI dalam pidato yang dibacakan Dansesko TNI pada pembukaan Sesko TNI mengingatkan perlunya sinergi dan kerja sama lintas kementerian dan lembaga.