JAKARTA, KOMPAS — PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta memastikan bahwa konstruksi fase 2a paket kontrak 201 dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Harmoni akan dimulai 15 Juni 2020. Namun, seiring munculnya pandemi Covid-19, pekerjaan fase 2a akan menerapkan protokol Covid-19 secara ketat. Bahkan, nantinya warga bisa turut melihat pekerjaan melalui ruang pusat kunjungan atau visitor center yang akan dibuat.
William P Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta, dalam forum jurnalis MRT Jakarta yang digelar secara daring, Kamis (11/6/2020), menjelaskan, sesuai dengan penjadwalan ulang yang dilakukan PT MRT Jakarta bersama kontraktor terpilih, jadwal paket pekerjaan 201 pada fase 2a siap dimulai Juni ini.
Didahului proses lelang konstruksi yang cukup panjang pada tahun 2019, PT MRT Jakarta akhirnya mendapatkan kontraktor pemenang yang akan mengerjakan konstruksi paket kontrak (CP) 201 fase 2a, Shimizu-PT Adhi Karya (Persero) atau SAJV. Kontraktor pemenang akan mengerjakan pekerjaan konstruksi dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Harmoni dengan kontruksi bawah tanah.
Baca juga : Kontrak Ditandatangani, MRT Persiapkan Konstruksi
Sebagai bagian dari fase 2a yang panjangnya 6,3 km, paket 201 ini akan terdiri atas dua stasiun, yaitu Stasiun Thamrin di persimpangan Kebon Sirih dan MH Thamrin, serta Stasiun Monas di sisi barat lapangan Monas.
Adapun pemunduran jadwal pekerjaan dilakukan karena adanya pandemi Covid-19, di mana di Jakarta sudah dilakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan sejumlah kegiatan dibatasi. Muncul kesulitan dalam memobilisasi personel pekerja yang banyak didatangkan dari luar Jakarta.
Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, memastikan, menjelang konstruksi, semua perencanaan yang mendukung sudah dituntaskan. Perencanaan itu, di antaranya, survei lapangan, investigasi kondisi tanah, relokasi utilitas, mengurus berbagai perizinan dengan instansi-instansi, pekerjaan desain, hingga persiapan terakhir memastikan kesiapan implentasi Covid-19, protokol bersih di konstruksi proyek.
Implementasi Covid-19 dalam konstruksi diperlukan karena pekerjaan konstruksi itu akan melibatkan banyak tenaga kerja. Untuk itu, selain mengutamakan keselamatan dan keamanan bekerja di area konstruksi, akan ada protokol bagi pekerja. Nantinya, sebelum masuk area akan ada pengecekan medis, meliputi demam, batuk, radang tenggorokan, dan pernapasan. Pengecekan suhu badan juga dikerjakan.
Dalam melakukan pekerjaan konstruksi, para pekerja diminta melakukan jaga jarak minimal 1,5 meter, sering mencuci tangan dengan air sabun atau hand sanitizer, hingga membatasi jumlah orang setiap 10 meter persegi hanya dua pekerja. Pengerjaan konstruksi juga akan menggunakan digitalisasi demi efisiensi.
Baca juga : Rute Fase 2a Bakal Lewati Kawasan Cagar Budaya, MRT Bentuk Tim Khusus
William menambahkan, dalam pengerjaan fase 2a tersebut, karena akan melewati area bersejarah seperti Monas juga kawasan Kota Tua, masyarakat bisa melihat langsung kemajuan pembangunan di pusat informasi.
”Akan ada visitor information center yang bersifat edukatif untuk memberikan gambaran terkait dengan Stasiun Monas sebagai iconic station serta pengetahuan mengenai aspek sejarah dan cagar budaya Monas,” jelas William.
Untuk fase 2a, lanjut William, karena pekerjaan paket 201 saja mundur tiga bulan—yang seharusnya Maret sudah mulai bekerja, menjadi mundur ke Juni karena Covid-19—bisa dipastikan semua pekerjaan fase 2a yang terdiri atas enam paket akan selesai dengan kemunduran waktu tiga bulan juga. Untuk CP 201, misalnya, yang awalnya dijadwalkan selesai Desember 2024, akan mundur di Maret 2025.
Baca juga : Dampak Covid-19, Konstruksi MRT Fase 2A Selesai pada 2025-2026
Anggaran pembangunan
Kepastian itu ditambah dengan komitmen Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) untuk tetap mengucurkan pendanaan bagi fase 2a. Seperti diketahui, untuk pembangunan MRT Jakarta ini menggunakan dana pinjaman Pemerintah Jepang. Itu dipastikan tidak terpengaruh Covid-19 dan sudah dikomitmenkan.
Untuk fase 2a ini, total pinjaman yang disetujui Rp 22,5 triliun. ”Dana ini masih ada. Ini memungkinkan kita tetap menjalankan proyek fase 2a sampai ke Kota. Itu kami dorong supaya tidak terhambat,” jelas William.
Lantaran anggaran pinjaman tersebut sudah ada, dalam APBD DKI Jakarta, khusus untuk proyek fase 2a ini anggaran tidak dinolkan.
Silvia menambahkan, khusus untuk pembebasan lahan di sekitar area stasiun fase 2a, saat ini anggaran di APBD DKI dinolkan. Sementara anggaran pembebasan sejumlah bidang lahan untuk keperluan pintu keluar masuk stasiun serta menara pendingin dan menara ventilasi stasiun itu, ada di pos anggaran Dinas Perhubungan DKI. Ia berharap penganggaran bisa dilakukan kembali sehingga pada 2021 pembebasan sudah bisa dilakukan.
KOMPAS, Jum’at 12062020 Halaman 12.