JAKARTA, KOMPAS — Indonesia menangkap peluang investasi dari relokasi industri dari negara lain. Tujuh perusahaan dari China, Jepang, dan Korea Selatan berencana membangun pabrik di kawasan industri Batang, Jawa Tengah, mulai Juli ini.
Dari tujuh perusahaan itu, lima perusahaan di antaranya dari China, yaitu PT Meiloon Technology Indonesia, PT Sagami Indonesia, PT CDS Asia (Alpan), PT Kenda Rubber Indonesia, PT Panasonic Manufacturing Indonesia. Adapun dua perusahaan lain adalah PT Panasonic Manufacturing Indonesia dari Jepang dan PT LG Electronics Indonesia dari Korea Selatan.
Investasi tujuh perusahaan itu sebesar 850 juta dollar AS atau sekitar Rp 11,9 triliun. Potensi penyerapan tenaga kerja sekitar 30.000 orang.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, ketujuh perusahaan akan membangun pabrik di kawasan industri Batang, Jawa Tengah. Kawasan industri seluas 4.000 hektar tersebut sengaja disiapkan pemerintah untuk menangkap peluang investasi dari relokasi pabrik di China.
”Pemerintah menyiapkan kawasan industri dengan harga tanah yang sangat kompetitif. Harga tanah di kawasan industri Batang hanya Rp 1 juta per meter,” kata Bahlil dalam telekonferensi pers di Jakarta, Kamis (9/7/2020).
Selain harga tanah murah, kawasan industri Batang menawarkan beberapa keunggulan, seperti upah buruh yang relatif rendah, akses ke jalan tol hanya 500 meter, dekat dengan pelabuhan, dan dilintasi jalur kereta api. Pembangunan kawasan industri yang kompetitif ini diharapkan menarik lebih banyak investor asing ke Indonesia.
Baca juga: Dorong Pemulihan Ekonomi, Sejumlah Proyek Jalan Terus
Peluang investasi juga dibidik dengan mereformasi prosedur perizinan, memberi berbagai fasilitas, dan insentif perpajakan. Seluruh prosedur perizinan kini dilakukan satu pintu di BKPM sehingga investor tidak perlu berkeliling ke kementerian/lembaga. BKPM juga menyediakan fasilitas jemput ke bandara untuk investor asing.
Baca juga: Pemerintah Revisi Target Investasi Tahun 2020
Terbaru, kata Bahlil, ada 17 perusahaan lain yang berminat merelokasi pabrik dari China. Nilai investasi 17 perusahaan itu sebesar 37 miliar dollar AS dengan perkiraan serapan tenaga kerja sekitar 112.000 orang. Komitmen investasi sudah terealisasi sekitar 80 persen sehingga lisensi investasi ditargetkan selesai pada akhir 2020.
”Fokus BKPM saat ini meningkatkan penanaman modal asing, terutama dari sektor industri farmasi dan kesehatan,” kata Bahlil.
Mengutip data BKPM, realisasi investasi pada Januari-Juni 2020 mencapai Rp 210,7 triliun. Penanaman modal asing (PMA) terealisasi Rp 98 triliun atau melambat 9,2 persen secara tahunan. Adapun penanaman modal dalam negeri (PMDN) terealisasi Rp 112,7 triliun atau tumbuh 29,3 persen secara tahunan.
Responsif
Secara terpisah, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani menuturkan, banyak perusahaan asing mempertimbangkan relokasi bisnis dari China. Ada sekitar 1.000 perusahaan asal AS berencana keluar dari China. Bahkan, Pemerintah Jepang memberikan insentif Rp 2 triliun agar perusahaan asal negaranya hengkang dari China.
”Pemerintah cukup responsif menangkap peluang investasi dengan peresmian kawasan industri di Jateng sehingga ada 17 perusahaan yang berminat merelokasi pabriknya,” kata Rosan.
Peluang relokasi perusahaan dari China ditangkap pemerintah dengan meresmikan kawasan industri Batang dan kawasan industri Brebes di Jawa Tengah. Provinsi ini memiliki beberapa keunggulan sebagai kawasan industri, antara lain terkait ketersediaan lahan, upah buruh relatif rendah, komitmen dukungan pemda, dan infrastruktur yang memadai.
Baca juga: Wewenang Penerbitan Izin dan Pemberian Insentif dialihkan ke BKPM
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menambahkan, Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan BKPM untuk menangkap peluang investasi asing. Kerja sama bukan sebatas promosi investasi, tetapi hingga realisasi invertasi. Langkah ini merespons instruksi Presiden Joko Widodo untuk mendorong pertumbuhan investasi guna mempercepat pemulihan ekonomi.

Penanaman modal asing di negara-negara berkembang di Asia diproyeksikan menurun hingga 45 persen. Oleh karena itu, Indonesia harus bekerja keras menyederhanakan regulasi dan birokrasi untuk menangkap peluang investasi di tengah pandemi Covid-19. Daya saing iklim investasi domestik juga ditingkatkan dengan berbagai fasilitas dan insentif perpajakan.
”Kemenlu kini memiliki tim khusus untuk membantu percepatan pemulihan ekonomi, yang salah satu tugasnya mengejar proyek investasi konkret,” kata Retno.
Pandemi Covid-19 berdampak besar bagi dunia usaha. Menurut catatan Kadin, kasus pemutusan hubungan kerja dan pegawai dirumahkan mencapai 6,4 juta orang. Omzet yang turun membuat aruz kas perusahaan mandek sehingga sebagian besar tidak mampu membayar PHK dan pembayaran gaji pegawai sampai Juni-Juli 2020.
Sebagian besar omzet perusahaan di semua sektor menurun 50-60 persen. Bahkan, okupansi bisnis perhotelan saat ini hanya tinggal 10 persen. Lebih dari 2.000 hotel melaporkan tutup ke Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Sektor manufaktur turun 50 persen yang terefleksi dari penurunan penjualan mobil dari 1,1 juta unit menjadi 400.000 unit tahun 2020.
KOMPAS, JUM’AT, 10072020 Halaman 10.